Pustaka
Bahasa Indonesia

PDKT Kontrak : Pesan Masa Lalu

93.0K · Tamat
Romansa Universe
80
Bab
863
View
9.0
Rating

Ringkasan

Ketika orang tua meminta untuk segera memiliki pasangan, saat itu juga Kinara merasa cemas dan panik sebab dirinya belum memiliki pasangan. Hingga akhirnya, Kinara meminta pada seorang pria agar dekat dengannya sampai hari ulang tahunnya dan meyakinkan kedua orang tuanya. Akankah Kinara berhasil meyakinkan kedua orang tuanya? Atau ia malah jatuh cinta dengan pria tersebut?

RomansaMetropolitanLove after MarriageOne-night StandCinta Pada Pandangan Pertama

Bab 1 Pria Tampan

Bab 1 Pria Tampan

“Ayo beli, beli, beli,” teriak semua orang yang ada di sana.

Sejauh sudut memandang, ada seorang wanita tengah berjalan menembus keramaian. Banyak orang yang menawarkan barang dagangannya, tetapi wanita tersebut bersikap tidak peduli. Ia melanjutkan perjalanan, karena ada sesuatu yang cukup menarik perhatiannya.

Terpampang jelas, berbagai macam pernak-pernik. Mulai dari aksesoris rambut, sampai ke peralatan sekolah. Lengkap dengan fashion yang juga dijual di sana. Rupanya sedang diadakan sebuah bazar, yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam bidang wirausaha. Salah satunya dengan melaksanakan bazar ini. Semua mahasiswa bersemangat, apalagi dengan adanya hadiah utama membuat gelora semangat mereka memuncak.

Jauh dari sana, terdapat stand tempat makanan berada. Setiap stand memiliki ciri khas tersendiri. Kampus juga menawarkan hadiah menarik berupa uang tunai kepada mahasiswa yang berhasil menjual barang dagangan paling banyak. Maka dari itu, mereka semua menawarkan dan meyakinkan pembeli agar dapat tertarik dengan produk yang mereka jual.

Bazar dilaksanakan setiap tahunnya, dan sudah menjadi acara tahunan di kampus tersebut. Semua mahasiswa bekerja dengan giat, terutama memang yang telah memiliki usaha. Akan sangat menguntungkan sekali, tanpa harus memberikan uang sewa sedikit pun.

“Kamu jadi beli yang mana?” tanya seorang wanita lainnya.

“Sabar, aku juga lagi pilih yang bagus.”

Memilih pakaian terutama baju memang memakan waktu lama. Bukan hanya kualitasnya saja, tetapi kecocokan dengan warna kulit menjadi faktor utama. Memang semua wanita pasti menginginkan tampilan yang baik di setiap saat. Tidak heran jika ketika mereka berbelanja, maka akan membutuhkan waktu sampai berjam-jam lamanya.

Wanita itu bernama Kinara, seorang mahasiswa semester 5 di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di kota itu. Tidak henti-hentinya Kinara memutar beberapa pakaian yang ada di genggamannya. Ia berpikir lama sekali, sampai membuat temannya – Clara menjadi bosan.

“Ya sudah yang ini saja sudah bagus,” ujar Clara tidak mau berlama-lama lagi.

“Tapi nanti tidak cocok dengan celana yang sudah aku beli,” gerutu Kinara.

“Terserah kamu saja, aku sudah lelah.”

Clara memutuskan untuk duduk di sebuah kursi yang berada tidak jauh darinya. Cuaca panas tidak bisa terelakkan lagi. Pantas saja, arloji sudah menunjukkan pukul 13.00. Terik matahari tepat berada di atas mereka, membuat tenggorokan menjadi kering kerontang. Beruntung ada stand yang menjual minuman dingin. Clara dapat mengobati rasa haus yang menderu itu.

Karena sudah merasa lelah juga, akhirnya Kinara menghentikan aktifitasnya dan memilih untuk bergabung dengan temannya itu. Ia memesan minuman dingin. Sambil menunggu, Kinara mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat bazar.

Ramai sekali, mahasiswa tumpah ruah. Banyak stand makanan yang sudah kosong karena habis dimangsa oleh para mahasiswa pecinta kuliner. Yang tertinggal hanya stand yang berisikan pakaian dan lain sebagainya. Beberapa kali Kinara melihat wajahnya ke arah cermin kecil yang ia bawa di dalam tas. Takut kalau make-upnya akan luntur karena terpapar sinar matahari, yang menyebabkan keringat bermunculan di dahinya.

Kinara mengusap keringat tersebut dengan menggunakan tissue. Tidak lama setelah itu, seorang pria mengantarkan pesanan milik Kinara.Sebuah jus jeruk lengkap dengan camilan ringan. Ia menikmatinya, agar perutnya tidak lagi menimbulkan suara aneh karena lapar.

“Eh, Ra. Lihat itu,” ucap Clara pelan.

Kinara menoleh, “Ada apa?”

“Coba lihat pria yang menjual jus ini.”

Dengan raut wajah malas, Kinara memperhatikannya. Tidak ada yang aneh dengan pria itu. Terlihat biasa-biasa saja, sama seperti pria lainnya.

“Kenapa? Ada apa dengan pria itu?” tanya Kinara penasaran.

“Sepertinya dia cocok dengan kamu. Pas ‘kan, kamu juga masih jomblo dan belum ada pasangan.”

Seketika bola mata Kinara terbelalak, “Hah?! Jangan gila kamu ya. Mana mungkin dia cocok dengan aku? Sedangkan aku saja tidak tahu nama dia siapa.”

“Coba kamu dekati, aku perhatikan dia orangnya baik.”

Kinara memutar bola matanya malas. Ia menghiraukan segala macam perkataan yang dilontarkan oleh Clara. Ia lebih fokus dengan makanan yang ada di depannya sekarang. Clara mencibir kesal. Selalu saja seperti itu, ketika ia berbicara mengenai pasangan. Pasti Kinara tidak memperdulikannya. Karena kesal, Clara mengaduk minumannya dengan kencang sekali.

Tidak ada ketertarikan Kinara terhadap pria itu. Bukan hanya kali ini saja, tetapi sudah ribuan kali Clara menjodohkan dirinya dengan pria yang tidak ia kenal. Kelakuan sahabatnya itu, membuat Kinara sedikit jengah dan mulai bosan. Berulang kali ia menolak, tetapi Clara tidak berputus asa. Selain cantik, Kinara juga pintar. Dan banyak pria yang ingin mendekat, hanya saja Kinara masih menutup pintu hatinya.

Kinara bersikap biasa saja sambil memainkan ponselnya. Tidak terasa waktu berlalu begitu saja. Kini saatnya untuk mereka pulang. Kali ini mereka akan pulang bersama. Dan kebetulan sekali rumah mereka satu arah. Meninggalkan keramaian bazar dan kebisingan para penjual yang menawarkan barang dagangannya. Setiap kali Kinara berjalan, pasti ada saja pria yang menggodanya.

“Hai, Kinara!” sapa seorang pria dengan gayanya memakai kaca mata hitam. Kinara menyunggingkan bibirnya tipis.

“Mau aku antar?” Dia menawarkan diri.

“Tidak, terima kasih,” jawab Kinara singkat.

Clara yang juga tidak suka dengan pria seperti itu, berusaha untuk menyingkirkannya dan mengatakan kalau tidak ada waktu untuk melayani mereka semua. Bukan hanya sebagai teman, tetapi Clara juga merangkap sebagai asisten pribadi Kinara ketika digoda oleh lelaki hidung belang.

Kinara melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Kemacetan tidak bisa dipungkiri, jam rawan para pegawai pulang dari kerjanya. Ramai orang berlalu lalang, mengendarai kendaraan masing-masing. Ada juga yang sedang melakukan jogging pada sore hari. Lantunan lagu penghantar ketika sedang berada di dalam mobil, terdengar begitu indah.

“Besok kamu mau datang ke kampus tidak?” tanya Clara. Mengingat esok itu memang seluruh mahasiswa diliburkan. Dan akan dilaksanakan pengumuman pemenang bazar.

“Lihat besok saja. Kalau mood aku baik, ya kita ke kampus.”

“Hem… dasar, jadi wanita kok mood selalu tidak baik,” ketus Clara.

Kinara menaikkan bahunya, dan kembali melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah Clara. Tanpa basa basi lagi, Clara turun dan Kinara segera pamit untuk pulang. Langit yang semula berwarna cerah, kini berubah menjadi gelap.

Awan berkumpul menjadi satu dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Tidak butuh waktu lama untuk Kinara sampai di rumah. Ia pun memarkirkan mobilnya di garasi. Kemudian ia turun dan berlari masuk ke dalam rumah.

Penampilan rumah besar berwarna putih dengan gerbang yang menjulang tinggi di bagian depan. Pantas saja, keluarga Kinara memang pengusaha sukses. Kinara berjalan memasuki ruang tamu. Terdapar sofa berwarna cokelat di sana. Kinara melenggangkan langkah kakinya melewati beberapa ruangan besar. Kamarnya yang berada di atas, mengharuskan Kinara untuk menaiki anak tangga.

Brukk…

Kinara menutup pintu dengan keras, sehingga menimbulkan suara bising. Ia menghempaskan tas ke atas tempat tidur. Melepas sepatu yang dipakai ke sembarang tempat. Kamar yang bisa dibilang cukup rapi. Menghadap langsung ke kolam renang yang ada di samping rumah. Keadaan kamar gelap, sebab tidak ada cahaya matahari. Kemudian Kinara menyalakan semua lampu yang ada di sana.

Deretan foto dirinya bersama dengan keluarga terpajang jelas di dinding dan meja belajar. Ada satu foto berukuran besar, menempel sempurna di dinding kamarnya. Kinara adalah anak satu-satunya, wajar saja jika ia dimanja oleh kedua orang tuanya. Segala apa yang ia inginkan pasti terpenuhi.

Itu alasan utama mengapa sampai saat ini Kinara belum juga memiliki pasangan. Sebab, banyak pria yang mendekat hanya untuk mendapatkan kemewahan keluarganya saja. Kinara tidak suka akan hal itu dan memilih untuk sendiri saja. Padahal tidak jarang Clara selalu memaksa Kinara untuk membuka hatinya.

“Kinara,” panggil seseorang yang berada jauh di bawah.

“Iya, Ma. Sebentar, Kinara sedang berganti pakaian,” jawabnya.

Selesai berganti pakaian, Kinara kemudian turun. Ia mendapati kedua orang tuanya sedang duduk santai sambil menikmati kopi hitam dan mendengarkan suara rintik hujan. Kinara berjalan menuruni anak tangga. Sandal yang dipakainya menimbulkan suara dalam rumah itu.

**

Bersambung.