Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Dijodohkan

Bab 4 Dijodohkan

Kinara berlari sekencang mungkin agar menghindari amukan Clara. Saat mereka sedang bertengkar, tiba-tiba saja pintu rumah ada yang mengetuk.

Tok… tok… tok…

Mereka berdua terdiam dan saling berbalas pandang. Kinara menaikkan bahunya, sementara Clara mengisyaratkan agar Kinara membuka pintu.

“Kamu saja yang buka pintu. Nanti kalau orang jahat bagaimana?” ucap Clara.

Kinara mendengus kesal, “Seperti itu saja takut. Huh,” jawabnya kesal.

Dan saat membuka pintu, maka terlihat seorang pria tengah berdiri membelakanginya. Ia mengenakan jaket berwarna hitam dan juga tas yang ada di punggungnya. Kinara menyipitkan mata sambil memperhatikan pria itu. Sadar kalau pintu telah terbuka, pria itu memutar tubuhnya.

Dan ternyata itu adalah pria tampan yang ditemui oleh Kinara di bazar. Seketika kedua bola matanya membulat sempurna, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kinara diam terpaku, sedangkan pria itu menatapnya tajam.

“Maaf, izin bertanya. Apa benar ini rumah dari Clara?” tanya pria itu.

Kinara mengangguk, “I-iya, benar. Ada apa, ya?”

“Oh, saya yang akan menjadi guru privat untuk Clara.”

“Apa?!” pekik Kinara.

Pria itu merasa terganggu, bahkan sampai menutup daun telinganya.

Clara mendengar ada suara bising yang berasal dari luar. Ia berjalan menghampiri Kinara yang berdiri tepat di ambang pintu.

“Siapa Ra?” tanya Clara.

Kinara tidak menjawabnya dan hanya menggeser tubuhnya agar Clara dapat melihatnya.

“Ini ‘kan pria yang waktu itu?” bisik Clara.

“Aku saja tidak tahu. Katanya dia guru privat kamu, tapi kenapa bisa jadi dia?”

Clara tidak kalah terkejutnya. Alhasil mereka berdua saling ternganga, dan pria itu kebingungan. Pria itu pun memperkenalkan dirinya. Ternyata namanya adalah Denis, mahasiswa semester akhir yang juga berprofesi sebagai guru privat.

Setelah memperkenalkan diri, Clara mempersilakan untuk Denis masuk ke dalam rumah. Segera mungkin Clara menyiapkan minuman dan makanan ringan. Dan ia memerintahkan agar Kinara duduk menemani Denis selagi Clara menyiapkan semuanya.

Untuk pertama kalinya Kinara bingung harus berbincang apa. Terlebih sebelumnya ia tidak mengenal Denis. Jangankan mengenal, melihat saja Kinara tidak pernah.

“Jadi siapa yang akan saya ajarkan?” tanya Denis.

“Teman aku, Kak.”

“Sama kamu juga?” Denis menunjuk ke arah Kinara.

Spontan Kinara menggelengkan kepala, “Tidak, Kak. Hanya Clara saja. Aku ikut saja, Kak.”

Denis mengangguk paham.

Tidak lama kemudian, Clara datang dengan membawa minuman serta makanan ringan. Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dulu Clara bertanya perihal Denis. Ia mencoba untuk mengakrabkan diri agar tidak merasa canggung ketika Denis menjelaskan pelajaran nantinya.

Kinara hanya mendengarkan saja, ia lebih sibuk memainkan ponselnya. Sesekali Clara memancing agar Kinara ikut bicara. Setelah selesai berbincang, pelajaran pun dimulai. Denis mengeluarkan laptopnya, Clara dan Kinara membuka buku catatan serta soal mereka.

“Jadi ini bagaimana ya, Kak? Aku kurang paham soal nomor 5,” ucap Clara.

“Mana coba saya lihat.”

Otomatis tubuh mereka saling berdekatan. Pada saat itu juga, jantung Clara berpacu dengan kencang tanpa jeda. Sesekali Kinara melirik dan mengalihkan kembali pandangannya. Ini pertama kalinya Kinara dekat dengan pria itu.

“Ternyata dia tidak buruk. Lebih tampan dari yang kemarin waktu bertemu,” gumam Kinara dalam hati sambil memainkan pena di tangannya.

Pembelajaran berlangsung sekitar dua jam lamanya. Beberapa soal dapat terjawab dengan mudah setelah mendengar penjelasan yang diberikan oleh Denis. Itu akibat Clara dan Kinara memperhatikan dengan seksama dan sungguh-sungguh. Kini saatnya untuk Denis pamit pulang.

Sebelum itu, Clara lebih dulu meminta nomor ponselnya. Ia mengatakan agar lebih mudah menghubungi Denis ketika ada soal yang susah. Beruntung Denis pria yang humble dan tidak sombong.

Klek.

Clara menutup pintu dan menguncinya. Kinara menghempaskan tubuhnya ke atas sofa sambil mendengus panjang. Clara ikut duduk bersama dengan sahabatnya.

“Kenapa bisa dia, ya?” ujar Clara pelan.

“Aku tidak tahu. Apa sewaktu kamu memilih itu tidak melihat wajahnya?”

Clara menggelengkan kepala, “Tidak. Hanya ada nama saja dan umur. Tapi dia itu tampan, jauh lebih tampan dari yang kita lihat sebelumnya.”

Kinara menjawab dengan deheman.

Tetapi berkat Denis, tugas mereka selesai dalam satu hari. Ternyata soal-soal itu tidak sesulit yang mereka bayangkan. Tapi tidak untuk Kinara, sebab ia lebih dulu menyelesaikan semuanya tanpa bantuan Clara.

Selesai mengerjakan tugas, Kinara pamit untuk pulang. Mengingat sang mama sudah memberikan pesan banyak kepadanya. Saat berada di perjalanan, Kinara terjebak macet. Ia tidak bisa melakukan apa-apa.

“Kenapa harus macet?” gerutunya.

Tin… tin… tin…

Kinara menekan klaksonnya agar mobil yang di depannya segera melaju. Udara panas terasa walau di dalam mobil dingin. Teriknya matahari tidak bisa terhindarkan. Kinara merogoh tasnya dan meraih minum yang ada di dalamnya.

Kinara meneguk minum itu sampai habis tidak tersisa. Beberapa saat kemudian, kemacetan dapat terurai dan sekarang Kinara bisa melanjutkan perjalanannya. Ia fokus kembali melajukan mobil. Melewati pedagang kaki lima yang tertata rapi di pinggir jalan. Saat istirahat seperti ini pasti banyak yang memilih untuk membeli makanan di pinggir jalan.

Ada yang menarik perhatian Kinara. Ia melihat sesosok pria tengah berdiri tepat di samping gerobak. Kinara memperlambat laju mobilnya dan membuka kaca agar dapat melihat dengan jelas.

“Itu ‘kan Kak Denis? Kenapa ada di situ?” ucapnya.

Terlihat Denis sedang memberikan bungkusan kepada wanita. Tampak seperti seorang penjual yang tengah melayani pembelinya. Kinara meminggirkan mobilnya lalu berhenti. Ia melihat dari kejauhan.

“Dia juga jualan makanan. Dan pakaiannya masih sama,” ujar Kinara.

Pakaian yang dipakai sama persis seperti yang Kinara lihat ketika Denis datang ke rumah Clara. Untuk mengurai penasaran, Kinara memutuskan untuk turun dan menyebrangi jalan agar dapat sampai di tempat Denis berada.

Ia berpura-pura sebagai pembeli agar tahu lebih dekat, apa yang sedang dilakukan oleh guru privat sahabatnya itu.

“Kak, pesan makanan satu porsi,” ujar Kinara.

Denis menoleh, “Baik. Silakan tunggu.”

Sikap Denis biasa saja, padahal mereka baru saja bertemu. Bahkan tampak seperti tidak mengenal. Sesuai arahan, Kinara duduk pada kursi yang telah disediakan. Ia menunggu sampai makanannya selesai dibuat.

“Ini makanannya sudah siap,” ucap Denis sambil memberikan bungkusannya.

“Terima kasih, Kak. Oiya, Kakak tidak ingat aku?”

Mendengar itu, Denis memicingkan matanya, “Oh, kamu yang di rumah Clara tadi.”

“Iya, Kak. Kakak juga jualan di sini?”

“Iya,” jawabnya singkat.

Mereka berbincang singkat. Hanya seputar perkuliahan saja.Hanya butuh waktu sebentar saja, lalu Kinara pamit untuk pulang. Ia mengucapkan banyak terima kasih kepada Denis yang sudah memberikan bonus makanan untuknya.

**

Di rumah.

“Kinara,” panggil Pratiwi menyebabkan Kinara menghentikan langkah kakinya.

“Iya, Ma.”

“Dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang?”

“Ma, Kinara bawakan makanan untuk Mama.” Kinara mencoba merayu sang mama, agar tidak diceramahi karena pulang terlambat.

“Besok malam kita akan melakukan makan malam bersama dengan keluarga teman Papa. Di sana kamu akan bertemu dengan anaknya.”

Seketika Kinara membulatkan kedua mata, “Maksud Mama apa? Jangan bilang kalau Kinara akan dijodohkan.”

“Ya, mungkin itu salah satunya.”

Kinara duduk dan memasang wajah masam. Ketakutannya terjadi, dan sekarang orang tuanya benar-benar akan menjodohkan dirinya dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai. Kinara merengek seperi anak kecil yang meminta mainan.

“Ma, kenapa harus dijodohkan? Kinara bisa cari pasangan sendiri.” Kinara bersikeras agar perjodohan itu tidak terjadi.

“Keputusan Papa dan Mama sudah bulat. Mama hanya ingin kamu itu ada yang menjaga.”

Kinara menarik napas dalam-dalam, “Tapi Ma, Kinara bisa jaga diri sendiri.”

Rupanya pembelaan yang diberikan oleh Kinara tidak menggoyahkan keputusan kedua orang tuanya. Mau tidak mau ia harus menuruti keinginan papa dan mamanya. Dan besok malam, Kinara akan bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Karena kesal, Kinara pergi ke kamar dan menutup pintu kencang sekali lalu menguncinya. Kepalanya terasa akan pecah ketika memikirkan ini semua.

“Kenapa bisa seperti ini? Huh.” Kinara menggerutu tiada henti.

Ia melamun menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong. Perlahan air mata jatuh membasahi pipinya.

**

Bersambung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel