Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Rahasia Di Antara Para Wanita

Bab 7 Rahasia Di Antara Para Wanita

Semua berjalan dengan semestinya. Kinara kembali ke kamarnya dan berganti pakaian. Malam semakin larut, dan kedua matanya tidak kunjung merasa kantuk. Kinara memainkan ponsel dan melihat beranda social medianya.

Ting.

Satu pesan masuk, segera Kinara mengeceknya. Dan ternyata pesan itu dari Clara yang bertanya perihal makan malam tadi.

“Jadi, bagaimana? Apa kedua orang tua kamu setuju?” Tulis Clara pada pesan tersebut.

“Setuju, bahkan sangat setuju. Esok aku akan menceritakan semuanya.”

Clara tidak menjawab dan hanya membacanya saja. Lalu, Kinara memutuskan untuk istirahat. Ia menarik selimut dan mematikan lampu yang ada di kamarnya, agar tidurnya nyaman dan damai. Tidak lupa, Kinara juga memasang alarm agar ia tidak terlambat.

**

Pagi ini Kinara telah siap dengan tas yang ia bawa. Beberapa buku tertata rapi di tangannya. Kali ini Kinara akan lebih pagi menuju ke kampus.

“Kinara, sarapan dulu,” teriak Pratiwi.

“Iya, Ma.”

Ia pun duduk bersama dengan Tomi yang sudah lebih dulu di sana. Setiap paginya mereka akan makan bersama, tapi untuk makan malam suatu hal yang jarang jika mereka bisa berkumpul. Pekerjaan Tomi yang sibuk, membuatnya tidak memiliki waktu banyak untuk keluarga.

Tetapi Kinara dapat memahami hal itu dan tidak terlalu mempermasalahkannya. Ia mengunyah makan pagi yang dibuatkan oleh mama tercinta.

“Nanti malam apa Denis mau datang?” tanya Pratiwi.

“Untuk apa?” Kinara menyernyitkan dahinya.

“Nanti malam ‘kan malam minggu. Memangnya kalian tidak kencan?”

Kinara bingung harus menjawab apa, “Hem… ya lihat nanti saja, Ma.”

Ia menjawab asal, padahal tidak pernah terpikirkan oleh Kinara akan bertemu dengan Denis pada malam minggu. Jangankan bertemu, ingat malam minggu saja tidak. Karena memang Kinara tidak mempunyai kekasih, jadi setiap malam seperti biasa saja dan tidak ada yang special menurutnya.

Selesai sarapan, Kinara pamit untuk pergi ke kampus. Ia mencium kedua pipi sang mama, lalu dilanjutkan dengan mengecup punggung tangan papanya. Kinara segera pergi dengan mengendarai mobil pribadinya.

Sesampainya di kampus, Clara telah menunggu di koridor. Mereka memang sering bertemu di sana. Clara terlihat berantusias untuk segera mendengar cerita dari sahabatnya itu.

“Ra, bagaimana? Tadi malam kamu tidak cerita,” ujarnya sambil menggerutu.

“Masuk kelas dulu. Tidak enak jika ada yang mendengar.”

Mereka berjalan menuju kelas. Di dalam ruangan yang bisa dibilang cukup luas, sudah dipenuhi oleh mahasiswa lainnya. Sekarang mereka telah duduk secara bersamaan. Kemudian, Kinara memulai ceritanya.

Ia menceritakan semuanya dari awal sampai akhir tanpa ada yang terlewatkan. Beberapa kali Clara berdecak kagum, ia tidak percaya kalau Denis begitu lihai dalam merangkai kata-kata. Bahkan sampai kedua orang tua Kinara percaya padanya. Padahal sebelumnya mereka belum pernah bertemu.

“Terus, gimana? Aku jadi penasaran,” ucap Clara.

“Ya begitu. Bahkan nanti malam Mama ingin aku kencan dengan Kak Denis.”

“Apa?! Serius? Kesempatan emas itu, Ra.” Suara Clara terdengar nyaring sekali.

Karena takut ada yang mendengar, alhasil Kinara menutup mulut sahabatnya itu menggunakan tangannya. Clara sampai tidak bisa bernapas dan menepis tangan itu agar menjauh. Setelah terlepas, Clara menghembuskan napas lega.

“Kamu ini, hampir saja aku tidak bisa bernapas,” oceh Clara.

“Habisnya, jangan kencang-kencang kalau bicara. Pelan saja, nanti ada yang tahu.”

“Ya sudah kalau begitu. Oiya, jadi nanti malam kamu akan kencan?”

Kinara menanggapi dengan mengangkat bahunya.

Tidak lama kemudian, datang seorang pria yang berjalan menuju tempat duduk mereka. Sebelumnya Kinara tidak menyadari hal itu. Hingga akhirnya, pria itu duduk tepat di samping Kinara. Seketika raut wajah Clara berubah.

“Frans! Akhirnya kamu masuk juga,” teriak Clara.

Kinara yang membelakanginya spontan menoleh, “Frans, sejak kapan kamu ada di situ?”

“Baru saja. Kalian sedang membicarakan apa? Terlihat serius sekali.”

Kinara dan Clara saling memandang satu sama lain. Tetapi Kinara mengisyratkan agar tidak menceritakan hal ini kepada Frans. Merasa curiga, Frans semakin penasaran dan menarik kursinya agar bisa mendekati mereka.

“Jangan ada rahasia di antara kita bertiga,” ucap Frans.

“Rahasia apa? Tidak ada, kita hanya menceritakan tentang drama korea saja,” jawab Kinara membual.

“Oh. Aku kira kalian sedang menyembunyikan sesuatu.”

Kinara terdiam, dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

“Oiya, nanti malam kita nongkrong di café, yuk! Sudah lama sekali kita tidak kumpul bertiga.”

“Aduh, sepertinya aku tidak bisa. Aku harus membantu mamaku untuk mempersiapkan makan malam, pasalnya nenek dan kakek aku mau datang ke rumah,” jawab Clara.

“Kamu bagaimana, Ra?”

Kinara bingung harus menjawab apa. Sebenarnya ia ingin sekali pergi, tapi semua itu tidak mungkin. Apalagi mamanya sudah memerintahkan agar nanti malam ia pergi bersama dengan Denis.

“Aku juga tidak bisa, Frans. Maaf, tugas lagi banyak sekali. Sebaiknya kamu juga mengerjakan tugas saja,” jawab Kinara.

“Oh, iya. Aku hampir saja lupa, ya sudah kita ke café lain kali saja.”

Kinara menghela napas lega, akhirnya ia bisa mencari alasan. Walau sebenarnya ia tidak akan mengerjakan tugas, melainkan pergi bersama Denis. Di saat itu juga, Kinara menghubungi Denis dan mengajaknya untuk pergi keluar.

Tidak butuh waktu lama untuk Denis membalas pesan tersebut. Dan ternyata Denis menyetujuinya, dan mereka sepakat akan pergi keluar. Dosen pengampu datang, dan mata kuliah pun dimulai.

Seluruh mahasiswa menghentikan aktivitasnya dan mulai memperhatikan setiap materi yang diberikan oleh dosen. Suasana dalam kelas berubah menjadi hening, yang ada hanya suara dari dosen yang menjelaskan dari depan.

Dosen menjelaskan tentang pengaruh perkembangan pertanian berkelanjutan untuk para petani. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, mulai dari sistem pertanian terpadu yang memadukan antara pertanian dan peternakan. Ada juga sistem pertanian organic, untuk memaksimalkan limbah pertanian agar bisa digunakan sebagai sumber utama pupuk organic. Salah satunya adalah pemanfaatan jerami yang melalui proses pengomposan.

Hal itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan juga pendapatan hasil panen yang maksimal. Pembelajaran itu diakhiri dengan sebuah tugas membuat makalah. Semua mahasiswa berkeluh kesah, tetapi mau tidak mau mereka harus menerima itu sebagai hadiah dari dosen.

Sekarang waktunya istirahat. Clara yang sudah tahan ingin segera pergi ke kantin. Perutnya meronta-ronta, meminta agar diisi makanan. Sedangkan Kinara malah sibuk dengan ponselnya, dan seperti sedang mengetik sesuatu di sana.

“Ra, ayo kita ke kantin. Aku sudah lapar, tidak tahan lagi,” ucap Clara.

“Sabar. Aku sedang membalas pesan Kak Denis.”

“Kak Denis? Siapa itu?” Tiba-tiba Frans berada di belakang Kinar dan melihat ke arah ponselnya.

Secepat kilat Kinara menjauhkan ponselnya agar tidak terlihat oleh Frans, “Bukan siapa-siapa. Aku hanya menanyakan perihal tugas saja.”

“Oh,” jawab Frans singkat.

Kemudian mereka bertiga pergi ke kantin secara bersama-sama. Persahabatan mereka sudah diketahui oleh seluruh mahasiswa yang ada di kampus ini. Maka, bukan pemandangan aneh jika mereka selalu bertiga dan selalu bersama-sama.

Saat sampai kantin, rupanya Denis juga ada di sana. Ketika melihat wajah Denis, jantung Kinara mulai bereaksi.

“Ini jantung, tidak bisa diajak kompromi,” gumam Kinara dalam hatinya.

Denis sedang mengaduk minumannya sambil melirik ke arah di mana Kinara berada. Lirikannya itu semakin membuat Kinara salah tingkah. Keringat dingin muncul di dahinya. Menyebabkan Kinara harus mengusapnya.

Clara memperhatikan gerak gerik dari sahabatnya itu. Kemudian ia mencari ke arah Kinara melihat, dan ternyata dua sejoli itu saling beradu pandang dalam diam. Clara tersenyum dan menyenggol kaki Kinara agar tidak terlihat oleh Frans yang juga ada di sana.

“Kamu diam saja, jangan menggodaku,” ujar Kinara berbisik.

“Hahaha, jangan malu-malu kucing. Kalau cinta itu bilang, tidak baik jika dipendam,” balas Clara.

Karena kesal, alhasil Kinara melayangkan cubitan kecil di lengan Clara. Hal itu mengakibatkan Clara berteriak. Frans yang ada di samping mereka ikut terkejut.

“Kalian ini kepada?”

Kinara menggaruk kepala, “Tidak. Kita hanya sedang bergurau. Iya ‘kan, Cla?”

Sekali lagi Kinara membulatkan matanya, dan Clara pun membenarkan perkataan sahabatnya itu. Tidak lama kemudian, makanan yang dipesan datang. Clara sudah tidak sabar dan secepat mungkin melahap makanan yang ada di depannya.

Sementara Kinara sibuk memperhatikan Denis secara diam-diam. Tanpa ia sadari, kalau senyumnya merekah. Pipinya mulai merona tatkala tidak sengaja beradu pandang dengan pria itu.

**

Bersambung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel