Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kegagalan

Setelah dinyatakan gagal dalam melakukan kultivasi Fen Lian pergi dari tempat itu dengan perasaan bercambuk. Untuk yang kesekian kalinya ia harus gagal lagi dalam berkulrivasi, Fen Lian sudah terlanjut berjanji kepada dirinya sendiri bahwa setelah gagal ia tidak akan mau untuk melakukan kultivasi lagi. Karena hal itu akan sia-sia, percuma mencoba lagi yang nantinya hasilnya pasti juga akan tetap sama, yaitu kegagalan. Fen Lian berjalan lemah tak berdaya, pikirannya kosong, hanya rasa sedih yang menguasainya. Hingga beberapa detik setelah ia sudah lumayan jauh dari tempat tersebut, tiba-tiba seorang anak kecil menghampirinya. Dia adalah Xiao anak kecil yang ia kenal di tempat tersebut.

Anak kecil itu berjalan beriringan dengan Fen Lian, karena saking kecilnya Xiao, sampai-sampai Fen Lian tidak menyadari akan kehadiran Xiao di sampingnya. Sama halnya dengan Xiao yang merasa bahwa dirinya di abaikan itu langsung bersuara.

"Hey! Orang dewasa tidak boleh sedih!" Ujar Xiao secara tiba-tiba.

Mendengar hal itu sontak Fen Lian buyar dari lamunannya. Ia pun menolehkan kepalanya sembari menunduk mencari keberadaan Xiao yang kini tengah berdiri di sampingnya. Langhkah mereka terhenti sejenak, Fen Lian juga masih terlihat terkejut dengan kehadiran Xiao di sampingnya.

"Xiao, kenapa kamu bisa disini? Dan kamu sama siapa?" Tanya Fen Lian penasaran.

Xiao tersenyum manis menampilkan giginya yang rapih dan bersih. Sungguh anak kecil ini sangat lucu dan menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya.

"Aku sendirian, nama kamu siapa?" Tanyanya dengan berani.

"Panggil saja Fen Lian,"

Xiao mengangguk faham. "Jangan sedih, orang dewasa tidak boleh sedih. Ingat ya kegagalan adalah kunci sebuah kesuksesan, kamu harus semangat lagi untuk berjuang mendapatkan apa yang kamu inginkan!" Tuturnya bijak hanya saja dengan nada berbicara yang masih seperti anak kecil. Tidak dapat di pungkiri bahwa Xiao ini memang anak kecil, sekalinya dia berbicara dewasa sekalipun pandangan orang tetap anak kecil mungil dan menggemaskan dengan gaya bahasa layaknya anak-anak pada umumnya.

Fen Lian tersenyum sembari berjongkok menyeimbangkan dirinya dengan Xiao. Entah mendapat dorongan dari mana hingga Fen Lian berani mengusap kepala Xiao dengan lembut menyalurkan rasa kasih sayangnya kepada Xiao.

"Aku tidak akan bersedih lagi demi kamu! Aku akan belajar dari kesalahanku selama ini. Ketika aku kembali nanti, aku pasti akan belajar lebih giat lagi," ujar Fen Lian dengan yakin.

Xiao mengacungkan jempolnya kala mendengar ucapan Fen Lian. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Xiao karena berhasil membuat orang dewasa seperti Fen Lian ini luluh kepadanya.

"Bagus! Jangan hiraukan ucapan orang lain dan fokuslah dengan dirimu sendiri. Oh iya, kalau kamu tidak bisa berkultivasi bukan berarti kamu tidak bisa melakukan bela diri yang lainnya. teruslah semangat dan berlatih sesuai dengan kemampuanmu, jangan di paksakan!" Tuturnya lagi.

Fen Lian tersenyum terharu mendengar petuah dari Xiao, tutur kata yang sopan dan sangat memotivasi dirinya yang sedang tidak baik-baik saja ini. Melihat sinar matahari yang sudah mulai tenggelam, hal itu membuat Fen Lian menekuk wajahnya kecewa. Sangat di sayangkan pertemuannya dengan Xiao Hua harus berakhir sampai disini, dirinya tidak bisa lama-lama lagi mengobrol dengan Xiao karena harus kembali ke Jiangnan sebelum hari semakin larut.

"Xiao, maafkan aku karena kita tidak bisa mengobrol dengan lama. Aku harus segera kembali sebelum hari semakin gelap, aku akan selalu megingat kata-katamu, dan aku akan lebih giat lagi belajar!" Ujar Fen Lian.

Xiao pun mengangguk. "Pergilah! Aku berharap semoga kelak kita bisa berjumpa lagi," ujarnya tanpa ada rasa sedih sekalipun. Berbeda dengan Fen Lian yang merasa sedikit sedih karena harus berpisah dengan Xiao, entah perasaan apa yang ia rasakan ini yang jelas rasa sedih dan sayang ini tumbuh dengan sendirinya di hari Fen Lian tanpa adanya unsur paksaan.

Setelah itu ia pun berpamitan kepada Xiao untuk kembali ke Jiangnan. Fen Lian berjalan dengan cepat keluar dari desa tersebut, perlahan bayangan punggung Fen Lian sudah tidak terlihat lagi. Sementara Xiao masih berdiri, terpaku di tempat menatap kepergian Fen Lian.

"Lelaki dewasa yang rendah hati," gumamnya.

Setelah itu Xiao kembali masuk ke dalam aula untuk melanjutkan sesi selanjutnya. Seperti yang sudah tertulis dalam perjanjian bahwa siapa pun yang berhasil melakukan kultivasi dengan benar, maka mereka wajib melakukan tahapan selanjutnya. Xiao berhasil lolos kultivasi sehingga dirinya harus berdiam di tempat ini selama satu minggu atau bisa jadi satu bulan untuk melakukan tahapan selanjutnya.

***

Fen Lian berjalan sendirian memasuki hutan terlarang di desa tersebut. Cahaya penerangan yang semakin larut semakin tidak terlihat terang, udara dingin nan sepi membuat suasana semakin mencekam. Namun hak itu tidak menjadikan Fen Lian takut sama sekali, jiwa pendekarnya sudah terbentuk sejak dini, ia tidak takut sama sekali dengan dunia luar. Menurutnya berkelana sangat menyenangkan dan menantang, sehingga ia sangat menyukai berkelana.

Tangannya yang kekar itu menyibak dedaunan di semak-semak beberapa kali, untuk mencari jalan keluar. Dengan hati-hati ia berjalan sesuai dengan jalur yang sudah ia pilih itu untuk menuju ke Jiangnan.

Tidak semua perjalanan bisa selurus dan semulus yang ada pada bayangan kita. Di tengah perjalanan di malam yang semakin larut ini, tiba -tiba ada sebuah serangan dadakan yang berasal dari belakangnya. Serangan ini berupa tonbak runcing yang menancap dengan sempurna pada pohon besar yang ada di depannya.

Hal itu pastinya membuat Fen Lian terkejut. Namun beberapa detik setelahnya ia kembali menormalkan keterkejutannya itu dengan cara langsung membalikkan tubuhnya dan mencari seseorang yang melempaar tombak tersebut. Tidak ada seorang pun yang ada di belakangnya, akan tetapi justru itu yang membuatnya semakin berjaga-jaga.

"Siapa disana?" Teriak Fen Lian dengan sangat kencang.

Masih tidak ada jawaban sama sekali, hingga beberapa detik kemudian ada sebuah anak panah melayang ke udara, untungnya dengan sigap Fen Lian menghindar. Sehingga anak panah itu tidak jadi mengenainya.

"Kalau kau pendekar tolong keluarlah! Jangan bersembunyi layaknya seorang pengecut!" Sindir Fen Lian secara halus.

Hingga beberapa detik kemudian keluarlah tiga orang pendekar memakai baju serba hitam berdiri dengan tegap di depannya. Fen Lian seketika mengernyitkan dahinya kala melihat siapa yang ada di depannya itu. Tiga lelaki itu menatap sinis kearah Fen Lian, sedangkan Fen Lian sendiri masih terkejut dengan kehadiran lelaki ini di depannya.

"Apa yang kau inginkan dariku sehingga kau selalu mengusikku?" Tanya Fen Lian dengan tegas.

Lelaki itu tersenyum sinis. "Aku hanya ingin menyadarkanmu bahwa sampai kapan pun kamu tetaplah pendekar tidak berguna dan selalu gagal kultivasi!" Ujarnya dengan nada mengejek. Bersamaan dengan hinaan itu terdengarlah suara gelak tawa puas yang keluar dari bibir mereka bertiga dengan sangat kencang.

"Kau mengejekku?" Tanya Fen Lian dengan santai. Kemudian Fen Lian menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Lebih baik sekarang kita bertarung, untuk membuktikan omonganmu!" Tantang Fen Lian dengan yakin.

Lelaki itu tersenyum mengejek. "Sombong sekali dia," ujarnya.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel