Pustaka
Bahasa Indonesia

PEWARIS KITAB KUNO

120.0K · Ongoing
feni setia
108
Bab
15.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Fen Lian adalah seorang pemuda biasa yang di kenal sebagai sampah yang tidak berguna karena tidak bisa berkultivasi sendiri di antara yang lainnya. Fen Lian sering dihina ataupun di asingkan karena dari sekian banyaknya murid hanya dirinya yang lambat dalam menangkap ilmu. Ketika yang lainnya sudah naik tingkatan, justru dirinya hanya berhenti pada tingkatan yang sama seperti dulu, tanpa adanya peningkatan sama sekali. Padahal ia sudah berlatih secara teratur sama seperti yang lainnya. Akan tetapi semua itu berubah ketika ia menemukan sebuah kitab kuno yang ia yakini milik ayah atau kakeknya zaman dahulu. Kitab itu berisi berupa jurus-jurus kuno yang sudah jarang di pelajari oleh pendekar zaman sekarang. Berkat mempelajari isi kitab kuno yang ia temukan itu, Fen Lian kini menjadi ahli kultivator hebat karena kitab yang ia temukan. Bahkan ada satu ilmu yang berhasil Fen Lian kuasai. Jurus sembilan matahari namanya, dan ilmu ini tekenal sangat sulit. Saking sulitnya sampai-sampai tidak ada yang bisa menguasai ilmu ini. "Aku tidak menyangka bahwa aku bisa memiliki ilmu ini, beruntung sekali aku bertemu dengan kitab kuno yang sempat aku hina buruk itu. Sekarang benda itu justru sangat berharga bagiku," ujar Fen Lian sambil memeluk kitab bersampul coklat usang itu. "Lihat saja akan ku buktikan kepada mereka semua yang telah menghinaku sebagai gembel, akan ku pastikan mereka tertunduk malu melihat kekuatanku sekarang!"

FantasiDewasaPengembara WaktuSupernaturalkultivasiwuxiapendekarpetarung

pendekar lemah kultivasi

Balai Bela Diri Danau Limau

Seorang pemuda tertunduk di pojokan tengah duduk sembari menatap kosong kearah depan, merapati nasibnya yang malang. Pemuda yang tengah berjuang mati-matian untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, seperti halnya menjadi pendekar hebat. Keinginan yang sangat sederhana, hanya ingin menjadi seorang pendekar hebat tanpa bermuluk-muluk untuk di takuti ataupun di segani orang banyak. Usaha keras melakukan apa yang guru pinta, mulai dari menirukan apa yang di peragakan, apa yang beliau berikan arahan, hingga di bimbing dengan sabar setiap waktu.  Namun semuanya sia-sia, sampai detik ini tidak ada peningkatan sama sekali. Resah, gelisah, takut dan kecewa inilah yang sedang Fen Lian rasakan. Selama ini ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik agar berhasil, namun pada kenyataannya takdir belum mau berubah.

Fen Lian sendiri merasakan bahwa apa yang sedang ia usahakan sia-sia, pada pertengahan latihan bela diri ia sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada dirinya. Ia juga sudah membicarakan kejanggalan ini kepada guru, namun jawaban dari guru masih sama tidak ada saran apapun selain memberikan semangat untuk Fen Lian agar mau terus berlatih mengolah dan terus mempraktekkan apa yang sudah dirinya ajarkan selama ini. Semua yang guru ajarkan sudah ia lakukan, bahkan susah berkali-kali mencoba mengikuti saran yang diberikan. Satu kali dua mungkin masih ada semangat dan keinginan untuk berusaha mengelola apa yang ada pada dirinya. Namun tidak selamanya Fen Lian bisa terus berjuang untuk meraih apa yang menjadi keinginannya itu.

Hingga sampai pada suatu titik dimana Fen Lian benar-benar merasakan lelah dan ingin menyerah. Seperti yang terjadi beberapa hari belakangan ini, Fen Lian merasakan semangatnya menurun drastis, bahkan hampir kehilangan semangat. Perasaan kecewa melihat kegagalan yang sedang ia alami, ditambah lagi semua teman satu angkatan dengannya sudah berhasil naik tingkatan yang artinya sebentar lagi sudah berganti latihan. Namun ia masih diam di tempat seakan tidak ada keinginan untuk melangkah maju kedepan demi kelangsungan masa depan yang sudah ia rencanakan.

Beberapa jam yang lalu adalah waktu dimana sang guru pelatih menguji ilmu yang sudah muridnya pelajari, sekaligus kenaikan ilmu. Pada kegiatan ini semua murid di wajibkan untuk mengikuti tes, dan guru juga baik hati memberikan kesempatan hingga sepuluh kali bagi yang gagal dalam melakukan tes. Ada lima murid yang tidak berhasil dalam uji coba pertama, akan tetapi mereka berhasil pada uji coba kedua. Berbeda dengan Fen Lian yang gagal pada sepuluh kali kesempatan.

Hebat bukan? Sangatlah hebat, dia bisa gagal sampai sepuluh kali. Padahal sebelumnya sudah sangat matang, dan pastinya ilmu yang di ujikan sudah di kuasai murid, namun entah kenapa Fen Lian tidak berhasil sama sekali. Guru juga memberikan alasan kegagalan Fen Lian mengarah kepada kekuatan dalam berkultivasi yang kurang tercapai energinya. Memang sejak awal guru sudah mengatakan kemampuan kuktivasi Fen Lian sangat buruk, akan tetapi hal itu seharusnya tidak menjadi masalah karena pada kenyatannya banyak sekali orang-orang yang memiliki kekurangan ini namun mereka bisa melakukan dengan baik.

"Sampai detik ini kemampuanku untuk berkultivasi masih gagal, apakah aku ini memang di takdirkan untuk menjadi seorang pendekar tanpa kultivasi? Lantas apa gunanya menjadi pendekar jika tidak bisa melakukan kultivasi?" Ucap Fen Lian.

Kemudian ia menolehkan kepalanya kearah tempat latihannya, ia masih ingat betul bagaimana uji coba yang telah ia lakukan tadi, sedangkan teman-temannya yang lain berhasil semuanya, hanya tersisa satu orang yaitu dirinya.

Flashback on

"Fen Lian ini adalah percobaan terakhir jika gagal, maka kamu harus mengulang semua materi dari awal hingga sekarang ini sendirian karena temanmu yang lainnya sudah naik ke level selanjutnya. Tidak mungkin jika mereka menunggumu, hal itu akan membuang-buang waktu mereka," ujar sang guru kepada Fen Lian.

Mendengar pernyataan sang paman seketika Fen Lian merasa bahwa sang guru juga kecewa kepadanya, sehingga hal itu membuat Fen Lian merasa sedikit tidak enak dengan guru. Namun apa lagi yang bisa ia lakukan? Pasalnya semuanya sudah ia lakukan dengan benar sesuai ajaran dari guru, tetapi hasilnya masih belum berhasil.

"Lantas apa yang harus Fen Lian lakukan paman?" Tanya Fen Lian kepada guru yang hampir setiap hari pertanyaan itu keluar dari bibirnya.

"Tidak ada keberhasilan tanpa usaha, kegagalan yang pernah kamu lakukan bukan berarti selamanya kamu akan gagal. Hanya ada cara yaitu terus berlatih dan berlatih. Pelajari kembali apa yang paman ajarkan, sampai kamu benar-benar mampu menguasai semuanya!" Jelas sang guru.

Fen Lian terdiam sesaat mencerna setiap kalimat itu, ia sendiri juga bingung dengan keadaan dirinya. Sampai sekarang masih menjadi pertanyaan apa yang salah pada dirinya, sehingga berkali-kali gagal melakukan kultivasi.

Beberapa detik kemudian paman guru menepuk pundak Fen Lian pelan. Sembari memberikan semangat untuk muridnya agar tidak mudah menyerah begitu saja.

"Fen Lian, semangat berlatih, masa depanmu tidak berhenti sampai disini. Paman beri kesempatan satu minggu untuk mengulang semuanya. Berlatihlah dengan sungguh-sungguh, dan temui paman di tempat ini!" Pinta sang paman.

Flashback off

"Arrgghhttt...!!!"

"Sampai kapan aku harus seperti ini? Sampai kapan hah? Aku lelah!" Teriak Fen Lian frustasi.

Fen Lian meraup wajahnya dengan kasar, tak lupa melepas pengikat kepalanya kemudian membuang ikat kepala itu kesembarangan tempat. Kali ini benar-benar frustasi, sudah tidak ada semangat lagi untuk memperbaiki semuanya, karena kekecewaan yang ia rasakan begitu besar.

Tak lama kemudian datang segerombolan lelaki bertubuh kekar d an berisi datang menghampiri Fen Lian di aula tersebut. Mereka terlihat sangat tegas dengan gaya berjalan layaknya seorang berkuasa di tempat ini. Tak lama kemudian lelaki itu memanggil nama Fen Lian.

"Fen Lian!"

Sontak Fen Lian langsung mendongak dan menatap lelaki itu dengan tatapan malasnya. Fen Lian mengenal lelaki yang ada di depannya, mereka adalah  Yier Yan dan teman-teman segerombolan remaja seperguruannya. Namun mereka sudah menguasai semua jurus termasuk kemampuan kultivasi yang sagat baik.

Fen Lian bangkit dari tempat duduknya dengan malas. "Mau apa kamu?" Tanya Fen Lian kepada Yier.

"Tidak ada, aku hanya ingin mengucapkan turut prihatin dengan kegagalannu hahhaha..!!"

Gelak tawa terdengar sangat kencang memenuhi telinga Fen Lian. Yier dan teman-temannya menertawakan kegagalan Fen Lian. Hal itu membuat Fen Lian merasa terhina oleh tingkah teman seperrguruannya.

"Apakah pantas kau tertawa di atas kegagalan saudaramu sendiri?" Tanya Fen Lian.

Seketika Yier mengernyitkan dahinya. "Siapa? Siapa yang saudaraku? Kau?" Tanya Yier sambil menunjuk Fen Lian. Namun beberapa detik kemudian Yier kembali tertawa pelan. "Aku tidak pernah memiliki saudara sepertimu, saudaraku adalah pendekar hebat yang mampu menguasai beberapa jurus, bukan orang yang tidak bisa berkultivasi sepertimu! Sampah!!"

Fen Lian memelototkan matanya mendengar kalimat terakhir yang keluar dari bibir Yier. Setelah itu ia pun menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.

"SAMPAH! TIDAK PANTAS SAMPAH BERADA DISINI!" ujar Yier lagi, namun kali ini menggunakan nada mengejeknya.

"JAGA UCAPAN KAMU!"

"Ck! Mau apa? Berkelahi? Ayo, siapa takut!" Jawab Yier sombong.

"Kamu....."

Bersambung....