Bab 4
Namun, aku tidak menyangka bahwa setelah malam itu aku akan hamil.
Aku sangat takut, jadi menyembunyikan kehamilan ini dari orang tuaku. Aku memohon kepada mereka untuk mengizinkanku menikah dengan Andelio. Aku sempat mengancam akan meninggalkan rumah jika mereka tidak mengizinkanku menikah dengannya.
Hal ini membuat ayahku marah. Ibuku menyarankan agar aku pergi ke Kuil Dinasti yang berada di luar kota selama beberapa hari, menunggu emosi ayahku mereda.
Aku tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang diperintahkan oleh ibu. Namun, tidak disangka bahwa ketika aku baru tinggal beberapa hari di Kuil Dinasti, ada bandit yang menyerang, membuatku menjadi sandera mereka.
Pada saat putus asa, Andelio menyelamatkanku tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, yang disaksikan oleh wanita-wanita lain yang juga berada di Kuil Dinasti.
Dengan bantuan ini, ayahku akhirnya luluh, tetapi tanggal pernikahan belum disepakati. Karena hamil, aku muntah dan kehamilanku pun diketahui oleh ibu.
Dia terisak tak terkendali, berkata dengan penuh keluhan, "Sebaik apa dia, sampai kamu bersedia melakukan semua ini bahkan sebelum kalian menikah?"
Aku sadar bahwa aku salah, jadi aku tidak membalas perkataan ibu. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menikahkanku dengan Andelio sesegera mungkin.
Setelah kami menikah, orang tuaku khawatir aku akan hidup menderita, jadi mereka membeli sebuah rumah besar dan menempatkan banyak pembantu dan pelayan sebagai mas kawin.
Namun, Andelio hanyalah seorang sarjana miskin, jadi mana mungkin dia bisa menghidupi semua pelayan yang dipekerjakan?
Pada akhirnya, aku dibutakan oleh cinta dan menggunakan mas kawin milikku untuk menutupi kekurangan dalam pembukuan keuangan.
Tahun berikutnya, Andelio akhirnya lolos ujian pemerintah.
Demi bisa memperlancar kariernya, aku memohon kepada ayah dan Andelio akhirnya menjadi seorang pejabat kecil kelas enam.
Kemudian, dengan bantuan diam-diam ayahku, posisinya berangsur-angsur meningkat. Dia menyelamatkan kaisar secara kebetulan dan ditunjuk sebagai Marquis.
Namun, hubungan kami makin menjauh setelah dia menjadi Marquis.
Suatu hari, aku mendengar para bawahan mengatakan bahwa Wilani bukanlah anak Andelio.
"Aku sempat dengar bahwa sebelum Nyonya menikah dengan Marquis, dia diculik oleh bandit di Kuil Dinasti. Ini memang tidak lama, tapi siapa yang tahu apa yang terjadi saat itu?"
"Pantas saja hubungan Marquis dan Nyonya renggang. Marquis bahkan tidak mau dekat dengan anak Nyonya. Jangan-jangan...."
Mendengar hal ini, aku kaget sekaligus ketakutan.
Masalah saat itu jelas-jelas sudah disembunyikan dengan sangat baik oleh ayah dan ibu, bagaimana mungkin para bawahan ini bisa menyebutkannya?
Jika Andelio mendengarnya, apakah dia akan curiga dan meninggalkanku?
Aku menggunakan statusku sebagai istri Marquis untuk menghukum mati kedua orang yang menyebarkan rumor itu.
Namun setelah Andelio mengetahuinya, tatapannya ke arahku bagaikan pisau es.
"Membunuh orang hanya karena beberapa kata yang tidak penting. Sejak kapan kamu jadi sekejam ini? Apa kamu ketakutan karena apa yang mereka katakan?"
Sejak saat itu, dia jadi makin curiga, selalu berpikir bahwa tubuhku mungkin tidak lagi bersih.
Aku merasa berkecil hati dan tidak mau repot-repot terlibat dalam pertengkaran dengannya.
Hubungan suami istri kami hanya tinggal nama saja. Tapi demi Wilani, aku memilih untuk tidak berpisah dengannya.
Namun, aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan begitu berdarah dingin hingga membunuh nyawa putrinya sendiri demi orang lain.
Dia membawa putrinya ke perjamuan istana, tetapi meninggalkannya sendirian untuk menghadapi kuda yang mengamuk.
Pada akhirnya, dia mencegat tabib yang ingin menyelamatkan Wilani, membuat Wilani akhirnya meninggal.
Dalam kesedihan yang luar biasa, aku membunuh pasangan tidak tahu malu itu dengan tanganku sendiri.
Namun yang mengejutkanku, Tuhan memberiku kesempatan untuk memulai hidupku kembali.
Semuanya belum terjadi dan Wilani tidak pantas mendapatkan ayah seperti itu.
Kali ini, aku akan menghentikan tragedi itu!