Bab 4 Mengenang
Bab 4 Mengenang
Dio yang melihat kembarannya hanya menyetok mie instan saja berinisiatif untuk mengajak Reina makan di luar. Ia juga ingin membicarakan tentang bagaimana acara yang akan mereka hadiri bersama. Setidaknya, dengan traktiran makan ini akan membuat Reina melakukan sandiwara dengan niat.
Namun, Reina menaruh curiga dengan ajakan Dio ini. Ia merasa kebaikan saudara kembarnya akan hilang setelah sandiwara. Perasaannya itu juga diutarakan kepada Dio dengan terang-terangan.
“Aku rasa ajakan ini sebagai salah satu sogokan untukku,” ujar Reina.
“Pikiranmu saja yang selalu negatif tentang aku,” sahut Dio.
“Tidak, apa yang aku pikirkan itu memang kenyataan.”
“Sudahlah diam saja, dari pada kamu makan mie instan lagi.” Dio tak ingin berdebat kali ini sehingga ia mencoba untuk menyudahi pembicaraan.
Mereka pergi ke salah satu restoran tak jauh dari indekos yang ditinggali Reina. Sampai di restoran itu, Reina menundukan kepalanya secara tiba-tiba dimobil. Dio terkejut dan kembali merasa kesal dengan tingkah kembarannya itu.
Reina mengajak Dio untuk pindah ke tempat lain saja. Tak ada penjelasan khusus yang diberikan oleh Reina, namun Dio menuruti untuk pindah. Mereka pun pergi ke tempat yang agak jauh dari restoran sebelumnya.
“Kamu benar-benar seperti sedang dikejar-kejar penagih hutang. Jujur saja, apakah kamu sedang terlilit hutang?” ujar Dio.
“Tidak. Untuk apa aku berhutang, lebih baik minta denganmu, bukan?”
“Ingat! Ada apa-apa lebih baik cerita kepadaku,” ujar Dio.
“Iya, tenang saja.”
Reina kembali memilih untuk diam saja tanpa memberitahu Dio. Ia membiarkan kembarannya itu menerka-nerka hal-hal yang tidak-tidak. Padahal bisa saja dia langsung menceritakan dan menunjukkan Riza kepada Dio.
Di restoran sebelumnya, Reina melihat Riza di sana. Ia tidak ingin Dio bertemu dengan Riza sekarang, dan Reina juga tidak mau melihat lelaki gila itu. Jadi, solusi terbaiknya adalah berpindah tempat saja, walaupun akan lebih jauh.
*
Selesai makan, Dio mengantarkan Reina pulang ke indekosnya. Kali ini Dio tidak akan mampir karena sudah tidak ada lagi yang harus dilakukan bersama dengan Reina. Besok ada aktifitas yang harus dilakukan seperti biasanya.
Reina berjalan menuju kamarnya dengan menaiki tangga satu persatu. Sebelum ia sampai ke lantai dua, ia melihat seseorang berdiri di depan kamarnya. Reina berhenti dan memastikan siapa lelaki itu.
Saat Reina masih berdiri ditangga, lelaki itu pun melihat Reina. Gadis itu langsung lari turun ke bawah. Namun, dirinya masih kalah cepat dengan lelaki yang berdiri di depan kamarnya yang ternyata adalah Riza.
“Kamu dari mana saja?!” ujar Riza memgang tangan Reina.
“Pergi makan, kenapa? Sepertinya tidak ada urusannya denganmu lagi.” Reina berusaha terus menjawab dengan nada yang begitu kasar. Namun, seperti ini membuat Riza semakin ingin bertahan.
“Sama siapa? Aku mendengar suara mobil datang lalu pergi lagi, pasti kamu bersama dengan mobil itu, bukan?” Riza menebak dengan sangat tepat.
Riza benar-benar tidak mau berpisah dari Reina meskipun kekasihnya itu bersikeras menghindari. Reina pun tak mau mendengar apa yang Riza katakana sama seperti waktu sebelumnya. Riza pun mengeluarkan jurusnya untuk meluluhkan Reina, ia membicarakan masa lalu mereka.
Namun, Reina merasa masa lalu mereka hanyalah sebuah ketidak sengajaan yang dibuat oleh Riza. Riza merasa karena pertemuan keduanya itu membuat Reina menjadi harus hutang budi banyak, dan melakukan apa yang dikehendaki oleh Riza. Reina benar-benar tidak tahan dengan apa yang ia hadapi.
“Seharusnya kamu sadar bagaimana dulu aku memperlakukanmu di depan banyak orang,” ujar Riza.
“Hanya karena kamu menyelamatkan aku, bukan berarti aku milikmu seutuhnya,” ucap Reina.
“Oh, jadi kamu mau mengelak. Pokoknya, aku tidak mau putus darimu apa pun yang terjadi!”
Reina tak bisa membela dirinya jika sudah membicarakan masa lalu. Reina merasa ini adalah kesalahannya yang terlalu lemah dulu. Sekarang ia mencoba untuk menjadi lebih kuat, tetapi tetap memilih solusi terbaik dari segala macam masalah, yaitu lari dari masalah itu.
*
Reina adalah gadis yang cukup cantik di kampus tempatnya menuntut ilmu. Ia cukup pemalu kala bertemu dengan Riza yang cukup terkenal. Lelaki di kampus akan mengganggu gadis-gadis yang terlihat lugu dan cantik.
Reina yang cantik dan polos menjadi incaran pengganggu yang menginginkan tubuhnya. Reina yang selalu membawa buku dan pena mahal pemberian ayahnya, selalu mencoba menghindari kerumunan agar aman. Namun, satu waktu di tempat yang cukup sepi, Reina dihadang oleh pengganggu yang mencoba menyentuhnya.
“Ma—mau apa kamu?” Reina terlihat begitu takut. Semua bawaannya pun terjatuh, termasuk pena mahal yang diberikan oleh ayahnya.
“Salahmu melewati jalan sepi ini,” ujar si pengganggu itu.
Reina yang lemah tak berdaya sama sekali untuk melawan. Ia berusaha untuk berteriak, tetapi dihalangai. Sampai akhirnya ada lelaki yang menolongnya mengusir pengganggu yang sudah berhasil membuat dua kancing atas kemeja Reina. Lelaki itu pun menolong dengan memunguti barang-barang Reina yang tercecer.
“Cepat betulkan pakaianmu,” ujar lelaki bernama Riza. Riza pun memberikan barang-barang milik Reina.
Reina yang begitu ketakutan langsung saja pergi tanpa mengucapkan apa pun, ia terlihat sangat ketakutan. Namun, Reina tidak menyadari jika pena berharga mahal miliknya sudah tidak ada di genggaman. Dengan keberanian penuh, Reina kembali lagi ke tempat tadi.
Belum sampai ke tempat itu, Reina bertemu dengan Riza yang sedang memegang pena mahal miliknya. Reina langsung meminta pena itu kembali karena sangat berharga baginya. Riza berpikir apa yang pantas ia lakukan kepada Reina.
Walaupun Riza sudah membantu, bukan berarti dia tidak mau mengambil kesempatan baik ini. Akhirnya, Riza berkata jika dia bisa mengambil pena itu lagi asalkan Reina mau menjadi kekasihnya. Jika Reina tidak ingin, ia bisa saja melakukan perlakukan yang lebih dari lelaki tadi dan tidak mengembalikan pena itu.
Setelah Reina melakukan pembicaraan itu, akhirnya ia pun terpaksa untuk menjadi kekasih Riza. Sejak saat itu Riza selalu meminta Reina membantunya untuk urusan kampus atau untuk hal lainnya. Walaupun mereka tidak satu jurusan, Reina dituntut untuk bisa membantu Riza, dan ia selalu menuruti.
Riza pun menjadi benar-benar jatuh cinta kepada Reina yang begitu penurut kepadanya. Ia juga membantu Reina merubah penampilan, dan itu juga bertampak kepada kepribadian Reina yang ikut berubah pula.
*
Semakin lama Reina semakin berani kepada Riza, ucapannya juga menjadi semakin kasar dan pedas. Melihat Reina yang sekarang membuat Riza semakin jatuh hati karena kekasihnya itu semakin bisa diajak bersenang-senang. Riza bahkan tak segan juga melakukan perbuatan kasar kepada Reina.
Riza awalnya meminta Reina untuk menutupi hubungan mereka karena masih menikmati banyak yang menyukainya. Ia tidak ingin para gadis di kampus tidak lagi menaruh perhatian karena Riza sudah memiliki pacar. Reina juga menuruti saja, namun ia harus bersiap ketika Riza membutuhkannya kapan pun.
Keegoisan Riza ini yang membuat Reina tidak tahan dan ingin mengakhiri semuanya. Tetapi, semakin lama Riza semakin kecanduan kepada Reina. Kekasihnya yang berubah itu membuat Riza menaruh rasa sayang yang semakin dalam.
Reina sudah menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya. Sikapnya yang berani memberontak membuat Riza semakin bergairah kepada Reina. Sekarang, Riza mengejar-ngejar Reina dan membuka hubungan mereka.
Berawal dari Reina yang memblokir semua akses komunikasi Riza, dan selalu menghindari pertemuan. Riza menjadi begitu putus asa dan takut kehilangan Reina seutuhnya. Sebisa mungkin apa pun caranya Riza ingin mempertahankan hubungan ini.
“Baiklah, bagaimana jika kesepakatan kita dulu dibatalkan. Kamu tidak harus lagi terikat padaku. Tapi aku mohon jangan tinggalkan aku,” ujar Riza.
“Aku sudah muak dengan semua sikapmu, Za!” tegas Reina.
“Kamu boleh melakukan apa saja, tapi jangan tinggalkan aku, aku mohon.” Reza mulai memohon dan merengek kepada Reina.
“Hentikan rengekanmu! Baik kalau begitu, aku tidak akan meninggalkanmu, tapi jangan lagi berbuat seenaknya kepadaku. Jika tidak, aku pastikan kamu akan benar-benar kehilangan aku selamanya.” Reina benar-benar memberikan peringatan kepada Riza. Riza yang bahagia memeluk kekasihnya, namun Reina tidak memberikan respons yang berarti.
*