Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Guru Privat

Bab 3 Guru Privat

Clara menyenggol lengan sahabatnya sampai membuat Kinara menoleh ke arahnya.Mereka saling beradu pandang dalam beberapa detik.

“Ini kesempatan buat kamu dekati dia,” ucap Clara.

“Jangan gila kamu, Cla.Aku tidak mau itu, lagian aku juga belum kenal dia siapa,” jawab Kinara ketus.

“Mau sampai kapan kamu menutup diri seperti ini Ra? Sampai tua nanti? Atau sampai menunggu kamu dijodohkan?”

Clara mendengus kesal, setiap kali ia memperkenalkan seorang pria pasti selalu saja mendapat penolakan dari Kinara. Bukan hanya satu kali, tapi berkali-kali. Ada saja alasan yang diberikan oleh Kinara untuk menolak pria yang dikenalkan Clara.

“Aku lihat pria itu tampan dan baik. Oiya, aku dengar dia itu satu angkatan dengan kita. Ya walau aku belum tahu namanya, tapi aku tahu kalau dia juga belum ada kekasih,” jelas Clara.

Kinara menyernyitkan dahinya bingung, “Sampai sejauh itu kamu tahu tentang dia? Bahkan melihatnya saja aku belum pernah.”

“Dia memang tertutup. Tidak banyak kawan, tapi menurut informasi dia tinggal tidak jauh dari sini.”

Kinara memasang mata menyidik, memperhatikan setiap gerak-gerik dari pria itu. Sampai sejauh ini Kinara masih biasa saja dan belum ada rasa sedikit pun.Ia kembali menyeruput minumannya yang hanya tinggal sedikit.

Ia mengaduk minuman dan tidak lagi memedulikan setiap perkataan yang dilontarkan oleh sahabatnya. Clara sampai kesal.

“Coba sekali saja dengar apa yang aku katakan, daripada dijodohkan? Memangnya kamu mau?”

Kinara menggelengkan kepalanya, “Ya tidak. Mana mau aku dijodohkan dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal.”

“Ya maka dari itu. Dia itu cocok jika bersanding dengan kamu, Ra.”

Kinara menjawab dengan senyuman.

Setelah selesai makan siang, kemudian mereka kembali ke kelas. Sebab, masih ada satu mata kuliah yang harus mereka lewati. Kinara bergegas pergi dengan langkah kaki yang cukup cepat. Ia juga tidak memperhatikan jalan dan lebih fokus agar cepat sampai ke kelas. Saat hendak menuju kelas, secara tidak sengaja Kinara menabrak sesuatu. Dan saat ia melihatnya, ternyata pria yang dijodohkan oleh Clara sekarang berada tepat di depannya.

Kinara terperanjat lalu meminta maaf karena memang dia yang salah. Berjalan terburu-buru dan tidak memperhatikan jalan.

“Ma-maaf,” ucap Kinara gugup.

“Tidak masalah. Ini salah saya, jalan tidak lihat ke arah depan.”

Kinara menundukkan kepala, “Permisi, saya duluan.”

Sebelum pergi, Kinara menengadahkan kepala melihat sedikit ke arah pria itu. Seketika jantungnya berdegub dengan kencang tatkala pria itu memberikan tatapan tajam kepadanya. Kinara menyegerakan langkah kakinya, mengimbangi Clara yang sudah berada jauh di depannya.

“Huft, kenapa bisa tabrakan sih?” gerutu Kinara dalam hati.

Clara baru sadar kalau sahabatnya tidak ada. Ia pun menoleh ke belakang, Kinara berlari secepat mungkin. Napasnya terengah-engah dan tidak beraturan.

“Kenapa kamu bisa di belakang sekali? Bukannya tadi ada di samping aku?” tanya Clara heran.

Kinara memutar bola matanya malas, “Tidak apa-apa.”

Kemudian mereka berdua masuk ke dalam kelas yang sudah dipenuhi oleh mahasiswa lainnya.

**

Kini waktunya untuk pulang. Waktu siang seperti ini, tidak bisa terpungkiri jika matahari bersinar lebih terang. Hal itu mengakibatkan suhu panas semakin meningkat. Bahkan Kinara sampai menyibakkan rambut yang menghalangi lehernya.

Ia mengibaskan tangan agar menghasilkan angin, supaya panas tidak begitu terasa. Siang ini, mereka akan pergi ke tempat di mana Clara tinggal. Untuk mengerjakan tugas yang sudah menumpuk sejak kemarin. Beruntung Clara mempunyai rumah sendiri di kota ini. Mengingat kedua orang tuanya harus tinggal di Semarang, membuat Clara tinggal sendiri tanpa adanya orang tua.

Terkadang Kinara juga menemani Clara di saat sahabatnya itu merasa ketakutan. Jarak antara rumah Clara dan kampus bisa dibilang lumayan jauh.Sebelum itu, tidak lupa mereka juga membeli beberapa camilan untuk menemani tugas nantinya.

Sampainya di rumah. Clara membuka pintu, dan terbuka ruangan terbuka di sana. Ada sofa yang menghiasi ruang tamu.Dan juga ada beberapa tanaman hias yang terletak di sudut ruangan.

“Mau di sini atau di kamar?” tanya Clara.

“Menurut aku lebih baik di sini saja. Di kamar suntuk, kalau di sini bisa nonton film.”

Clara mengangguk setuju. Semua disiapkan, mulai dari laptop dan alat tulis. Berbagai buku tertata rapi di atas meja sebagai referensi. Kinara mulai membuka laptopnya dan mengetik sesuatu di sana.

Berjam-jam lamanya mereka berkutat dengan buku dan laptop. Hingga akhirnya Kinara merasa lelah. Ia pun menyandarkan tubuhnya ke sofa dan menghela napas panjang.

“Aku lelah sekali,” ujar Kinara sambil memijat pelipisnya pelan.

“Sama, aku juga. Kapan selesai kalau seperti ini?”

Keadaan sudah berantakan, makanan berserakan di atas lantai. Bukan hanya itu, banyak juga kertas yang berhamburan. Kepala Kinara terasa berdenyut. Wajahnya pun terlihat kusut sekali, seperti pakaian yang belum dirapikan. Sedangkan itu, Clara menggenggam kertas yang berisikan soal.

“Ini soal banyak sekali,” gerutu Clara.

Kinara merebut kertas itu, “Ini soal atau mahluk hidup?”

Clara menyernyitkan dahinya ketika mendengar perkataan Kinara, “Mahluk hidup? Apa hubungannya?”

“Bisa beranak pinak.”

Mendapat jawaban seperti itu, Clara tertawa geli. Apalagi ditambah dengan ekspresi wajah Kinara yang menurutnya menggemaskan. Kinara tidak henti-hentinya mendengus kesal dan memberikan kembali kertas itu. Otaknya tidak sampai untuk mengerjakan semua soal yang diberikan oleh dosen.

“Sepertinya aku perlu guru privat,” ucap Clara.

“Guru privat? Untuk apa? Ini soal mudah, kenapa harus guru privat?”

Bukan pertama kalinya Kinara mendengar keluhan dari sahabatnya. Selalu saja seperti ini ketika mendapatkan tugas. Kalau sudah dedline, maka Kinara yang akan mengerjakan semuanya sendirian.

“Setidaknya kita dapat dengan mudah memahami soal-soal ini,” jawab Clara sambil menunjuk ke arah kertas yang ada di depannya.

“Terserah kamu saja. Lagi pula aku bisa mengerjakan ini sendiri.”

Lalu Clara meraih ponselnya dan mencari sesuatu di sana. Kinara melanjutkan kembali mengetik tugas di laptop. Sekian lama bergumul dengan buku, sekarang Kinara merasa lapar. Perutnya pun telah berbunyi, dan ia melirik ke arah arloji yang dipakai. Tanpa mereka sadari, matahari sudah tenggelam. Dan sekarang waktunya malam. Langit pun telah berubah warna, yang tadinya cerah kini berubah menjadi gelap.

Pesan di ponsel Kinara menumpuk, yang tentunya dari kedua orang tuanya. Kinara membalas pesan dari sang mama, dan mengatakan kalau mala mini akan menginap di rumah Clara. Berutung kedua orang tua Kinara mempercayai dirinya dan mengizinkannya.

“Yes. Akhirnya dapat juga,” teriak Clara.

“Kamu kenapa?Dapat apa?”

“Guru privat.” Clara menunjukkan sebuah gambar yang tertera di gawainya.

“Oh. Terus, kamu sudah tahu siapa yang akan menjadi guru kamu?”

Clara menggelengkan kepalanya.

“Coba bayangkan, bagaimana kalau dia itu berkumis, galak, menyeramkan, kulitnya hitam legam, dan mempunyai bola mata bulat.” Kinara menakut-nakuti sahabatnya.

Clara menggeliatkan tubuhnya, “Jangan seperti itu.Di sini, umurnya masih sama dengan kita.”

Kinara tertawa. Bahkan tawanya sampai memenuhi ruangan itu.Clara memutar bola matanya malas dan menutup laptopnya. Mereka kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat. Malam panjang mereka lewati dengan suka cita. Esok hari, Clara akan bertemu dengan seorang guru yang akan membantunya dalam mengerjakan tugas kuliah.

**

Esok harinya.

“Cla… bangun,” pekik Kinara.

Clara menutup telinganya menggunakan bantal. Jiwanya masih mengarungi mimpi indah di alam bawah sadar dan tidak ingin segera mengakhirinya. Sementara itu, Kinara menggoyahkan tubuh sahabatnya dan berusaha untuk membuat Clara segera membuka mata.

“Cla, cepat bangun.”

“Kenapa? Aku masih mengantuk, jangan diganggu,” jawab Clara penuh ketegasan.

“Dasar pemalas. Katanya kamu akan bertemu dengan guru privat? Dia sudah datang.”

Seketika Clara membuka kedua matanya, ia terkejut. Dan melihat ke arah jam dinding, ternyata memang sudah siang. Clara kebingungan, ia berlari secepat mungkin menuju kamar mandi. Kinara terkekeh, ia berhasil mengelabui Clara.

Padahal guru privat belum datang, tetapi Kinara sengaja agar Clara segera bangkit dari tempat tidur. Clara terpontang-panting, mencari pakaian dan merapikan rambutnya.

“Hahahah, mau ke mana, Bu?” tanya Kinara sambil tersenyum penuh arti.

“Mau ke mana? Kata kamu gurunya sudah datang. Mana mungkin aku berpenampilan seperti ini?”

“Hahahah... Memangnya ada siapa? Aku hanya ingin kamu bangun saja,” jawab Kinara lalu berlari keluar kamar.

“KINARA…” teriak Clara penuh amarah.

**

Bersambung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel