Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 3 Malam Yang Panjang

Entah sudah berapa kali, Oliv merasakan pelepasan untuk kesekian kalinya.

Tubuhnya bagai tersengat arus listrik beribu-ribu ampere, selalu terus bergetar.

Zay yang semakin penasaran, mulai memasukkan sang herkules andalannya ke dalam gua sempit milik Oliv.

"Akh!" Sakit!" Jerit Oliv sambil menitikkan air matanya.

Zay membelai lembut wajah Oliv. Lalu kemudian melumat kembali bibirnya yang ranum. Sambil terus mencoba kembali memasukkan sang herkules yang sedang mengamuk itu, ke dalam liang kenikmatan milik Oliv.

Zay mencobanya beberapa kali namun tetap gagal.

Zay menghentikan gempurannya karena melihat Oliv yang kesakitan.

Zay menyeka air mata Oliv.

"Apakah sakit?" Oliv mengangguk lemah.

"Terus bagaimana? Kita hentikan saja?" Oliv terdiam terlebih saat tangan Zay mulai nakal memilin-milin kedua pucuk bukit kembar miliknya yang terasa kenyal itu.

"Oh ... Ssssssshhh, mmmmmmpppp .... Lan-jut-kan! Ah!" Desahnya tak tertahankan.

"Namamu siapa?" Tanya Zay ditengah aktivitasnya yang membuat Oliv kegelian.

"Na ... namaku, Oliv. Hhhhhhhhp!" Jawabnya sambil memejamkan matanya.

"Panggil aku, Zay." Seru Zay sambil terus melanjutkan aktivitas yang sungguh mengasyikkan itu.

"Zay ... ah, oh ...!" Desahnya tertahan.

Lalu Zay kembali menindih tubuh lemah Oliv.

Dia kembali melumat habis bibir sexy milik Oliv yang sudah mulai terlihat bengkak akibat sedotan bibir Zay yang semakin beringas.

Bersamaan dengan itu, Zay melakukan dorongan demi dorongan sang Hercules, untuk kembali memasuki gua sempit milik Oliv.

Zay tidak memberi kesempatan untuk Oliv untuk melepas bibirnya dari gelombang maha dasyat lumatan bibir Zay.

Zay semakin kalap, dia sudah tidak mempedulikan lagi akibat yang akan terjadinya dengan perbuatannya malam ini.

Tubuh Oliv seakan menjadi candu baginya. Rasa penasaran mulai menjalar dipikiran liarnya untuk membobol gawang sempit milik Oliv.

Oliv melepas dengan paksa lumatan bibir Zay di bibirnya. Dia bernapas terengah-engah sambil menitikkan air mata.

"Sa ... sakit, Zay!" Lirihnya. Sambil mencengkeram erat kain seprei.

Bibir Oliv terlihat sangat bengkak akibat ulah Zay.

Zay sepertinya tidak senang karena sang Hercules yang sudah tegak berdiri itu, tidak juga bisa membobol gua sempit milik Oliv.

Sedangkan gairah yang berasal dari dalam tubuhnya akibat obat perangsang itu semakin besar saja.

Setelah memberi jeda sebentar, Zay dengan paksa menarik tengkuk Oliv untuk menghadap ke arahnya.

Tangannya mulai bergerilya bermain di kedua pucuk gundukan Oliv yang begitu menggoda.

"Zay ... ah! Geli! Hhhhmmmmmpp, ssssshhhhh...." Desisnya kembali meliuk-liukkan badannya.

Zay menyukai ekspresi wajah Oliv saat dirinya menyentuh kedua pucuk bukit kembarnya.

"Akh ... Zay!" Oliv kembali mendapatkan pelepasannya hanya dengan gaya sentuh menyentuh pucuk dua gundukan Oliv dengan jari-jarinya.

Melihat Oliv sudah mencapai puncak kenikmatan itu.

Zay dengan sigap memasukkan kembali senjata herkulesnya ke dalam gua sempit itu.

Zay tidak lupa melumat bibir Oliv dengan rakusnya dan tak memberi ampun untuk saat ini.

Untuk pertama kalinya, Oliv yang dari tadi hanya mampu mencengkeram kain seprei. Mulai berani memeluk Zay dengan erat saking takutnya dia menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dorongan demi dorongan senjata hercules milik Zay semakin dalam, air mata Oliv juga semakin deras.

Zay tidak membiarkan Oliv melepas pagutan bibir mereka. Dia malah menekan dan menahan tengkuk Oliv agar bibir mereka tetap bersentuhan. Sambil Zay tetap terus mencoba membobol gawang sempit milik Oliv.

Dorongan demi dorongan itu semakin dalam, dan pada satu ketika.

"Krek!" Ada sensasi robek yang Zay rasakan di dalam liang kenikmatan itu.

Sempit, sangat sempit di dalam sana.

Tancapan kuku Oliv tiba-tiba menekan punggungnya dengan kuat.

Zay yang menyadari jika senjata herculesnya telah berhasil, merasakan sensasi kepuasan tersendiri.

Zay melepas pagutan bibir Oliv. Tanpa sadar, dia mencium lembut kening Oliv.

Sementara Oliv,

"Sa ... sakit! Sakit!" Isaknya.

Zay mencabut miliknya dan memeriksa apa yang terjadi di liang kenikmatan itu.

Zay tertegun saat melihat ujung senjata herculesnya berdarah.

"Sial! Oliv masih suci! Bagaimana ini?" Gumamnya bingung dalam hati.

Zay juga melihat di pintu masuk liang kenikmatan itu, ada sisa-sisa darah yang menetes dan jatuh ke atas kain seprei.

"Apakah sangat sakit?" Tanya Zay.

"I ... iya, Zay. Sa ... sakit ...."

Air mata Oliv saat ini tidak dapat dia bendung lagi.

"A-ku, sudah tidak suci lagi!" Gumamnya sedih dalam hati. Air matanya kembali menetes deras.

Oliv sedikit jijik dengan reaksi tubuhnya malam ini. Yang menerima semua perlakuan pria asing yang baru saja dirinya temui, di tubuh sucinya.

Bahkan Oliv malah haus dengan belaian pria itu di tubuhnya. Dia malah semakin terbuai dengan permainan panas Zay.

Oliv tidak tahu apa yang akan terjadi esok harinya di tubuhnya. Apakah dirinya menyesal dengan semua ini. Atau malah bahagia.

Oliv telah kehilangan akal sehatnya karena obat perangsang itu.

Melihat Oliv yang terus menangis, membuat Zay iba.

Dia lalu mulai membelai lembut permukaan liang kenikmatan itu.

"Mmmmmmmpp ... ah ....!" Perlahan tangisan itu berubah menjadi erangan.

Bagaimana tidak, jari-jari Zay mulai melakukan tugasnya. Dia menggesek-gesekkan di area inti tubuh Oliv.

"Ah ... Zay ...!"

Gesekan jari-jari itu mulai cepat dan semakin cepat, tiada hentinya.

Sehingga satu ketika,

"Akh...." Oliv mendapatkan pelepasannya lagi.

Tubuhnya menjadi lemah, namun tidak dengan Zay. Senjata herculesnya masih tegak berdiri dan masih penasaran dengan area terdalam di gua sempit milik Oliv.

Zay kembali memasukkan senjata herculesnya dan mulai melakukan goyangan lembut tadi menghanyutkan.

"Ssssshhhh ... shhhhh...!" Desis Oliv. Wajahnya sedikit meringis saat Zay kembali memasukkan alat tempurnya itu.

Gerakan demi gerakan yang dilakukan zay untuk menggenjot inti tubuh Oliv. Semakin panas saja.

Kedua insan manusia yang sama-sama telah dicekoki obat perangsang semakin terhanyut dalam gelora yang semakin liar.

Tubuh keduanya sama-sama tak berdaya melawan reaksi obat kuat tersebut.

Mereka berdua semakin terlena di dalam nuansa kenikmatan yang semakin membara.

Oliv hanya mampu mendesah dan mendesis di bawah kungkungan tubuh kekar Zay.

"Sebut namaku Oliv!" Bahkan Zay suka saat Oliv menyebut namanya ditengah erangan demi erangan yang keluar dari bibirnya.

"Zay, ah! Mmmmmpppp, Zay ... pe-lan! Ah ... Zay, ah!" Zay tersenyum puas saat Oliv meneriakkan namanya.

Dengan cepat Zay kembali melumat habis bibir mungil Oliv tanpa ampun.

"Kamu sangat nikmat! Kamu sangat sempit!"

Sepanjang malam mereka melakukannya. Keduanya sama-sama menikmati permainan panas itu.

Beberapa kali, Zay mencoba untuk menghentikan goyangannya di inti tubuh Oliv. Namun dirinya menjadi tak berdaya karena senjata Hercules miliknya masih saja tegak berdiri dan butuh pelampiasan.

Zay sama seperti Oliv. Tak berdaya melawan hawa panas yang semakin melambung tinggi.

Keduanya membiarkan tubuh mereka merasai kenkmatan yang tiada tara ini. Melebur bersama rasa panas yang semakin kuat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel