kembali Ke Kuil
Fen Lian berjalan kaki keluar dari balai latihan bela diri yang ada di Danau Limau sambil membawa pakaiannya di tas punggung. Kali ini Fen Lian sudah sangat yakin untuk pergi meninggalkan Danau Limau, untuk kembali ke paviliunnya sementara waktu. Ia merasakan berat hati kala kaki itu melangkah menjauh dari balai pelatihan. Sebelumnya Fen Lian sudah berpamitan kepada paman guru untuk kembali sekarang juga, awalnya paman guru melarang Fen Lian untuk pergi sekarang. Namun karena Fen Lian yang bersikukuh untuk tetap kembali sekarang juga, mau tidak mau sang paman guru hanya bisa mendukung Fen Lian apapun resikonya nanti pasti ia sudah memikirkan semuanya secara matang.
Semakin lama kaki itu semakin menjauh, benar-benar menjauh dari Danau Limau. Fen Lian berjalan gontai berkeliaran di tepi jenbatan kecil penghubung jalan di kota tersebut. Rasa tidak rela akan meninggalkan Danau Limau sangat terasa di hatinya, selama beberapa tahun ini Danau Liamu lah yang menjadi tempat tinggalnya. Saking lamanya ia tinggal, sampai-sampai sudah menyatu dengan suasana tempat tinggalnya sekarang ini. Namun kini ia terpaksa harus kembali ke kediaman asalnya yaitu Jiangnan. Sungguh hal ini tidak mudah pastinya, akan tetapi mau tidak mau ia harus segera kembali. Walaupun nanti Fen Lian tau resiko yang harus ia hadapi ketika sampai di tempat tinggalnya, pasti hinaan kembali terjadi karena ia kembali dengan membawa kabar buruk.
Selama ini para kerabat Fen Lian sangat berharap bahwa ia kembali dalam keadaan sudah menjadi pendekar, dengan kemampuan kultivasi hebat, namun pada kenyataannya takdir tidak berpihak kepadanya. Feb Lian sudah mulai gelisah mengkhawatirkan keadaannya nanti ketika sampai kediaman.
Fen Lian berjalan mengikuti di sepanjang tepi sungai di luar kota. Di sungai terdapat perahu-perahu nelayan kecil yang juga bertindak sebagai feri untuk orang yang lewat. Saat ini adalah musim semi sehingga kapal-kapal penuh dengan pengunjung. Hak itu merupakan sebuah kesulitan besar bagi Fen Lian, dengan segera ia kembali mencari cara lain agar tetap bisa melakukan perjalanan hingga sampai di tempat tinggalnya. Hingga ia dapat menemukan seorang nelayan dengan kapalnya berlabuh.
Perahu dengan layar hitam ini berada tepat di samping Fen Lian. Cukup menjadi sebuah pertanyaan tersendiri kenapa kapal satu ini tidak di huni orang sama sekali. Di sungai, nelayan itu berbaring terlentang, wajah di tutup oleh topi jerami, dengan rambut abu-abu yang mencuat keluar. Fen Lian duduk di sampingnya, sembari menunggu lelaki tua itu bangun.
Akan tetapi sampai beberapa detik Fen Lian berada di samping lelaki tua itu, ternyata beliau tidak kunjung bangun. Fen Lian sudah lelah dengan lelaki itu, ia pun menarik topi jerami menjauhkan dari wajahnya, terengah-engah menatap Fen Lian penuh dengan permusuhan. "Ck! Sialan! Tidak bisakah kamu membiarkanku tidur dengan tenang?" Tanyanya.
Fen Lian tidak takut sama sekali. "Maaf pak tua, maukah anda melakukan bisnis denganku?" Tanya Fen Lian.
Nelayan itu mengutuk Fen Lian. "Hey anak kecil! Tau apa kau tentang bisnis? Bersikaplah sopan kepada yang lebih tua!" Ujarnya.
Fen Lian mengernyitkan dahinya. "Maksut pak tua apa? Aku hanya menawari bisnis, tapi kalau anda tidak mau tidak masalah. Saya melihat perahumu tidak ada yang memakai sama sekali, jadi aku berpikir untuk mengajakmu bekerja sama, tapi sepertinya anda tidak mau." Jelas Fen Lian.
Pak tua tidak tertarik sama sekali dengan tawaran Fen Lian. Beliau hanya menatap malas kearah Fen Lian sembari meraih topi jerami itu.
"Ck! Aku tidak tertarik sama sekali. Lagian pula aku melihat kamu masih muda memangnya kamu punya uang?" Tanya pak tua itu sedikit mengejek.
Mendengar hal itu tanpa basa-basi Fen Lian mengambil kantong kain yang ada di dalam tas yang berisi pakaiannya. Setelah itu Fen Lian menunjukkan kantong berisi uang itu kepada pak tua.
"Aku punya uang, kalau pak tua tidak percaya buka saja sepertinya uangku cukup untuk membawaku menyebrangi sungai ini," ujarnya.
Pak tua itu mengintip sekilas kantong uang itu tanpa mau mengambil ataupun melihat secara langsung isinya. Setelah itu barulah pak tua menatap yakin kearah Fen Lian srmbari bertanya tujuannya.
"Kamu hendak kemana? Apakah perjalanan jauh?" Tanya pak tua itu.
Fen Lian tersenyum mendengar pertanyaan yang di lontarkan paj tua itu. "Tidak kok pak, hanya di Jiangnan sebrang sana." Ujar Fen Lian sembari menunjuk kedepan.
"Sepertinya tidak begitu jauh, kamu cukup berikan seratus yuan aku akan mengantarmu kembali,"
Fen Lian terhenyak mendengar pernyataan itu. "Tidak bisakah kurang? Aku hanya anak kecil yang ingin kembali pulang ke kampung halaman, apakah pak tua tidak ingin menolongku untuk pulang?" Tanya Fen Lian memohon.
Pak tua itu berdecak pelan. "Ck! Naiklah!" Pintanya.
"Beneran?"
"Cepat naik! Kalau tidak punya uang seharusnya kamu berdiam diri saja dirumah, tidak perlu keluar! Dasar anak kecil!" Sindirnya.
Fen Lian mendengar sindiran itu, akan tetapi ia memilih untuk tteap diam dan fokus dengan jalannya saat ini. Tidak memperdulikan apa yang di katakan nelayan tua ini terhadapnya, yang penting ia bisa kembali dengan uang yang serba pas-pasan.
Perahu kecil yang Fen Lian naiki perlahan mulai berjalan ke tengah menghindari dari tepian. Pak tua itu mendayung sampannya dengan santai, Fen Lian menikmati perjalanan ini dengan baik tanpa adanya banyak bicara.
Perjalanan berlangsung berkisar selama tiga puluh menit. Perahu kecil rapuh dan usang ini berhssil membawanya menyebrangi sungai yang luas nan panjang pemisah Jiangnan dan danau Limau. Begitu perahu berhenti Fen Lian langsung membawa barang-barangnya turun, bersama dengannya. Tak lupa sebelumnya Fen Lian sudah membayar pak tua itu terlebih dahulu, setelah semua urusan dengan pak tua selesai Fen Lian berjalan kaki menyusuri kota yang sekian lama ini sudah ia tinggalkan. Ada perasaan sedikit rindu, sedih dan bahagia. Semuanya berkolabirasi menjadi satu.
Uang Fen Lian habis untuk membayar pak tua tadi, sehingga ia berjalan kaki untuk sampai di kediamannya. Kurang lebih dua puluh menit ia berjalan kaki, kini tiba ia tepat di depan kuil kuno sederhana.
"Masih sama seperti dulu," gumam Fen Lian sembari menatap kuil itu dengan saksama.
Tak lama kemudian datanglah seorang pemuda yang baru saja keluar dari dalam kuil tersebut. Beliau terlihat sangat terkekut melihat Fen Lian di depan kuil.
"Fen Lian!" Panggilnya reflek.
Fen Lian yang mendengar itu sontak tersenyum. "Paman," panggilnya lirih.
"Kamu pulang? Kenapa kamu pulang? Bukannya kamu masih pelatihan?" Tanya paman secara bertubi.
Hal itu membuat Fen Lian merasa sedikit tersinggung dan takut. Dia adalah paman Fen Lian adik dari ayahnya yang sudah meninggal.
"Ceritanya panjang," ujar Fen Lian.
Hal itu membuat sang paman mengernyitkan dahinya. "Ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyanya penasaran.
"Jangan bilang kalau kamu gagal?" Tanyanya lagi.
Fen Lian tersenyum kecut.
"Kamu gagal?" Tanya lagi.
Fen Lian mengangguk. "Iya, aku gagal!" Jawabnya dengan yakin.
Plak!
"BODOH! ANAK BODOH! KENAPA BISA GAGAL HAH?"
Bersambung...