Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

"Nona, Tuan Muda Andelio sudah berlutut di depan pintu selama satu jam karena ingin mendapatkan persetujuan jenderal."

"Nona, Tuan Muda Andelio sangat mencintai Nona. Nona pasti akan bahagia saat menikah dengannya."

Suara bisikan dan seruan terus terngiang di telingaku. Aku membuka mata dengan tatapan kosong, melihat wajah muda di depanku.

Setelah terdiam cukup lama, aku teringat siapa orang yang ada di depanku.

"Herika?"

Herika sangat senang melihatku bereaksi. Dia menggenggam tanganku dan kembali mendesakku.

"Nona, hari ini anginnya sangat kencang, kalau sampai berlutut lama pasti bisa sakit. Lebih baik Nona segera menemuinya."

Situasi ini terasa sangat familier.

Saat itu, Andelio berlutut selama tiga hari di tengah angin dingin, memohon untuk bisa menikahiku.

Di tengah angin dingin yang menderu, tulang punggungnya tetap tegak lurus. Dia tetap tidak menyerah walaupun diterpa angin dan hujan.

Situasi ini menarik banyak orang untuk menonton, hingga ada orang yang membantunya membujuk ayahku.

"Jenderal Kamora, lihatlah ketulusan Andelio yang ingin menikahi putrimu. Kalau hubungan ini tidak disetujui, takutnya akan merusak hubungan baik yang sudah terjalin."

Ayahku orang yang pemarah, mana mungkin dia bersedia menerima bujukan ini. Dia langsung memerintahkan penjaga untuk mengusir mereka.

Dia bisa mengusir orang yang membujuknya, tetapi tidak bisa mengusir Andelio.

Dia tetap berlutut di depan pintu, menolak untuk pergi meskipun angin dingin telah membuat wajah kedinginan sampai membiru.

Pada akhirnya, ayahku sangat marah dan pergi lebih dulu. Pada saat itu, aku mengintip dari sudut, tetapi hatiku terlalu lembut, jadi membujuknya secara diam-diam.

"Ayahku tidak akan terbujuk oleh usahamu. Dia hanya akan berpikir bahwa kamu memaksanya. Kembalilah, Andelio. Kamu memperlakukanku dengan sangat baik, aku akan menikah denganmu. Aku akan bicara dengan ayah ibuku dulu."

Andelio mengangkat wajahnya saat mendengar kata-kataku. Matanya yang seperti tinta diwarnai dengan cahaya terang keterkejutan.

Pada akhirnya, dia kembali dalam keadaan tenaga sudah terkuas, terserang flu dan demam tinggi yang tidak kunjung sembuh.

Dengan adanya Herika yang menyemangatiku, aku tidak bisa berdiam diri lagi, menyelinap keluar untuk menjenguknya tanpa sepengetahuan orang tuaku.

Keluarganya sangat miskin. Setelah aku merawatnya selama beberapa hari, keadaannya akhirnya kembali membaik.

Ketika dia terbangun, aku menatap matanya yang penuh dengan cinta yang mendalam untukku. Seketika, aku kehilangan kata-kata.

Ketika aku ragu-ragu, Andelio memegang tanganku dan dengan lembut memanggil namaku.

Hatiku berdesir karena cinta. Ketika cinta tersampaikan, apa pun yang terjadi dapat dibenarkan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel