Bab 6 Menepati Perjanjian
Bab 6 Menepati Perjanjian
“Besok acaranya, ingat yang sudah kita bicarakan kemarin,” ujar Dio memperingatkan.
“Siap, aku ingat, tenang saja. Tidak akan mengecewakan berbisnis denganku,” ucap Reina.
Dio tak berharap rencana ini akan berhasil, namun setidaknya ia memiliki gandengan saja itu sudah cukup. Dio membelikan Reina baju baru dan segala sesuatu untuk persiapan pergi ke acara besok. Reina tampak kegirangan, sekali lagi ia mendapatkan keuntungan berganda dari kesepakatannya.
Reina mencoba baju itu di kamar indekosnya, ia menunjukan kepada Dio yang berkunjung memberikan baju itu. Dio melihat adiknya begitu cantik dengan kulit putih dan rambut ikal panjangnya. Namun, Dio tidak ingin memuji adiknya karena tahu Reina akan terbang ke langit ke tujuh dan tidak akan turun lagi.
“Cantik tidak?” tanya Reina tersenyum gilang.
“Cantik,” jawab Dio, namun ia memberikan jeda dan kembali bersuara “bajunya.”
Reina langsung memasang muka antagonisnya. Ia kesal karena Dio terus saja mencandainya dan tidak pernah dengan serius memuji.
“Kalau bajunya cantik berarti yang memakainya juga cantik. Baju itu tergantung orang yang menggunakannya tahu,” ujar Reina tidak terima.
Dio hanya tertawa melihat Reina. Adiknya semakin banyak berubah dari polos dan penakut, sekarang sudah tahu gaya dan juga pemberani. Bukan pemberani, dia juga sangat ketus ketika berbicara.
Saat melihat adiknya mencoba pakaian, Dio melihat jam di dinding sudah waktunya makan malam. Dio menanyakan apakah ada makanan di rumah Reina yang normal untuk di makan, bukan hanya mie instan saja. Sayangnya, hanya mie instan dan bubur instan yang tersimpan di lemari Reina saat ini.
Dio mengajak Reina untuk makan di dekat-dekat daerah indekos Reina saja. Reina pun sangat senang karena kembali bisa menghemat dan makan enak. Adik kembar Dio itu pun segera mengganti pakian.
“Kamu harus makan yang sehat. Kalau memang tidak ada uang bisa bilang ke aku,” ujar Dio.
“Aku baik-baik saja,” jawab Reina.
Dio tahu jika Reina tidak baik-baik saja, ia menyembunyikan semua kesusahannya. Dio tidak mau ikut campur terlalu banyak, Reina tahu apa yang harus ia lakukan.
*
Keesokan harinya, Reina di jemput oleh Dio untuk menghadiri acara jurusan teknik mesin. Reina berdandan begitu cantik dengan menata rambutnya. Dio senang bisa menunjukan adiknya ke banyak orang, walaupun dengan status yang berbeda.
Reina menanyakan akan seperti apa acara itu nanti, Dio pun sedikit memberikan gambaran. Akan ada tamu undangan yang akan berbicara di acara itu, tamu yang cukup terkenal di jurusan ini. Banyak yang bilang lelaki ini popular di kampus dan banyak yang menyukainya.
“Ingat jangan pecicilan kamu nanti,” ujar Dio.
“Tidak akan. Tenang saja, semua akan berjalan dengan lancar.” Reina meyakinkan Dio dengan baik.
Baru saja masuk ke ruang acara, Dio sudah di sambut oleh Bima. Temannya yang paling kocak ini terkesan dengan wanita yang dibawa ke acara. Bima mendekati Dio, dengan perasaan masih tidak percaya ia menggoda temannya itu.
Dio tersenyum banga di hadapan Bima, dengan penuh keyakinan ia memperkenalkan Reina sebagai pacar barunya. Reina yang menggandeng Dio pun tersenyum dan berjabat tangan dengan Bima. Bima semakin salah tingkah dan kekocakannya membuat suasana menjadi semakin riang saja.
“Kenapa mau sama Dio? Dia pacarnya banyak, mendingan sama saya saja,” ujar Bima tertawa.
Reina hanya tersenyum mendengar ucapan Bima. Menutur Reina yang baru pertama bertemu Bima, lelaki itu tidaklah jelek, hanya saja tingkahnya yang menyebalkan. Reina sama sekali tidak tertarik, dan apa yang ada dibayangannya ketika Dio menceritakan Bima selama ini sama persis dan tidak ada bedanya.
Reina memberikan kode kepada Dio jika dia sudah tidak nyaman berada di hadapan Bima. Dio paham dengan kode tarikan baju itu, ia pun membawa adiknya pergi untuk mencari tempat duduk saja dulu. Mereka masih menunggu acara utama akan dimulai dengan mendatangkan tamu yang sebelumnya Dio ceritakan.
“Duduk sini dulu, diam-diam. Aku mau ambilkan minum dulu,” ujar Dio.
“Jangan lama-lama, loh.” Reina takut jika ada yang menghampirinya, atau Bima akan datang kembali.
Dio mengangguk dan pergi mengambilkan minuman serta cemilan untuk Reina agar tidak bosan.
*
Reina duduk sambil memainkan HP-nya, ia memfoto beberapa tulisan dan memamerkan kepada Tasya dan juga Fini. Fini yang sangat ingin datang untuk mencari mangsa pun begitu iri dan langsung menelepon Reina. Ia meluapkan kekesalannya karena tidak bisa pergi ke acara tersebut hari ini.
“Aku kesal sekali tidak bisa pergi! Kamu kenapa bisa berada di sana?” tanya Fini.
“Ya bisa, apa yang Reina tidak bisa lakukan,” jawab Reina tertawa.
“Kesal, aku kesal sekali. Carikan satu mangsa untukku, ya,” ujar Fini.
“Dari pada untuk kamu, lebih baik untukku terlebih dahulu.”
“Tidak adil, kamu sudah punya lelaki galak itu, bukan? Jadi, jangan serakah.”
Reina tertawa mendengar ucapan Fini, Riza kembali dibawa-bawa jika membahas tentang pasangan. Belum lagi Reina membalas perkataan Fini, tawanya tiba-tiba hilang dari wajahnya. Jantungnya berdebar dan dia berusaha untuk menyembunyikan dirinya.
Reina berpamitan kepada Fini dan akan meneleponnya lagi. Ia langsung bergegas menelepon Dio untuk menanyakan kabarnya. Reina pun berinisiatif untuk pergi dari tempat itu dan berbaur dengan kerumunan.
Dari jauh, ia sudah melihat Dio sedang berbincang dengan teman-temannya. Reina jadi kesal karena dia ditinggalkan sendirian, dan sekaang harus menghadapi masalah. Reina kembali menelepon Dio berulang kali sampai akhirnya diangkat.
“Kakak kemana saja?!” ujar Reina kesal.
“Maaf ini aku jumpa dengan teman. Aku segera ke sana.”
“Tidak udah. Aku sudah di sana lagi. Aku ke mobil, ya.” Reina mematikan teleponnya. Ia cepat-cepat keluar dari gedung acara dan mengambil tempat aman yaitu parkiran mobil. Reina masih melihat Riza sedang berbincang dengan seseorang di acara itu.
Dio menghampiri Reina dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Reina tidak bisa berbicara banyak kepada Dio karena hubungannya dengan Riza masih menjadi rahasia. Dio bingung karena acara baru saja dimulai.
Reina juga tidak bisa meminta pulang begitu saja, kesepakatannya dengan Dio masih belum selesai. Reina yang tidak bisa berkata apa-apa pun menuruti Dio dan meminta untuk ikut kemana pun kembarannya itu pergi. Dio yang merasa aneh dengan sikap Reina pun menuruti apa yang dikatakan adiknya.
*
Reina mengikuti Dio berbincang dengan teman-temannya. Dengan sedikit waswas ia melihat sekitar berjaga-jaga jika melihat Riza. Ada kalanya Reina menjadi tidak nyambung karena takut ketahuan oleh Riza.
Dio harus mengambil alih pembicaraan ketika Reina sedang tidak nyambung. Dio menjadi sedikit tidak nyaman dengan situasi ini, namun ia tetap ingin melibatkan Reina. Reina menjadi tidak enak hati kepada Dio karena sikapnya hari ini.
Dio mengajak Reina ke tempat yang agak sepi untuk menanyakan sikapnya. Reina menunduk diam tidak bisa membicarakannya kepada Dio. Ia beralibi jika tidak nyaman karena banyak teman-teman Dio.
“Kamu tidak seperti ketika baru datang tadi, aku tinggal saja kamu tidak masalah,” ujar Dio.
“Iya, biasanya aku sama Tasya dan Fini, ini sama kakak dan teman-teman cowok kakak.” Reina merasa sudah mengecewakan Dio. Ia juga sebenarnya tidak mempermasalahkan dengan situasi ini, namun karena Riza semuanya jadi berubah.
“Kita sudah sepakat bukan, bantu aku memuluskan rencana ini sekali saja,” ujar Dio.
Reina berpikiran sekali ini saja membantu kakak kembarnya. Ia akan lebih berhati-hati dan bersikap biasa saja, acara ini juga tidak akan lama. Rasanya Dio tidak akan berbincang juga dengan Riza.
Acara utama pun di mulai, Dio kembali mengajak Reina kembali menikmati acara. Ia kembali seperti sedia kala, berbaur dengan asyik kepada teman-teman Dio. Reina juga dengan senyuman manis dan bangga memperkenalkan dirinya sebagai pasangan Dio.
Tetapi, senyuman Reina harus terlepas dari bibirnya saat tamu pada acara utama dipanggil. Reina sangat mengenali nama yang dipanggil itu. Ia menyadari, ternyata lelaki popular dan banyak diminati oleh wanita itu adalah Riza Darma, kekasih tersembunyinya.
*