Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 2 Keduanya Terhanyut

Oliv mulai merasakan panas yang membara.

"Pa ... panas! Ha-us!" Lirihnya.

"Sepertinya gadis ini menggoda juga, bagaimana kalau kita sikat duluan, Bro?" Serunya kepada temannya.

"Boleh juga ide mu, Bos masih dalam perjalanan ke sini." Ucap yang lain.

"Tidak! Ja ... jangan! Tolong! To ... tolong! Jangan sentuh saya!" Jerit Oliv lagi, karena melihat para pria itu mulai melepas baju mereka dan berjalan mendekati ranjang.

Teriakan yang menyayat dari bibir Oliv menggelitik telinga Zay.

Dia pun mencoba melangkah mencari sumber suara itu.

Untung saja para pria itu, sedang menunggu Bos mereka datang, sehingga pintu kamar tidak tertutup dengan rapat.

Zay mengintip dari arah pintu dan melihat kelakuan bejat para pria itu yang hendak menyakiti satu wanita.

Dengan cepat, Zay menendang pintu kamar itu.

"Bajingan kalian!" Teriaknya. Lalu mulai melakukan penyerangan.

Tenaga Zay terlihat lebih kuat dua kali lipat untuk melawan para pria itu. Mungkin karena obat kuat yang dicekoki kepadanya.

"Tu ... tuan tolong saya!" Teriak Oliv saat salah satu dari pria itu mulai merobek baju yang dia kenakan.

Dengan satu tendangan pria itu terjatuh. Dan disaat situasi lengah, Zay meraih tangan Oliv dengan cepat dan membawanya keluar dari kamar itu.

"Sialan! Kejar mereka, cepat!" Seru salah satu pria itu.

Namun terlambat, keduanya seperti hilang di telan bumi.

Para pria itu kewalahan mencari Oliv. Namun tidak mereka dapati.

"Sial! Kemana pria itu membawa sang wanita? Kok mereka sangat cepat menghilangnya?" Kesal para pria itu.

Sementara Oliv dan Zay berada di satu kamar yang berjarak sangat dekat dengan kamar yang tadi dirinya berada di dalamnya.

"Te-rima kasih, Tu-an. Anda sudah menyelamatkan saya." Seru Oliv.

Sementara Zay mulai menanggalkan bajunya. Dia merasakan panas yang sangat dahsyat saat ini.

Demikian halnya dengan Oliv, dia mulai membuka beberapa kancing bajunya.

"Pa-nas!" Desahnya.

Zay langsung menatap tajam ke arah Oliv.

"Apakah perempuan ini, juga sudah dicekoki obat perangsang?" Alat tempur milik Zay semakin tegak melihat bahu mulus milik Oliv.

Zay bahkan menelan ludahnya berkali-kali dengan gerakan meliuk-liuk yang dilakukan oleh Oliv di sofa.

Belum lagi dua gundukan milik Oliv yang begitu menggoda imannya.

"Haus, haus!" Ujar Oliv lagi sambil memegang lehernya.

Zay yang hanya memakai celana bokser pendek segera berjalan menuju kulkas dan mengambil air mineral untuk diberikan kepada Oliv.

Namun siapa sangka, Oliv malah mengikuti langkah Zay menuju kulkas dan meraih air mineral itu dan langsung meminumnya di depan Zay.

"Panas! Panas!" Gumamnya.

Lalu dengan berani, Oliv memeluk dada telanjang Zay.

"Tu ... tuan, tolong saya! Sa ... saya tidak dapat menahannya lagi. Sa-ya hampir mati saat ini! Pa-nas!" Ujar Oliv sambil mulai membelai punggung Zay.

"Sepertinya diminuman saya, telah dicampur sesuatu." Lirihnya sambil menangis.

"Tolong saya, Tuan. Saya tidak dapat menahannya lagi." Lirih Oliv lagi.

"Nona, situasi kita sama saat ini. Diminuman saya tadi, juga telah dimasukkan sesuatu. Jadi tolong jangan menggoda saya semakin jauh. Takutnya saya tidak bisa menahannya!" Hardik Zay lalu mulai mengendurkan pelukan Oliv.

"Ta-pi saya tidak bisa menahannya lagi Tuan! Ah ...!" Satu desahan lolos dari bibirnya.

Keduanya terjatuh di ranjang akibat kaki Oliv yang tiba-tiba mulai lemas.

Saat ini Zay sudah menindih tubuh Oliv, bibir keduanya mulai bersentuhan.

Entah siapa yang memulai, saat ini kedua bibir mereka saling melumat.

Tangan Zay mulai bergerilya di atas dua gundukan Oliv.

"Ah ... Oh ..." Desahnya.

Dengan kasar, Zay menanggalkan semua pakaian Oliv.

Sementara Oliv terus meliuk-liukkan badannya, seperti ada yang hendak muncrat keluar dari inti tubuhnya. Ada rasa menggelitik di sana.

Oliv seakan telah hilang urat malunya, saat Zay telah berhasil menelanjanginya. Dia seperti kehabisan akal.

Zay yang melihat kemolekan tubuh Oliv semakin membuat sang hercules yang ada di balik celananya semakin menegakkan dirinya.

Zay tak luput juga menanggalkan semua pakaiannya.

Lalu kemudian kembali menghujani tubuh Oliv dengan ciuman bibirnya.

"Ah ... ah ... oh ..." Desahnya semakin menikmati semua sentuhan Zay di tubuhnya.

Zay semakin kalap, dia pun mulai menjilati tubuh Oliv dari atas sampai bawah. Tak lupa Zay meninggalkan beberapa tato kepemilikan dari bibirnya, di atas tubuh putih bersih milik Oliv.

Oliv tak kuasa menahan letupan demi letupan dari dalam tubuhnya, disaat tangan Zay mulai bermain di kedua pucuk bukit kembarnya yang masih suci.

"Ah ... Oh ... Sssssshhh!" Oliv hanya mampu berdesis.

Zay semakin gila, setelah puas memilin-milin ujung bukit kembar milik Oliv. Kini giliran lidah Zay yang sangat lihat menyentuh ujung dua gundukan milik Oliv.

Lagi-lagi, Oliv hanya mampu memejam kan matanya dan menikmati setiap permainan lidah Zay.

Zay semakin lihai menjilat, menyedot bahkan menggigitnya.

"Akh ...!" Entah sudah berapa kali Oliv mencapai puncaknya hanya dengan permainan lidah Zay.

Tangan Zay mulai meraba-raba paha Oliv dan menemukan sesuatu yang lembab di sana.

Jari-jarinya mulai sibuk bermain di daerah favorit milik Oliv.

"Ah ... ah ...!" Desahnya sambil mencengkeram erat kain seprei yang mulai berantakan itu.

Tubuhnya kembali bergetar dan pinggulnya mulai naik turun saat tangan Zay semakin cepat bermain di daerah lembut itu.

Serasa ada sesuatu yang muncrat dari dalam inti tubuhnya dan ini baru pertama kali Oliv rasakan.

Pandangannya menjadi sayu menginginkan lebih dari sentuhan tangan Zay.

Namun tiba-tiba, Oliv tersentak saat jari tengah Zay mulai masuk ke dalam inti tubuhnya dan mulai melakukan gerakan maju mundur.

"Oh ...! Ah ...!" Desahnya tak karuan.

Ada sensasi baru, yang tidak pernah Oliv rasakan sepanjang hidupnya.

Rasa terjepit, ngilu, sakit yang lama kelamaan berubah menjadi nikmat.

"Akh! Akh ...! Mmmmhhhpppp!" Teriak Oliv kembali merasakan pelepasannya.

Tidak sampai disitu saja, Zay mulai melebarkan paha Oliv dan melihat dengan seksama surga dunia, untuk pertama kalinya.

Beberapa kali Zay terlihat menelan ludahnya melihat keindahan alam itu. Inti tubuh milik Oliv masih berkedut-kedut akibat reaksi obat perangsang yang masih saja belum lepas pengaruhnya.

Lagi-lagi, Oliv tersentak saat lidah Zay mulai bermain dengan lihainya di liang kenikmatan miliknya.

"Ah, ah, ah ...!" Desahnya tak tertahankan lagi. Kedua tangan Zay kembali membelai ujung bukit kembar milik Oliv, meremasnya sesuka hatinya.

Oliv semakin lupa diri. Dia tidak bisa memakai akal sehatnya saat ini, karena semua perbuatan Zay di tubuhnya sungguh sangat nikmat.

Bahkan dirinya menikmati setiap sentuhan yang telah dilakukan oleh Zay pada tubuhnya saat ini.

Oliv ingin berontak. Tetapi dia tetap tidak bisa melakukan apa pun. Dia memilih menyerah dan menikmati semua sentuhan Zay di tubuhnya. Dirinya hanya mampu menikmati setiap sentuhan dari pria itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel