Bab 5 Perjanjian
Bab 5 Perjanjian
Bayangannya berkeliaran ke mana-mana. Membayangkan betapa buruknya dijodohkan, apalagi dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya. Semakin lama, air mata itu semakin deras.Bahkan sampai membasahi bantal yang ada di bawah kepala Kinara.
Dadanya terasa sesak, ia ingin sekali membahagiakan kedua orang tua. Tetapi, bukan berarti Kinara harus menerima keputusan yang diberikan oleh papa dan mamanya.
Tok… tok… tok…
Pintu ada yang mengetuk.Secepat kilat, Kinara mengusap air matanya.Ia beranjak pergi dan berlari untuk membuka pintu. Ternyata yang mengetuk adalah mamanya.Kinara diam saja, terlihat jelas wajahnya yang sembab akibat menangis.
“Kamu menangis?” tanya Pratiwi sambil mengusap pipi anaknya.
Kinara menggelengkan kepala, “Tidak, Ma.Tadi hanya terkena debu saja.”
“Jangan bohong sama Mama. Ayo cerita, Mama tidak suka anak yang bohong.”
Kinara menghela napas panjang.
Pratiwi mengajak anaknya untuk duduk.Dan mereka pun duduk di pinggir tempat tidur.Suasana hening mulai menyelimuti tempat itu.Tidak ada satu pun suara yang masuk.Kinara menarik napas pelan-pelan, dan kemudian menghembuskannya.
“Ma,” panggil Kinara dengan suara parau.
“Kenapa sayang? Ayo, ceritakan semuanya sama Mama. Jangan ada yang disembunyikan.”
“Kinara tidak mau dijodohkan.”
Pratiwi terdiam, sementara itu Kinara terisak kembali.Karena tidak tega, akhirnya Pratiwi merangkul dan tubuh mereka saling berpelukan.Pratiwi memberikan pelukan paling hangat agar membuat anaknya merasakan ketenangan.
“Maafkan Mama dan Papa.Bukan ada maksud untuk menyakiti kamu.Tapi, ini semua untuk kebaikan kamu.”
“Tapi, Ma. Kinara masih muda, Kinara masih mau main yang jauh.Dan Kinara tidak ingin menikah muda,” jawabnya membela diri.
“Mama ‘kan hanya ingin kamu kenal dulu.Bukan berarti harus menikah di saat itu juga.Kecuali kalau memang Kinara sudah ada kekasih. Mungkin Mama dan Papa akan membatalkan perjodohan itu.”
Kinara menghapus air matanya. Sekarang ia ada ide untuk mengagalkan rencana itu.
“Kinara ada calon,” jawabnya bersemangat.
“Siapa? Coba bawa ke rumah, Mama ingin berkenalan dengan pria itu.”
“Oke.Besok Kinara pasti bawa dia ke rumah.”
Akhirnya mereka berdua sepakat.Esok Kinara harus membawa seorang pria ke hadapan kedua orang tuanya.Pratiwi sudah keluar dari kamar.Dan kini tinggal Kinara sendiri di dalam kamar.Kembali otak Kinara berpikir keras.
“Kira-kira siapa yang mau aku bawa ke rumah?Jangankan kekasih, pria yang dekat saja tidak ada,” gumamnya dalam hati.
Tapi sudah terlanjur berjanji, Kinara tidak boleh melanggar janji itu. Mau tidak mau ia harus membawa pria ke rumah besok. Rasa kantuk mulai menyerang, lalu Kinara memutuskan untuk tertidur.
**
Keesokan harinya.
Sejak tadi, Kinara tidak berhenti menggerutu. Beberapa kali ia mengecek ponselnya, seperti menunggu jawaban dari seseorang. Ia duduk sendiri di kantin, tanpa adanya Clara di sana.
“Hai, Ra,” sapa Clara yang tiba-tiba sudah datang.
“Dari mana saja kamu?Kenapa baru muncul?”
“Aku tadi habis mengatur jadwal belajar dengan Kak Denis.Kamu sendiri kenapa ke kantin tidak memberi tahu aku?”
Kinara menghela napas panjang, “Aku lagi bingung.”
“Bingung kenapa?”
Kinara menceritakan semuanya.Setelah mendengar penjelasan itu, Clara membulatkan kedua mata.Bukan hanya Kinara, tetapi Clara ikut bingung menghadapi masalah ini.Sebagai seorang sahabat, Clara juga harus ikut membantu Kinara.
Keduanya saling berpikir.Jari telunjuk Kinara letakkan tepat di dahinya.Wajahnya terlihat kusut sekali.Tampilan rambutnya tidak beraturan.Seperti mendapatkan beban hidup yang teramat berat.
“Terus kita harus bagaimana?” tanya Clara tidak kalah panik.
“Aku juga bingung. Siapa yang akan aku kenalkan sama Mama dan Papa?”
“Kenapa tidak kamu coba buat minta tolong sama Frans?”
Kinara terkejut, “What?!Frans?Jangan gila ya kamu, aku tidak mau.”
“Terus gimana?Jangan membuat aku berpikir terlalu berat.”
Frans adalah teman mereka.Tetapi beberapa hari ini Frans tidak masuk kuliah.Dikarenakan ada urusan keluarga.Mereka bertiga memang sudah berteman lama, bahkan sejak menduduki jenjang sekolah menengah atas.
Tanpa terasa waktu sudah siang.Dan saatnya untuk Clara bertemu dengan Denis.Sesuai dengan jadwal yang telah mereka tentukan secara bersama-sama.
“Aku ikut sama kamu,” ujar Kinara.
“Ya sudah,” jawabnya singkat.
Kali ini mereka akan bertemu di café. Clara yang memintanya agar suasana tidak bosan jika berada di dalam rumah terus menerus.Mereka akhirnya pergi ke café yang telah ditentukan.
Sampainya di sana, Denis belum datang. Clara memesan minuman dan makanan ringan untuk menemani belajarnya.Sedangkan Kinara mengeluarkan buku dari dalam tasnya.Tidak lama kemudian, Denis datang dengan langkah kaki yang terburu-buru.
“Maaf, saya terlambat,” ucap Denis.
“Tidak apa-apa, Kak.Kita juga belum lama sampainya,” sahut Clara.
Pemebalajaran dimulai.Denis mulai menjelaskan beberapa materi yang telah Clara pelajari di kampus.Clara meminta agar Denis menjelaskan maksud dari soal yang diberikan oleh dosen pengampu. Kinara ikut dalam obrolan mereka dan menjelaskan beberapa hal yang ia ketahui.
Satu jam lamanya telah mereka lewati. Fokus belajar membuat perut Clara berbunyi.Itu saatnya untuk makan siang.Kemudian Clara memesan makanan.Sepanjang penjelasan, Denis bersikap professional.Walau terkadang Clara melontarkan gurauan agar suasan tidak tegang.Tetapi ekspresi wajah Denis datar, tanpa ada senyum yang menghiasi wajahnya.
“Ra, kenapa diam saja?Biasanya sudah berbincang banyak,” ujar Clara.
“Aku masih berpikir untuk nanti malam.”
“Memangnya kalau tidak bisa membawa pria, efeknya apa?”
Kinara mendengus kesal dan menyandarkan tubuhnya ke kursi, “Ya, otomatis aku akan dijodohkan.Mengerikan, bukan?Aku tidak ingin itu terjadi.”
Denis mendengarkan percakapan antara dua wanita itu.Tiba-tiba saja hati Denis tergerak.Ia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi butuh waktu lama untuk Denis memberanikan dirinya.
“Ekhemm… maaf, bukannya saya mau ikut campur. Tapi apa boleh saya tahu kalian ada masalah apa?” Denis memulai pembicaraan.
“Ini Kak, Kinara sudah berjanji pada mamanya untuk membawa pasangan ke rumah. Tapi, jangankan kekasih, teman dekat saja Kinara tidak ada,” sahut Clara.
“Cla, jangan buka aib.”
“Sudah, tidak apa-apa.”
“Apa saya boleh membantu?”
Seketika raut wajah Kinara dan Clara berubah.Mereka saling beradu pandang.Secara mengejutkan Denis menawarkan diri untuk membantu Kinara.Tidak henti-hentinya Kinara meneguk salivanya.Denis memasang wajah serius, tidak ada kata bergurau di wajahnya.Itu semakin membuat Kinara bingung. Bahkan ia sampai menggaruk kepala walau tidak gatal.
“Hah?!Kak Denis jangan bercanda,” ucap Kinara tidak percaya.
“Saya serius.Hanya untuk dikenalkan saja, ‘kan?Tapi ada syaratnya.”
“Apa itu?”Kinara penasaran.
Denis kemudian menjelaskan, ia akan membantu Kinara asal wanita itu bisa membantunya untuk berjualan. Tanpa tawar menawar, Kinara langsung setuju.Dan obrolan itu diakhiri dengan jabatan tangan dari kedua belah pihak.Setidaknya Kinara dapat bernapas lega.
Mereka membuat perjanjian kalau ini bersifat sementara.Hanya sampai waktu ulang tahun Kinara saja.Sebagai imbalannya, Denis menginginkan wanita itu untuk membantunya berjualan di pinggir jalan. Itu hal yang mudah bagi Kinara, dan ia yakin bisa melakukannya. Dan nanti malam mereka akan bertemu.
Sedangkan Clara masih tidak paham.Semudah itu Denis menawarkan diri, padahal antara dia dan Kinara belum pernah mengenal sebelumnya.Setelah dirasa cukup, Denis lalu pamit untuk pulang.
“Ra, kamu serius?Kenapa Kak Denis bisa cepat menawarkan diri seperti itu?”
“Sudah, jangan terlalu dipikirkan.Lagian ini hanya sementara saja, tidak untuk selamanya,” jawab Kinara penuh ketegasan.
“Tapi, apa tidak aneh menurut kamu?”
“Aneh kenapa, Cla?Tidak ada yang perlu dicurigai.Sudah, sebaiknya kita pulang saja.”
Clara mengangguk setuju.Mereka pulang ke rumah masing-masing. Dan untuk nanti malam, Kinara akan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Ia juga akan membuat kedua orang tuanya percaya kalau Denis adalah kekasihnya.
**
Di rumah.
Kinara sibuk memilih pakaian yang akan ia kenakan di acara makan malam nanti. Semua pakaian yang ada di dalam lemari, ia keluarkan. Berulang kali Kinara memakainya dan belum ada yang cocok.Ia bingung dengan semua pakaian yang tidak pas baginya. Karena pusing, akhirnya Kinara memutuskan untuk menghubungi Clara.Meminta pendapat dari sahabatnya.
**
Bersambung.