Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pendekar Kecil dan Murah Hati

"Pengumuman untuk para hadirin sekalian di mohon untuk bersiap karena kegiatan tes kultivasi akan di lakukan secara berurutan sesuai dengan nomor antrian yang ada pada kartu kalian masing-masing."

"Untuk seluruh peserta di wajibkan untuk mengikuti arahan dari kultivator dan panitia berharap tidak ada keributan sama sekali di sini!"

Jantung Fen Lian kini berpacu dengan sangat kencang kala mendengar sebuah pengumuman yang menginfokan jalannya kegiatan tes kultivasi ini. Ia yang sedaritadi hanya diam di tempat sambil menatap lurus kedepan ini ternyata diam-diam memikirkan seribu cara agar bisa lolos kultivasi, setelah sekian lama tidak pernah berhasil. Apalagi melihat ruangan tertutup ini layaknya lautan manusia membuat konsentrasinya semakin buyar. Apa yang telah ia ingat-ingat ini sering kali berubah, kadang ingat kadang juga tidak ingat. Hal itu membuatnya semakin merasa takut.

Satu persatu peserta sudah mulai di panggil untuk melakukan tes kultivasi. Fen Lian tak hentinya menatap mereka yang sedang melakukan tes ini dengan saksama, sebagai gambaran untuk dirinya nanti ketika melakukan tes. Namun pada kenyataannya setiap sekte memiliki cara masing-masing, apa yang di lakukan mereka belum tentu sama seperti apa yang pernah ia pelajari sebelumnya. Terlihat dari caranya saja sudah jauh berbeda, tidak bisa meniru apa yang mereka lakukan karena percuma saja jika ia bisa menirukan namun tidak faham sama saja tidak akan berhasil.

Fen Lian beranjak dari tempat duduknya kemudian berbaris bersama dengan segerombolan pendekar yang sekelompok dengannya. Ia melihat pendekar yang berbaris di depannya itu satu persatu, umur mereka sepertinya tidak jauh berbeda dengannya yaitu berkisar dua puluh tahun. Fen Lian melihat mereka seperti remaja biasa pada umumnya, mereka rata-rata memiliki tingkatan kultivasi penempatan tulang kesatu.

Namun ia membelalakkan matanya kala menangkap satu anak kecil yang tadi sempat membuatnya kagum. Rupanya anak kecil hebat itu satu kelompok dengannya, entah ada apa dengan Fen Lian setiap kali melihat anak kecil itu seketika ia merasa tenang. Wajahnya putih bersih menenangkan siapapun yang menatapnya, di tambah lagi bentuk tubuh yang sudah terbentuk sejak kecil ini terlihat sangat kuat. Anak kecil yang bernama Xiao ini terlihat sangat kuat dan berani, layaknya seorang remaja yang sudah matang mentalnya. Berbeda dengan dirinya yang masih sering ragu, takut, dan pastinya terkadang merasa tidak percaya diri dengan semua ilmu yang pernah ia pelajari. Padahal paman guru sering mengatakan kepadanya bahwa untuk menjadi pendekar sejati harus berani dan tidak takut dalam segala apapun. Hadapi rintangan sekalipun mengeluarkan darah dan mengorbankan nyawa tidak akan menjadi masalah yang terpenting tujuan kita tercapai.

Fen Lin baru saja hendak mengajak berbicara Xiao, akan tetapi barisan yang ada di depannya sudah telanjur maju kedepan yang artinya sebentar lagi gilirannya untuk melakukan tes secara bergantian.

Tepat dua puluh menit berlalu pendekar yang sedang melakukan tes di depannya ini sudah selesai. Hal itu membuat Fen Lian merasa gugup karena singkatnya waktu yang diberikan untuk melakukan tes. Dengan segera Fen Lian masuk ke dalam ruangan khusus kultivasi, secara pribadi. Fen Lian berpikir bahwa hanya ada kultivator yang menjadi narasumber saja yang akan ia hadapi, rupanya ada empat anak kecil yang terkenal dengan kehebatannya ini juga sedang berkumpul bersama kultivator untuk mendampingi kegiatan ini.

Pada saat pertama kali masuk ke dalam ruangan ini Fen Lian sudah merasakan ada sesuatu yang janggal. Entah dari segi mana ia pun tidak tau. Tatapan empat anak ini terlihat seperti tidak menyukai dirinya, tidak heran jika perasaan Fen Lian terasa sedikit canggung dan tidak nyaman. Namun ia harus tetap bersikap profesional terhadap kegiatan ini, karena tujuan utamanya untuk melakukan kultivasi adalah keberhasilan yang nantinya akan ia tunjukkan kepada paman dan gurunya. Sebisa mungkin ia menepis perasaan tidak nyaman ini dan menggantikannya dengan perasaan percaya diri untuk melakukan tes dengan baik dan benar.

"Fen Lian!"

Fen Lian membungkukkan badannya sembari mengepalkan kedua tangannya di depan dada. "Baik guru,"

"Nama yang bagus, apakah sebelumnya kamu sudah pernah melakukan kultivasi?" Tanyanya.

Fen Lian pun mengangguk. "Saya sudah pernah mencobanya," jawab Fen Lian singkat tanpa mau menjelaskan apapun karena ia ingat pesan paman guru untuk tetap rendah hati dan jangan mudah membongkar keberhasilan ataupun kegagalan dalam hidup. Biarlah orang lain yang mencari tau sendiri karena tidak semua orang bisa menerima kita dengan baik.

Kultivator itu mengangguk faham. "Baik sekarang langsung saja kita mulai melakukan kultivasi,"

"Jika kamu sudah pernah melakukannya maka kamu sudah tau apa yang harus kamu lakukan tanpa adanya bantuan dariku yang mengarahkan. Ingat ya Fen Lian, aku tidak pernah membantu siapa pun dalam melakukan kultivasi, hanya saja aku mengarahkan mereka yang belum bisa atau belum pernah melakukan. Karena ini kamu sudah bisa maka aku akan membiarkanmu melakukannya sendiri. Lakukanlah!" Pintanya lagi.

Fen Lian pun mengangguk. Perlahan ia mulai menetralkan detak jantungnya, untuk melakukan kultivasi diperlukan sebuah ketenangan hati dan pikiran, kita tidak boleh panik dan gugup. Jika kita merasa tidak nyaman sebisa mungkin kita harus menetralkan perasaan tidak nyaman tersebut hingga tenang. Barulah kita dapat melakukan kultivasi dengan baik. Fen Lian duduk sesuai dengan syarat melakukan kultivasi, melakukan pernapasan seperti yang pernah ia pelajari untuk membangkitkan energi Chi yang ada pada tubuh manusia. Pertama-tama Fen Lian masih gugup sehingga sedikit terganggu ketengannya. Namun pada percobaan kedua ini Fen Lian sebisa mungkin untuk melakukan kultivasi dengan benar.

Namun beberapa detik setelah ia merasa energi berkumpul tiba-tiba kultivator itu menghentikan kegiatan ini.

"Cukup!"

Fen Lian seketika mengernyitkan dahinya. "Padahal aku belum selesai, kenapa menghentikanku?" Tanyanya bingung.

Empat anak kecil itu tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Fen Lian. Hingga beberapa detik setelah mereka puas menertawakan Fen Lian mereka pun kembali bersikap normal.

"Kamu darimana? Aku tidak pernah bertemu denganmu kalau kau anak sini," tanyanya.

"Aku dari Jiangnan,"

"Sudah berapa kali melakukan kultivasi?" Tanyanya lagi.

Fen Lian mendadak gugup, perasaannya kini sudah tidak enak mendengar pertanyaan ini. Dengan segera ia menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku tidak tau, memangnya ada apa?" Tanya Fen Lian.

Anak kecil itu mengernyitkan dahinya. "Kamu bertanya? Kamu gagal!" Jawabnya dengan tegas.

Sontak hal itu membuat Fen Lian memelototkan matanya. "Gagal? Bahkan aku belum melakukannya sampai selesai," jawabnya.

"Remaja bodoh! Kamu tidak bisa berkultivasi! Kamu gagal karena kemapuan kultivasi sangat buruk, tidak bisa mengelola energi Qi, lebih baik kamu kembali berlatih bersama anak-anak. Orang dewasa kalah dengan anak bayi yang baru bisa bela diri," sindirnya dengan nada pedas.

Fen Lianmengepalkan kedua tangannya, ia tidak terima dihina di depan banyak orang seperti ini. Sungguh sesuatu hal yang sangat memalukan.

"Jaga ucapanmu anak kecil! Aku tau kamu hebat, tapi tidak bisakah kamu bersikap sopan kepada seseorang yang lebih tua darimu? Bukankah untuk menjadi  kultivator maupun pendekar harus memiliki attitude yang baik?"

Anak kecil itu berdecih. "Ck! Aku tidak peduli sama sekali. Yang aku hargai hanyalah orang-orang yang jauh lebih hebat dariku, jika ada orang yang tidak berguna sepertimu, maka aku menganggapnya sampah yang di injak dan tidak perlu di hargai!" Ujarnya.

"Kamu—"

Fen Lian baru saja hendak melayangkan pukulan namun seketika naitnya ia urungkan karena ada seseorang yang menahan tangannya dari belakang.

"Sudah cukup! Bukankah orang yang beradap dan pandai itu tidak mudah tersulut emosi? Jika kamu tidak merasa sampah, maka jangan balas perlakuannya!" Ujar Xiao dari belakangnya.

Deg.

"Xiao!" Gumam Fen Lian.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel