Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Berkelana

Danau Limau

"Fen Lian, cobalah kamu ikut ke desa untuk ikut seleksi kultivasi lagi, siapa tau dengan orang lain kamu bisa melakukannya,"

"Apa bedanya di uji oleh paman dengan orang lain?" Tanya Fen Lian kepada guru yang selama ini membimbingnya.

"Ayolah Fen Lian, tidak ada salahnya jika kamu mencoba. Semua pendekar memiliki cara masing-masing, termasuk paman. Siapa tau kamu cocok dengan cara mereka, paman sama sekali tidak masalah jika kamu ikut aliran siapa pun asalkan kamu bisa menjadi kultivator seperti apa yang pamanmu inginkan,"ujar sang paman guru memohon Fen Lian untuk tetap ikut melakukan seleksi kultivasi.

Fen Lian menghela nafasnya pelan kala mendengar bujukan dari paman gurunya. Ia tidak pernah sekalipun berniat untuk berpaling dari sang guru, tidak pernah sekalipun. Lagian pula paman Zhang atau biasa ia panggil dengan sebutan paman guru ini sosok pendekar yang satu aliran dengan ayahnya dulu. Sehingga Fen Lian bersikukuh untuk setia kepada sang guru, semua ini ia lakukan karena ingin mempelajari ilmu ayahnya walaupun melalui orang lain.

Melihat diamnya Fen Lian, Zhang kembali menepuk pundak Fen Lian secara lembut.

"Fen Lian, kamu mau kan menuruti permintaan paman? Semua ini demi kebaikanmu, paman tidak ingin kamu gagal." Ujar Zhang membujuk lagi.

Fen Lian menatap lekat sorot mata yang penuh dengan harapan itu. Namun semua permintaan dari paman guru tidak berhasil menggerakkan hati Fen Lian sama sekali, ia masih bersikukuh untuk tetap setia kepada sang paman yang sudah mengajarinya bela diri dari awal hingga sekarang.

"Maaf paman Fen Lian tetap setia kepada paman. Apapun keadaannya, aku tidak peduli jika aku tidak menjadi kultivator asal aku tetap bisa belajar dengan paman," ujar Fen Lian.

Zhang menghela nafasnya pelan. "Sebenarnya bukan itu maksut paman Fen. Paman yakin bahwa kamu bisa berkultivasi, hanya saja kalau melalui paman pasti akan lama, jika kamu ikut tes dengan orang lain mungkin bisa jadi kamu berhasil. Karena yang terpenting sekarang ini adalah keberhasilannya terlebih dahulu, untuk membuktikan kepada pamanmu itu bahwa kamu bisa!"

Fen Lian tersenyum kecut mendengar penuturan sang paman guru. "Untuk apa membuktikan sesuatu kepada manusia? Selama ini aku selalu memegang teguh pendirianku, dan selalu mengingat petuah ayah dimana belajar bela diri untuk menolong manusia, bukan untuk mengabdi kepada manusia. Aku tau kultivasi sangat penting, tetapi perlu paman ingat bahwa dalam dunia bela diri tidak hanya kultivasi saja yang di perlukan, melainkan ada berbagai jurus dan pelajaran yang harus kita pelajari."

Zhang terkejut mendengar penuturan Fen Lian. Ia tidak menyangka bahwa Fen Lian bisa berpikir sedemikian rupa, memberikan petuah kepada dirinya bahwa semua yang Fen Lian ucapkan seakan ada benarnya semua.

Beberapa detik kemudian Fen Lian kembali berbicara. "Lagian pula aku sudah memiliki buku panduan milik ayah yang aku temukan di kamarnya tadi. Aku yakin dengan adanya buku ini pasti aku bisa menjadi seorang pendekar hebat yang mampu melindungi orang lain," ujar Fen Lian lagi sembari mengeluarkan buku tebal yang ia bawa tadi.

Melihat Fen Lian meletakkan buku tebal itu di atas meja, seketika Zhang mengernyitkan dahinya. Sorot matanya terfokuskan menatap buku tebal tersebut, Zhang sendiri berpikir bahwa ia tidak asing dengan buku yang ada di depannya. Hingga ia pun mengulurkan tangannya meraih buku tersebut kemudian membukanya secara perlahan.

Begitu buku terbuka seketika mata Zhang memelotot sembari mengalihkan pandangannya secara perlahan kepada Fen Lian.

"Ada apa paman?" Tanya Fen Lian menyadari akan perubahan eksprrsi paman guru tersebut.

"Kamu menemukan buku ini darimana?" Tanyanya.

"Dari kamar ayah. Dari dulu ayahku sangat menyukai buku, kebetulan aku sering masuk ke kamar beliau, namun kali ini aku menemukan buku kuno ini tidak sengaja jatuh dari rak atas. Karena aku merasa penasaran jadi aku mengambil buku ini," jelas Fen Lian.

Mendengar hal itu Zhang langsung menundukkan kepalanya menatap buku itu dengan seksama. "Apakah kamu bisa membacanya?" Tanya paman guru.

Fen Lian pun menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak bisa paman, tetapi aku punya kamus berisi huruf romawi kuno yang bisa membantuku pelan-pelan membaca buku ini. Walaupun tidak bisa membacanya secara lancar," ujar Fen Lian.

Zhang meletakkan kembali buku tersebut kemudian menatap Fen Lian. "Buku yang kamu temukan ini adalah kitab kuno yang berisi ilmu dan jurus-jurus kuno, sama persis dengan ilmu yang ayahmu ataupun paman pelajari,"

"Benarkah? Jadi apakah aku bisa mempelajarinya? Pantas saja ada beberapa jurus yang sama seperti apa yang paman ajarkan, ternyata paman juga mempelajari ilmu ini?" Tanya Fen Lian.

Zhang mengangguk. "Benar sekali. Hampir semua jurus sudah paman kuasai, bahkan ayahmu sendiri sudah hafal di luar kepala. Akan tetapi hanya ada satu jurus yang tidak ada satu pendekar pun menguasai. Jangankan menguasai, mempelajari saja mereka tidak bisa," jelas Zhang.

Mendengar hal itu Fen Lian pun merasa penasaran dengan ilmu yang di maksut Zhang. Karena ia merasa penasaran, maka Fen Lian memilih untuk bertanya secara langsung kepada Zhang perihal ilmu yang sedang mereka bicarakan.

"Apakah ilmu itu ada di buku ini? Dan apa namanya?" Tanya Fen Lian.

"Ilmu itu bernama jurus sembilan matahari, dan sembilan langkah. Tapi yang paling sulit adalah jurus sembilan matahari, semua ilmu ada di dalam kitab tersebut. Hanya saja paman lupa bagian dan halamannta saking tidak pernahnya buka kitab,"

"Nanti Fen Lian akan cari sendiri. Tapi bisakah untuk sekarang ini paman ceritakan terlebih dahulu perihal jurus ini? Aku sangat penasaran, seberapa sulit berlatih dan kenapa tidak ada satu orang pun yang bisa menguasainya?"

"Sebenarnya bukan tidak bisa, hanya saja ilmu ini nyaris tidak pernah di kenal lagi di dunia bela diri, sehingga tidak ada satu orang pun yang menguasai ilmu ini." Jelasnya.

"Kalau paman sendiri kenapa tidak menguasai? Paman kan hebat, kenapa satu ilmu ini tidak paman pelajari?" Tanya Fen Lian lagi.

"Paman berlatih bela diri sudah bertahun-tahun, dari seumuranmu hingga setua sekarang ini. Waktu paman sudah habis untuk berlatih, namun tidak sempat mempelajari ilmu ini karena pada saat paman belajar sampai pada bagian ilmu ini umur paman sudah tua, sudah tidak sekuat dan daya ingat pun sudah melemah,"

"Biarkan para remaja sebagai generasi penerus yang belajar ilmu ini seperti dirimu. Kamu harus bisa menguasainya, tapi kembali lagi sesuatu hal jangan di paksakan. Karena pada kenyataannya kamu sendiri yang akan kesusahan nanti," jelas Zhang.

Fen Lian mengangguk faham. "Baik paman, aku akan berlatih semampuku untuk mempelajari ilmu ini. Lagian sekarang sudah ada paman yanh bisa membantuku," ujar Fen Lian bahagia.

Namun Zhang justru menggelengkan kepalanya pelan. Seakan tidak menyetujui ucapan Fen Lian tersebut.

"Paman hanya mengajari beberapa ilmu saja untukmu, selebihnya kamu sendiro yang belajar. Dulu paman juga sama, di ajari hanya beberapa saja selebihnya paman mencari sendiri. Hal itu akan paman terapkan juga kepada seluruh murid paman,"

"Apakah aku harus berkelana jika kultivasiku sudah lolos? Tujuannya untuk mendapatkan ilmu baru?" Tanya Fen Lian.

"Benar sekali. Kamu harus keluar dari duniamu sekarang untuk mendapatkan sesuatu yang sangat luar biasa di luar sana!"

Fen Lian seketika terdiam. "Apakah aku bisa berkelana, hidup sendirian di hutan dan tidak ada siapapun yang mendampingi?" Tanya Fen Lian sedih.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel