Kedatangan Ustadz
Arumi kaget sekali seorang Ustadz Maulana datang ke kontrakan dia.
"Maaf Mbak saya kesini mau narik sumbangan santunan yatim piatu."Kata Ustadz Maulana. Kali ini Ustadz Maulana tidak menunduk karena Arumi memakai kaos lengan pendek dan celana panjang.
"Silahkan masuk dulu, saya ambil uangnya."Kata Arumi.
Ana heran dengan kedatangan Ustadz Maulana.
"Dia ngapain Mbak?"Tanya Ana.
"Minta santunan yatim piatu, kamu kira booking aku."Kata Arumi mengambil uang 50 ribuan dari dompetnya.
"Ini mas uangnya, maaf cuma sedikit."Kata Arumi basa-basi.
"Iya tidak apa-apa Mbak, Oh ya Mbak nanti pas acara santunan datang ya Mbak. Ada pengajiannya loh."Kata Ustadz Maulana tersenyum.
"Iya pak Ustadz Mbak Arumi Pasti datang kok."Jawab Ana.
Ustadz Maulana lalu pergi setelah mencatat nama Arumi dibuku santunan.
"Terimakasih Mbak, Assalamualaikum."Kata Ustadz Maulana.
"Waalaikumsalam."Kata Arumi dan Ana serentak.
"Ana kamu ngawur deh, ngapain juga aku datang ke pengajian? kamu kan tahu aku gimana?"Tanya Arumi sambil duduk.
"Tenang nanti berangkatnya sama Ana Mbak."Kata Ana.
"Tahu ah, baju muslim aja aku nggak punya."Kata Arumi.
"Kita bisa beli lah Mbak, sekalian beli jilbabnya. Nanti Ana yang pakaikan Mbak Jilbab."Tutur Ana.
"Terserah kamu sajalah Na,"Kata Arumi pasrah.
"Kira-kira sedekah saya tadi diterima nggak ya? kan itu uang haram."Kata Arumi.
"Saya ya nggak tahu lah Mbak, biarkan aja itu uang haram yang penting niatnya sedekah."Kata Ana melanjutkan makan martabak telur yang tinggal sisa satu potong.
"Aku kok jadi takut ya Na,"Kata Arumi.
"Takut kenapa Mbak?"Tanya Ana.
"Takut masuk neraka,"Jawab Arumi.
"Bagus Mbak kalau takut artinya Mbak Arumi takut dosa juga."Kata Ana.
"Kalau aku nggak kerja siapa dong yang biayai hidup aku."Kata Arumi.
"Mbak Arumi jualan jamu aja Mbak yang halal."Kata Ana meyakinkan.
"Ah dapat uangnya sedikit yang banyak itu kan sambilannya."Kata Arumi.
"Kenapa Mbak Arumi tiba-tiba tanya soal itu ya? Apa Mbak Arumi mau taubat?"Tanya Ana.
"Taubat?? nggak tahu ah aku."Kata Arumi.
"Gimana kalau Mbak Arumi nikah aja, sama orang yang bisa bimbing Mbak Arumi kejalan yang benar." Usul Ana.
"Nikah? sama siapa? mana ada yang mau?"Tanya Arumi.
"Ustadz Maulana."Jawab Ana.
Arumi kaget mendengar jawaban konyol Ana. Seorang Ustad Maulana mau disuruh nikahin Arumi?
"Jangan ngawur kamu, mana Ustadz Maulana mau? dia kan Ustadz nikahnya sama Ustadzah. Bukan sama orang kayak aku. Mikir dong Na, kalah ngasih usul."Omel Arumi.
"Dia kan Ustadz siapa tahu mau? apalagi tugas mulia ini, menjadikan seorang P*L*c*r yang taubat dan taat beribadah."Kata Ana.
"Pokoknya aku nggak setuju, kalau dia mau. Kalau nggak yang ada aku malu Na." Protes Arumi.
"Tapi Mbak Arumi suka kan sama Ustadz Maulana?"Tanya Ana.
Arumi tidak bisa menjawab pertanyaan Ana, dia bingung dengan namanya suka atau cinta. Rasa trauma masih membekas dihatimu setelah kejadian dengan Steven.
"Mbak jangan ngelamun ah."Kata Ana membuyarkan lamunan Arumi.
"Apaan sih An, udah pulang sana."Usir Arumi.
"Aku yakin Mbak Arumi suka sama Ustadz Maulana."Kata Ana lalu melangkah keluar dari kontrakan Arumi.
Ana melangkah pulang dijalan dia bertemu dengan Ustadz Maulana.
"Ustadz Maulana masih keliling aja, oh ya Ustadz dapat salam dari Mbak Arumi."Kata Ana berbohong.
"Oh iya Waalaikumsalam."Jawab Ustadz Maulana. "Salam balik buat Mbak Arumi."Kata Ustadz Maulana.
"Ustadz semisal Ustadz berjodoh dengan wanita yang kerjaannya nggak benar apa Ustadz mau?"Tanya Ana.
"Kenapa tiba-tiba Dek Ana tanya seperti itu?"Tanya Ustadz Maulana sedikit heran dengan pertanyaan Ana.
"Jawaban seorang Ustadz biasanya luar biasa, jadi saya pengen tahu."Kata Ana berkilah.
"Kalau memang saya berjodoh dengan dia ya saya terima. Sebagai seorang suami saya kan harus membimbing istri saya ke jalan yang benar."Jawab Ustadz Maulana.
"Cocok kalau gitu,"Kata Ana keceplosan.
"Cocok gimana Dek Ana?"Tanya Ustadz Maulana.
"Cocok menjadi imam Ustadz,"Jawab Ana Asal.
"Kalau gitu ya sudah, saya duluan Dek Ana."Kata Ustadz Maulana.
Ana tersenyum girang saat tahu jawaban dari Ustadz Maulana. Ana berjalan sambil senyum sendiri sehingga banyak orang yang menertawakannya.
Ana mengirim pesan pada Arumi,
Kak dapat salam dari Ustadz Maulana tadi pas pulang aku ketemu dia. Ternyata dia mau terima jika punya istri mantan pekerja nggak benar.
Begitulah pesan Ana pada Arumi. Membaca pesan Ana, Arumi tersenyum dia membayangkan berdua dipelaminan dengan Ustadz Maulana. Malam pertama dengan seorang Ustadz dan masih banyak lagi yang Arumi bayangkan.
"Ah kenapa aku jadi ngelantur kayak gini. Pasti Ana berbohong, ngapain juga aku dikirim."Kata Arumi meletakkan ponselnya diatas meja.
Arumi melihat baju yang ada di almarinya, semua baju sexy semua. Nggak ada yang pantas dipakai dihadapan Ustad Maulana.
"Kenapa aku jadi mikirin Ustadz Maulana terus?"Tanya Arumi pada dirinya sendiri.
Arumi kembali keruang tamu dia pergi keluar dengan Membawa sepeda motor miliknya.
"Ana...Keluar!"Panggil Arumi.
"Ada apa Mbak?"Tanya Ana membukakan pintu.
"Keluar temenin aku beli baju."Kata Arumi.
"Bentar Mbak, aku ganti baju dulu."Kata Ana lalu masuk kedalam rumah.
Beberapa menit kemudian Ana keluar, dia ikut Arumi beli baju ke toko. Ana kaget ketika Arumi memarkir motornya di depan toko baju muslimah.
"Mau beli gamis Mbak?"Tanya Ana.
"Udah jangan banyak tanya."Kata Arumi menarik tangan Ana.
Mereka masuk lalu memilih baju yang cocok untuk Arumi. Arumi membeli satu gamis dan satu tunik serta 5 pc jilbab.
"Ini pasti karena Ustadz Maulana."Kata Ana ketika sudah keluar toko.
"Udah jangan berisik, kamu mau aku traktir apa?"Tanya Arumi.
"Siomay dong Mbak, aku tahu siomay enak didekat sini."Kata Ana senang.
"Udah ayo kesana!" Ajak Arumi.
Ana dan Arumi membeli siomay dan es sirup. Mereka ngobrol tentang Ustadz Maulana.
"Mbak sekarang yakin kan buat deketin Ustadz Maulana?"Tanya Ana.
"Nggak tahu juga Na, tapi kenapa aku jadi tertarik ingin hadir acara santunan ya."Kata Arumi.
"Ya bagus dong Mbak, pelan-pelan pasti Mbak Arumi bisa bebas."Kata Ana.
"Sulit An, penyakitku sering kambuh."Kata Arumi. "Kalau nggak diturutin bisa seperti orang gila."Tambah Arumi.
"Sabar Mbak, pelan-pelan saja lah."Kata Ana.
"Kamu yakin aku bisa?"Tanya Arumi.
"Yakin 1000% Mbak. Mbak Arumi juga harus yakin."Kata Ana.
Sedang asyik ngobrol dengan Ana, tiba-tiba steven datang. Selera Arumi jadi berubah seketika.
"Arumi...ternyata kamu disini."Kata Steven.
"Jangan ganggu saya lagi, saya sudah bilang berkali-kali tidak akan mencintai kamu lagi."Kata Arumi.
Arumi mengajak Ana pulang setelah membayar, namun Steven menarik tangan Arumi dengan kasar.
"Ikutlah dengan ku Arumi!"Pinta Steven.
Arumi mencoba melepaskan tanganmu namun gagal Steven semakin kencang mencengkeram tangan Arumi.
"Lepaskan sakit!"Teriak Arumi.
Steven semakin marah melihat Arumi memberontak. Ana bingung harus berbuat apa. Tiba-tiba Ustadz Maulana muncul, melihat Arumi kesakitan dia merasa prihatin.
"Tolong lepaskan Mbak Arumi!"Kata Ustadz Maulana.
Arumi kaget ketika melihat Ustadz Maulana juga ada disana.