Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Calon Kultivator

Keesokan harinya Fen Lian datang ke sebuah desa bersama gurunya. Di balai pertemuan di desa Kaojin ini banyak sekali orang-orang biasa maupun pendekar yang sedang berkumpul. Kedatangan kultivator terhebat adalah sesuatu hal yang menarik perhatian masyarakat sehingga tak sedikit masyarakat setempat yang datang hanya sekedar menyaksikan kegiatan ini saja. Di desa Kaojin memang tidak pernah di kunjungi kultivator sama sekali, dan ini adalah pertama kalinya. Bukan tanpa sebab mereka tidak ingin mendatangi kota ini, hanya saja memang di kota ini sangat minim anak berbakat. Ada empat anak yang berbakat dalam kultivasi yang sekarang ini sudah tahap penempaan tulang tahap keempat.

Anak ini masih kecil berbeda sepuluh tahun lebih dari Fen Lian. Keempat anak ini sudah terkenal ke penjuru dunia persilatan karena di usianya yang masih sangat kecil sudah bisa melakukan kultivasi dengan baik, sedangkan Fen Lian yang berusia dua puluh tahun belum bisa berhasil melakukan kultivasi. Pada kesempatan kali ini keempat anak itu juga hadir disini sebagai contoh untuk mereka semua yang nantinya bisa menciprakan minat masyarakat setempat untuk mau belajar kultivasi dengan baik dan benar sesuai dengan yang di anjurkan. Banyaknya masyarakat yang datang ini membuat Fen Lian sedikit tidak nyaman. Pasalnya ia tidak pernah sekalipun berkumpul dengan orang banyak seperti ini, terlebih acara unjuk bakat.

Fen Lian menatap lurus kedepan sembari menggelengkan kepalanya pelan. "Aku sepertinya tidak yakin bakal berhasil melakukan kultivasi," ujar Fen Lian kala melihat orang-orang yang datang silih berganti.

Deretan meja pendaftaran pun sudah penuh orang mengantri untuk kegiatan ini. Bukannya merasa semangat untuk membuktikan kepada mereka semua bahwa dirinya bisa, justru Fen Lian merasa bahwa ia akan gagal untuk yang kesekian kalinya.

Zhang sedaritadi diam-diam mengamati pergerakan Fen Lian yang terlihat gugup dan gelisah. Melihat keadaan itu dirinya sudah bisa menduga bahwa anak muridnya ini pasti sedang memikirkan sesuatu yang belum di coba. Dengan segera Zhang menepuk pundak Fen Lian pelan memberikan saluran tenaga agar nantinya Fen Lian bisa percaya diri.

Beberapa menit Fen Lian menerima energi tersebut ia pun kembali menegakkan bahunya dan menatap sang paman guru dengan tatapan sayu.

"Kamu pasti bisa!" Ujar Zhang memberikan semangat kepada Fen Lian.

"Tapi paman, nanti kalau aku gagal untuk yang kesekian kalinya bagaimana? Apakah paman akan marah kepadaku?" Tanya Fen Lian dengan gelisah.

Zhang mengernyitkan dahinya. "Kalau kamu sudah berusaha maksimal dan kegagalan itu murni karena memang kamu tidak mampu paman tidak masalah,"

"Akan tetapi, kalau kamu sengaja melakukan kesalahan agar tidak berhasil, itu baru paman akan marah terhadapmu!" Ujarnya lagi.

Mendengar hal itu seketika Fen Lian merasa khawatir. Ia sendiri tidak yakin pada diri sendiri bagaimana mungkin orang lain bisa sepercaya ini terhadapnya. Fen Lian merasa sedikit terbebani dengan kegiatan ini, ia tidak tau apakah drinya bisa melalukan dengan baik atau tidak, yang jelas melihat paman guru yang terlihat yakin kepada dirinya membuat Fen Lian merasa semakin terbebani.

Fen Lian menghela nafasnya pelan, kemudian ia mengedarkan pandangannya ke arah lain seperti lokasi yang sekarang ini semakin padat orang-orang berdatangan secara bergantian. Hingga tepat pada saat Fen Lian hendak mengembalikan pandangannya kearah depan, tidak sengaja ia menangkap sosok anak kecil yang berusia masih lima tahun di gandengan seorang lelaki yang ia yakini adalah ayah dari anak kecil tersebut.

Fen Lian mengernyitkan dahinya kala anak lelaki itu berjalan bersama lelaki dewasa kearah meja pendaftaran. Dalam hati Fen Lian menduga bahwa lelaki dewasa itulah yang nantinya akan mengikuti kegiatan kultivasi ini. Namun beberapa detik kemudian ia di kejutkan dengan seodang panitia yang memberikan lembaran untuk di tandatangani oleh anak kecil itu.

Sontak Fen Lian memelototkan matanya tidak percaya. "Apakah benar anak itu akan mengikuti kultivasi?" Tanya Fen Lian.

Kemudian sang guru pun menyahut. "Benar sekali, dia adalah salah satu anak berbakat dari sekte sebelah." Sahutnya.

Fen Lian menolehkan kepalanya kearah Zhang sembari bertanya lagi menuntaskan banyaknya pertanyaan yang sedang berkeliaran di dalam otaknya.

"Paman, apakah lelaki dewasa itu ayahnya?" Tanya Fen Lian.

Namun Zhang menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak Fen, anak kecil itu yakim piatu. Orang tua anak kecil itu menitipkan dirinya kepada lelaki dewasa itu sejak masih bayi," jelasnya dengan nada kasihan.

Fen Lian seketika tersentuh hantinya kala mendengar penjelasan Zhang. Rupanya ada yang lebih parah daripada dirinya yang di tinggal kedua orang tuanya dan di titipkan pamannya di besarkan penuh dengan tekanan. Ia sudah merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi anak yatim piatu yang hidup di dunia persilatan dengan bimbingan guru. Suka duka apalagi yang belum pernah ia rasakan? Pastinya semuanya sudah ia rasakan selama di Jiangnan ini.

"Paman siapa nama anak itu?"

"Xiao Hua, sedangkan nama gurunya Xiang. Sebenarnya Xiao di ambil dari nama guru sedangkan Hua sendiri adalah marga anak tersebut." Jekasnya

Fen Lian tak hentinya menatap anak kecil itu dari kejauhan. Hingga beberapa detik kemudian ada sebuah suara terdengar sangat kencang dari spiker pengumuman.

"Untuk seluruh peserta kultivator di mohon untuk segera berekumpul di aula latihan sekarang juga...!!!"

Jantung Fen Lian berpacu, keringat dingin jatuh bercucuran hatinya sudah mulai merasa tidak tenang. Ia sempat menolehkan kepalanya kearah Zhang terlebih dahulu sebelum dirinya melangkahkan kakinya kearah aula.

Zhang menepuk pundak Fen Lian pelan sembari tersenyum samar. "Kamu pasti bisa! Percaya diri!" Pinta sang paman guru.

Fen Lian memghela nafasnya pelan setelah itu kembali menatap lurus kedepan melihat segerombolan peserta yang sedang berjalan bersama-sama menuju aula latihan yang sudah disediakan.

"Aku harus berhasil!" Ujar Fen Lian yakin.

"Harus!" Sahut paman guru.

Setelah itu Fen Lian memberikan hormat kepada Zhang sembari meminta do'a kepada guru sebelum dirinya melakukan tes kultivasi. Sebelumnya memang ia pernah gagal dua kali, namun untuk kesempatan ini Fen Lian tidak boleh gagal lagi. Semua rasa takut maupun ketidak yakinan sudah ia tepis, rasa lemahnya tergantikan dengan energi kuat kala melihat anak kecil yang dengan beraninya ikut melakukan tes. Bahkan anak kecil ini sangat bahagia dan yakin bahwa dirinya mampu, melihat hal itu seketika Fen Lian merasa kembali bersemangat dan yakin.

"Paman guru, do'akan Fen Lian!" Pintanya sembari mengepalkan kedua tangannya di depan dada.

"Pasti Fen Lian!" Jawabnya.

Setelah mengatakan itu Fen Lian pergi meninggalkan Zhang di tempat tersebut dan menuju aula pelatihan yang sudah di sediakan. Kali ini seluruh guru dari sekte manapun tidak di perkenankan ikur masuk, termasuk orang tua dan penonton. Hal ini bertujuan untuk memherikan ruang privasi kepada calon kultivator agar bisa tenang dalam melakukan tes.

Fen Lian masuk ke dalam aula ini dengan sangat berhati-hati, sebisa mungkin ia mengangkat sedikit dagunya keatas agar tidak terlihat lemah. Setelah itu ia pun mencari tempat untuk duduk menunggu gilirannya melakukan kultivasi seperti yang lainnya.

"Aku harus bisa!" Gumam Fen Lian.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel