Bab 11 Jenguk
Bab 11 Jenguk
Reina kembali turun untuk menemui Sofi, ia membawakan sekantong buah. Ia ingin berterima kasih kepada Sofi yang telah banyak membantunya. Sofi telah membantu mengusir Riza dan menjaga barangnya.
“Kak Sofi, ini ada sedikit buah untuk kakak. Maaf tidak bisa kasih banyak, ya.”
Sofi melihat kantong bawaan Reina yang disodorkan kepadanya. “Tidak dikasih juga tidak apa-apa.”
“Kakak sudah banyak membantu. Anggap saja ini wujud terima kasihku.” Dengan sedikit takut Reina berusaha memberikan senyuman.
“Tidak apa-apa. Jika perlu bantuan bilang saja,” ujar Sofi.
Reina pun mengangguk, ia bersyukur memiliki teman kos seperti Sofi, walaupun terlihat galak, ia banyak membantu juga. Tak lupa, Reina meminta tolong kepada Sofi, jika teman-temannya yang kemarin datang kembali lagi, katakana saja Reina sedang tidak di rumah. Juga, Reina meminta Sofi mengusir Riza jika lelaki busuk itu datang.
Kamar Sofi berada di lantai satu dan dekat dengan gerbang masuk, sehingga jika ada yang datang dia lah yang pertama kali tahu. Sofi bisa dibilang penjaga dari indekos itu. Ia bekerja berjualan online, sehingga lebih banyak di rumah.
Melihat Reina yang selalu sendiri dan jarang sekali ada yang melihatnya, Sofi pun menaruh simpati dan ingin membantu. “Baiklah. Apakah lelaki itu berbuat tidak baik kepadamu?”
“Ti—tidak, Kak. Dia hanya tidak terima hubungan kami selesai,” jawab Reina.
“Dasar lelaki. Bagus kalau kamu menjauhi lelaki seperti itu.” Sofi terlihat begitu kesal dengan tipikal lelaki egois seperti Riza.
“I-iya, Kak. Selamat menikmati buahnya, ya, Kak.” Reina pun berpamitan kepada Sofi untuk kembali ke kamarnya.
Jam sudah menunjukan waktu siang hari, Reina pun mengabari teman-temannya. Seperti niatnya pagi tadi, ia mengirimkan foto dan juga pesan kepada teman-temannya.
Tak lupa, Reina juga memberitahu jika ia baik-baik saja, dan akan kembali ke kampus dengan segera. Ia juga memberitahu Tasya dan Fini agar tidak perlu mencemaskannya lagi, dia sudah berada di kos, namun butuh istirahat.
*
Dio mendapatkan telepon dari dosen pembimbing Reina. Sudah dua hari adik kembarnya itu tidak masuk kelas atau datang ke kampus. Dio yang terdaftar sebagai wali Reina pun ditanyai banyak hal.
“Reina tidak masuk kampus?” tanya Dio terkejut.
“Iya, beberapa dosen yang bertanya kepada saya. Biasanya Reina bersama Tasya dan Fini, dan mereka juga tidak tahu ke mana Reina pergi,” jelas dosen pembimbing.
“Ah, saya coba tanyakan kepada Reina nanti, Bu. Terima kasih atas informasinya.” Dio pun pamit dan mematikan telepon.
Reina hampir tidak pernah bolos tanpa sebab seperti ini. Kalau pun dia tidak masuk pasti dengan alasan yang jelas. Sayangnya, Dio tidak memiliki kontak dari teman-teman Reina seperti yang disebutkan oleh dosen pembimbing tadi.
Kosan Dio yang lumayan jauh dengan Reina memang menjadi faktor dia tidak bisa mengontrol dan mengawasi adiknya. Kosan Dio terletak di daerah yang cukup ramai dan elit, sedangkan Reina memilih kos murah di dekat pinggiran.
Dio kembali menghubungi Reina untuk menanyakan hal ini. Ia membutuhkan penjelasan agar tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika tidak ada kejelasan seperti ini, Dio menjadi berpikiran negatif.
Sayangnya, Reina kembali tidak merespons telepon Dio. Ia hanya mau mengirimkan pesan saja kepada kakak kembarnya itu. Dio pun jadi semakin khawatir dengan kondisi adik kembarnya, takut juga jika ada sesuatu terjadi.
‘Aku akan ke kosanmu sekarang,’ tulis Dio pada balasan pesan ke Reina.
‘Aku mau istirahat sekarang. Lagi pula, bukankah kakak masih ada kelas?’ balas Reina.
Penolakan Reina sangat membuat Dio curiga. Jika tidak terjadi sesuatu pasti Reina tidak akan menolak kedatangannya. Dio pun memutuskan untuk datang langsung saja ke kosan Reina untuk mengetahui apa yang sebenrnya terjadi kepadanya.
Sebelum itu, Dio membelikan Reina makanan terlebih dulu. Ia memutuskan untuk tidak masuk kelas siang. Dio pun menyampaikan pesan dan izin kepada Bima karena harus mengurus sesuatu yang sangat mendesak.
*
Dio membelikan makanan kesukaan Reina di restoran yang tak jauh dari kampus. Selain itu, dio membelikan beberapa cemilan untuk menyenangkan hati adiknya. Dengan seperti ini diharapkan Reina bisa bercerita kepada Dio.
Sembari membeli makanan dan cemilan untuk Reina, Dio tetap berusaha berkomunikasi dengan Reina agar tidak ada kecurigaan. Dio tetap merespons pesan singkat dari Reina selama berada di perjalanan. Ini membuat seolah Dio memang sedang berada di kampus.
‘Aku ingin makan roti coklat yang kemarin. Pasti enak sekali dengan teh hangat,” tulis Dio berusaha memancing Reina.
‘Ah, roti coklat itu, aku jadi ingin,’ balas Reina.
Dio bergegas juga membeli roti coklat tersebut untuk membangkitkan suasana hati Reina. Dio merasa dia harus cepat sebelum Reina kembali pergi entah ke mana. Dio hanya ingin memastikan adiknya baik-baik saja.
Setelah singgah di beberapa tempat untuk membeli segala macam makanan, Dio pun menuju ke kosan Reina. Di perjalanan, Reina mengatakan jika ia akan tidur siang dan pamit untuk tidak membalas lagi. Dio menjadi khawatir, ia takut Reina akan hilang kontak lagi seperti kemarin. Dio pun memacu kendaraannya dengan cepat.
*
Dalam waktu 35 menit, Dio pun sampai ke depan kosan Reina. Untuk meminimalisir kecurigaan, Dio parkir di luar pekarangan kos. Ia pun bersiap untuk turun dengan membawa semua makanan-makanan yang sudah dibeli.
Tapi, belum sempat ia turun, Dio melihat dua wanita baru saja keluar dari kosan Reina. Dio pernah melihat foto mereka berada di kamar adik kembarnya itu, ia pun berasumsi jika ini adalah Tasya dan juga Fini. Dio membuka kaca jendela mobilnya, ia memanggil kedua wanita itu.
“Teman-temannya Reina, ya?” tanya Dio.
“Iya. Ada apa, ya?” jawab Tasya.
“Habis dari kosan Reina?”
“Iya. Tapi kakak-kakak yang tinggal di lantai satu bilang kalau Reina tidak ada di kamarnya,” ujar Tasya.
Dio terdiam dan berpikir, Reina terakhir mengatakan jika ia ingin beristirahat dan tidur. Tidak mungkin Reina bohong kepada Dio untuk hal seperti ini. Dio menaruh curiga kakak-kakak yang disebutkan Tasya berbohong kepada mereka.
“Terima kasih, ya,” ujar Dio.
“Kamu siapanya?”
“Aku? Ah, em.” Dio tersenyum malu karena masih ingin menyembunyikan statusnya sebagai saudara kembar Reina.
Tasya dan Fini memahami tingkah Dio sebagai tanda suka lelaki itu kepada Reina. Mereka menganggap Dio adalah lelaki yang menaruh perasaan kepada Reina. Dengan senyuman sedikit menggoda Tasya dan Fini pun pamit.
“Ah, paham-paham. Coba saja hubungi dia, kami tidak bisa menghubunginya. Terakhir dia chat kami, tapi setelah itu tidak ada kabar lagi setelah kami balas,” jelas Tasya. “kalau begitu, kami duluan, ya.”
Dio mengangguk membiarkan Tasya dan Fini pergi. Dio pun kembali menelepon Reina untuk memastikan jika adik kembarnya itu ada di kosannya. Namun, lagi-lagi Reina tidak mau merespons telepon itu, dan hanya mengirimkan pesan.
‘Ada apa, Kak?’
‘Kamu di kosan, bukan?’
‘Iya. Kakak masih di kampus?’
‘Iya, lagi ada dosen garing banget.’ Dio sengaja membalas masih berada di kampus agar tidak dicurigai.
Dio pun masuk ke kosan Reina. Sofi sedang tidak berada di depan kamarnya, sehingga Dio bisa langsung naik ke lantai dua. Dio pun mengetuk pintu kamar Reina, dan memanggil adiknya dengan pelan.
“Reina, ini kakak,” panggil Dui,
Reina pun langsung membukakan pintu, dan terkejut melihat Dio membawa banyak barang. Ia pun mempersilakan Dio untuk masuk dengan membantu membawakan beberapa barang di tangan Dio.
Reina tak menyangka jika kakaknya akan membohonginya. Ia juga tidak bisa menolak Dio jika sudah datang ke sini. Reina tahu jika kembarannya itu pasti sangat mengkhawatirkan dirinya, ia pun harus bersikap baik kali ini.
Dio mengeluarkan roti coklat yang mereka bicarakan d pesan tadi. Reina begitu senang mendapati roti coklat kesukaan mereka. Dio langsung meminta Reina untuk membuatkan teh, dan dengan antusias dan kegembiraan Reina langusng membuatkannya.
Sembari Reina membuat teh, Dio pun menanyakan tentang bolosnya adik kembar dio itu beberapa hari ini. Gerakan Reina pun terhenti saat Dio bertanya, ia tampak bingung harus menjawab bagaimana.
*