Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Permintaan Orang Tua

Bab 2 Permintaan Orang Tua

Tomi – papa Kinara, tengah membaca Koran dengan mengenakan kaca mata yang selama ini telah menemaninya. Pratiwi – mama Kinara, sedang mengusap layar ponselnya dan melihat perkembangan terkini tentang dunia fashion. Kinara memutuskan untuk ikut duduk bersama dengan mereka berdua.

“Bagaimana dengan kuliah kamu?” Tomi angkat bicara.

“Baik, Pa. Tidak ada kendala.”

“Kekasih?” Pratiwi ikut menimpali.

Seketika Kinara tersentak mendengar perkataan dari mamanya. Pertanyaan horor baginya, dan menjadi momok mengerikan. Kinara tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapid an bersih itu. Sementara itu, Pratiwi menunggu anaknya menjawab.

“Kekasih apa, Ma? Kinara ‘kan masih kecil, dan belum boleh buat punya kekasih,” elaknya.

“Kecil? Kinara, kamu ini sudah besar dan dewasa. Mama sudah lelah mendapat pertanyaan yang serupa ketika melakukan arisan dengan teman-teman Mama.”

Kinara meraih camilan yang ada di atas meja, lalu memasukkan ke dalam mulutnya, “Ya, tidak usah didengar. Biarkan saja, lagian Kinara masih kuliah. Tidak baik jika menjalin cinta. Nanti yang ada nilai Kinara menurun.”

Selalu saja begitu, Kinara mencari alasan sedemikian rupa agar kedua orang tuanya tidak mendesak dirinya. Kinara tipikal wanita yang tidak dikekang, bahkan apa saja selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Keinginan terbesar Pratiwi adalah melihat anaknya pulang dengan membawa pasangan.

Selain untuk menjaga Kinara, juga bisa membuat sifat Kinara berubah. Agar tidak manja lagi dan dapat mandiri seperti teman-temannya yang lain. Kinara santai sekali menanggapi pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan oleh Pratiwi.

“Apa perlu Mama jodohkan kamu dengan anak temannya Mama?” ujar Pratiwi.

Seketika mata Kinara terbelalak, “Mama, memangnya ini zaman siti nurbaya? Yang dijodohkan. Kinara bisa dapat pasangan tanpa harus dijodohkan.”

“Ya sudah kalau begitu. Mama ingin kamu membawa kekasih tepat di hari ulang tahun kamu nanti.”

Kinara tidak dapat berkata apa-apa lagi selain menyetujuinya. Mau tidak mau Kinara harus menuruti perintah dari mamanya. Padahal Kinara sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Jangankan kekasih, teman dekat saja Kinara tidak ada.

Karena cemas, sampai tidak sadar Kinara telah menghabiskan semua camilan yang ada di atas meja. Sadar kalau telah menghabiskan makanan, Kinara tersenyum ke arah Pratiwi.

“Maaf, Ma... Kinara lapar,” ujarnya seperti tidak ada dosa.

“Kebiasaan. Ya sudah sana makan, Mama sudah siapkan makan untuk kamu.”

“Terima kasih Mama cantik.” Kinara memeluk Pratiwi erat sekali.

Sehingga membuat napas Pratiwi tersendat. Setelah itu, Kinara beranjak pergi untuk mengisi amunisi. Sejak tadi cacing yang ada di dalam perutnya sudah memberontak. Bunyi yang berasal dari dalam terdengar nyaring sekali. Beruntung tidak ada yang mendengarnya kecuali Kinara sendiri.

Ia melahap habis makanan yang tersedia di meja makan. Porsi makannya banyak, tetapi Kinara dapat menjaga tubuhnya sehingga tidak obesitas. Setiap sore hari, secara rutin Kinara melakukan jogging baik itu bersama dengan Tomi ataupun sendiri.

Selesai makan, Kinara kembali ke kamarnya. Ia beristirahat sebab esok hari masih banyak aktifitas yang harus Kinara lalui.

**

Keesokan harinya.

Kringg…

Alarm berbunyi beberapa kali.

Bruk.

Satu kali lemparan, alarm tersebut jatuh ke lantai dan seketika berhenti berdering. Sedangkan Kinara menggeliatkan tubuhnya, meregangkan ototnya yang tegang akibat mimpi buruk menyelimutinya. Keringat tidak bisa dipungkiri, walau AC menyala dengan kencang.

“Hem… jam berapa ini?” gumamnya.

Kinara mencari keberadaan ponselnya. Dan setelah menemukan, ia pun melihat jam yang terpampang jelas di layar beranda ponsel.

“What?Sudah siang,” pekiknya.

Segera Kinara menepis selimut yang berada di tubuhnya. Ia berlari ke kamar mandi. Bergegas merapikan rambutnya. Pagi ini ada kelas tambahan yang mengharuskan Kinara untuk ke kampus. Selesai merapikan rambut dan memakai pakaian, ia pun turun ke bawah.

Di sana sudah ada sang mama yang tengah memasak. Rumah sudah dalam keadaan sepi, sebab Tomi sudah berangkat ke kantor lebih dulu. Memang selalu saja begitu, ketika Kinara bangun pasti Tomi pergi. Dan ketika Tomi pulang, Kinara sudah terlelap.

“Ma, Kinara berangkat dulu,” teriaknya sambil menyambar roti yang ada di atas meja makan.

“Makan dulu. Tidak baik kalau makan sambil menyetir mobil.”

“Tidak sempat, Ma. Nanti terlambat.”

Wus…

Kinara pergi begitu saja. Ia memacu kendaraannya dalam kecepatan tinggi. Menembus ramainya pagi hari. Beruntung Kinara sudah tahu jalan yang pasti terkena macet. Maka dari itu, ia lebih memilih jalan lain agar tidak terlambat masuk kelas pagi.

Selagi menyetir, ponsel Kinara tidak berhenti berdering. Ia sempat meliriknya dan yang menghubunginya adalah Clara. Kinara tidak terlalu memperdulikan hal itu dan memilih untuk melanjutkan perjalanan. Masih terlalu pagi untuk Kinara keluar dari rumah. Tapi percayalah kalau telah banyak aktifitas di luar sana.

Kinara memarkirkan mobilnya, dan segera keluar. Ia berlari sambil membawa tas di tangannya. Tampilan Kinara tampak seperti pria. Memakai celana jins dan kemeja panjang bermotif kotak-kotak.

Bruk…

Di kelas, ia melempar tasnya. Hal itu membuat Clara terkejut bahkan sampai berteriak. Kinara menarik napas dalam-dalam. Sebab, napasnya tersendat ketika harus terburu-buru mengejar waktu.Ia mengusap keringat yang keluar di dahinya menggunakan tissue.

“Ke mana saja kamu?” tanya Clara, memperhatikan penampilan Kinara yang terlihat aneh.

“Kesiangan,” jawabnya singkat.

“Kenapa kamu berpenampilan seperti ini? Tidak seperti biasanya.”

Kinara memutar bola matanya malas, “Lagi malas feminim.Lebih nyaman seperti ini.”

Rambut itu biasanya terurai panjang. Dan kali ini terikat tampak mirip seperti ekor kuda. Beberapa saat kemudian, dosen pengampu datang dengan membawa laptop di tangannya. Mata kuliah pun berlangsung, seluruh mahasiswa mempersiapkan alat tulis dan lain sebagainya.

Mata kuliah berlangsung cukup lama. Hingga di akhir pertemuan, dosen pengampu memberikan tugas kepada mahasiswanya. Hal yang paling tidak disukai mahasiswa ketika sedang banyak tugas, dan ditambah oleh tugas yang lainnya.

Setelah selesai mata kuliah, Kinara meletakkan kembali buku catatannya ke dalam tas. Ia tidak henti-hentinya menggerutu kesal. Tugas yang kemarin saja belum selesai, dan sekarang ditambah tugas lainnya. Membuat otak Kinara seperti akan meledak.

“Ke kantin, yuk,” ajak Clara.

“Boleh. Aku juga masih lapar, tadi belum sempat sarapan.”

Kemudian mereka berdua pergi ke kantin. Saat melewati koridor kampus, suasana ramai menyelimuti tempat itu.Di mana para mahasiswa berkumpul untuk melihat majalah dinding dan pengumuman lainnya. Kinara berlalu begitu saja, tanpa ada ketertarikan untuk ikut berkumpul dengan mahasiswa lainnya.

Sampainya di kantin, Clara memesan beberapa makanan dan minuman untuk mereka berdua. Kinara sibuk memainkan ponselnya dan mengetik sesuatu di sana.

“Ra,” panggil Clara.

“Apa?” jawabnya singkat tanpa menoleh sedikit pun.

“Sibuk sekali, memangnya ada yang kirim pesan ke kamu?” ledek Clara.

Kinara menoleh, “Hem… itu yang sedang aku pikirkan.”

“Kamu kenapa?”

Kinara menjelaskan semuanya. Tentang permintaan kedua orang tuanya. Mau tidak mau Kinara harus membawa pasangan ketika ulang tahunnya nanti. Bukannya memberi masukan, Clara malah terkekeh geli. Seperti merasakan kepuasan tersendiri. Menyaksikan itu, Kinara kesal dan melipat kedua tangannya tepat di depan dadanya. Sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

“Sudah aku bilang, coba dekat saja sama pria yang kemarin itu. Aku perhatikan pria itu cocok sama kamu, tampan juga.”

Kinara mendengus kesal, “Tidak ada yang lain? Aku tidak menyukainya.”

“Ra, cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Coba dekat saja dulu, atau cari tahu tentang dia. Apa salahnya?”

Kinara tetap dengan pendiriannya untuk mencari pria yang ia suka saja. Dan tidak menuruti usulan yang diberikan oleh sahabatnya itu. Permintaan papa dan mamanya, membuat Kinara stress. Memikirkan itu semua, lebih sulit daripada memikirkan tugas yang menumpuk.

Tanpa mereka sadari, makanan pesanan sudah datang. Tidak butuh waktu lama lagi, Kinara dan Clara melahap makanan yang ada di depan mereka berdua. Ketika sedang menikmati makanan, tiba-tiba saja datang segerombolan pria yang kemudian duduk tidak jauh dari mereka.

Kedatangan pria itu menarik perhatian Kinara. Ia memutar kepalanya, memperhatikan para pria itu. Sementara Clara masih fokus dengan makanannya.

“Cla,” bisik Alinka.

“Kenapa?”

“Coba lihat.” Suara Alinka hampir tidak terdengar.

Clara mengikuti arah mata Alinka yang menunjukkan keberadaan para pria. Clara tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan gigi yang rapi dan bersih.

“Itu ‘kan pria yang kemarin?”

Kinara membenarkan perkataan sahabatnya.

**

Bersambung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel