Ringkasan
Bacaan dewasa 21 tahun ke atas. Zay junior Breet dan Olivia Wildi yang terjebak pernikahan karena mereka kedapatan tidur satu ranjang di sebuah klub malam. Zay dan Oliv tidak saling mencintai. Bahkan Zay sering kali mencemooh Oliv dan menyalahkan dirinya atas pernikahan ini. Namun Dalam perjalanan cinta mereka, keduanya pun mulai saling menunjukkan sinyal-sinyal ketertarikan satu sama lain. Sehingga keluarga mereka pun terbina dengan penuh cinta. Zay dan Oliv dikaruniai dua orang putra kembar, Raynard Breet dan Rayner Breet. Petualangan cinta putra kembar mereka pun dimulai Raynard yang terkesan cuek dan dingin, sedangkan Rayner lebih bersahabat dan terkesan konyol. Keduanya terjebak dalam cinta segi empat yang membawa mereka terhanyut dalam buaian cinta maha dahsyat. Mampukah Raynard dan Rayner bersaing dalam mendapatkan cinta sejatinya? Ataukah mereka harus terlibat dengan permintaan para orang tua yang menginginkan kedua pria itu menikah dengan terpaksa? Plagiarisme Melanggar Undang-Undang Hak Cipta nomor 28 tahun 2014.
BAB. 1 Di Sebuah Bar
"Hei, Anda! Kesini!" Seru seorang pria bule memanggil Oliv, seorang gadis asal Indonesia yang bekerja di sebuah bar di kota London.
"Sa ... saya, maksud Anda, Tuan?" Tanya Oliv takut.
Karena ini adalah malam pertama, dirinya bekerja di bar untuk menggantikan temannya yang sedang sakit. Oliv terpaksa menerima pekerjaan ini karena ayahnya yang tinggal di Jakarta dikabarkan telah bangkrut beberapa Minggu yang lalu.
Oliv yang kuliah di salah satu universitas di kota London membutuhkan sejumlah uang untuk menyambung hidupnya. Dirinya yang baru saja menyelesaikan kuliah dan masih belum wisuda dan ijazah dari kampusnya juga belum keluar, sedikit menyulitkan dirinya untuk mendapatkan pekerjaan.
"Iya, kamu!" Oliv semakin takut, karena yang dia tahu, ada beberapa wanita yang ada di sekitarnya.
"Oliv, temui tamu itu, nanti saya akan membayarmu lebih!" Seru kepala pelayan bar itu.
"Iya, Oliv. Temui saja tamu itu, hanya sekedar untuk menemaninya minum kok, aku juga pernah melakukannya Minggu lalu!" Seru Jeni, salah satu teman Oliv malam itu, yang juga sama-sama berasal dari Indonesia.
"Tapi Jen, aku takut." Lirihnya.
"Tenang saja, aman kok." Sahut Jeni.
"Iya, Oliv, pasti aman kok." Ucap yang lainnya.
Dengan bekal dorongan dari beberapa temannya, Oliv pun mendekati pria itu.
"Nah, begitu dong." Ujar sang pria.
"Duduklah," pria itu mempersilahkan Oliv untuk duduk lalu menuangkan minuman bersoda di gelas Oliv.
"Minumlah," ucap pria itu.
"Sa ... saya tidak minum minuman beralkohol, Tuan." Jawab Oliv.
"Ini bukan wine. Ini hanya minuman bersoda." Lalu pria itu meminum minuman bersoda itu di depan Oliv agar dia percaya.
"Nah, coba lihat. Saya tidak mabuk, kan?" Serunya.
I ... iya, Tuan." Lalu dengan cepat pria itu menuangkan kembali minuman bersoda yang baru, di gelas Oliv.
Namun satu hal yang Oliv tidak ketahui, minuman bersoda yang baru itu, telah dicampur dengan obat perangsang.
Sementara di belakang bar, Jeni menerima beberapa lembar dollar yang banyak dari salah seorang pria.
"Apakah benar, temanmu itu masih perawan?" Tanya pria itu menusuk sambil menatap tajam ke arah Jeni yang sedang menyodorkan tangannya, menerima lembaran demi lembaran dollar itu.
"Tentu saja Tuan, saya menjamin seratus persen jika Oliv masih suci." Ucapnya tegas.
Ternyata Jenilah yang mengatur agar Oliv bisa menggantikan temannya yang sedang sakit, untuk bekerja paruh waktu di bar itu.
"Baiklah, saya percaya kepada, Anda." Ujar orang itu. Lalu berlalu dari hadapan Jeni.
"Maafkan aku, Oliv. Aku terpaksa melakukan ini." Lirihnya dalam hati.
Zay Junior Brett, seorang CEO muda dari perusahaan ternama dari Indonesia, juga sedang berada di bar itu. Saat ini, dia sedang bersama para kliennya untuk merayakan ulang tahun salah satu rekan kerjanya.
"Selamat datang, Tuan Zay. Saya pikir Anda tidak mau datang di tempat ini." Ujar salah satu rekan bisnisnya.
"Tentu saja saya mau, ini kan dalam rangka merayakan ulang tahun Anda. Tetapi jika untuk hal lain. Tentu saja saya tidak mau." Serunya sengit.
Zay sangat tahu tempat semacam apa yang dirinya datangi saat ini.
Walaupun dia tinggal di London dan mengelola perusahaan keluarganya di sini, bukanlah menjadi alasan baginya untuk melakukan pergaulan bebas.
Zay selalu ingat pesan sang mommy yang mengatakan untuk tidak merusak perempuan dan melakukan perbuatan yang bisa merugikan kaum hawa.
Acara ulang tahun kliennya tersebut dimulai dengan potong kue dan tiup lilin, tidak lupa juga beberapa jenis minuman beralkohol bertengger di atas meja.
Beberapa penari striptis mulai melancarkan aksinya.
Zay menatap datar ke arah para penari itu.
"Sungguh sangat murahan!" Tuturnya dalam hati.
Sementara para kliennya sudah mulai terangsang dengan gerakan-gerakan para penari itu yang melakukan gaya erotis.
Teman-temannya itu melihat ke arah Zay yang terlihat biasa saja.
"Hei, Bro. Lihat itu Mr. Zay sedikit pun dia tidak terpengaruh dengan penari-penari itu." Ujar salah satu dari mereka.
"Benar kata Anda!" Seru yang lain.
Lalu salah satu dari mereka berkata,
"Saya tahu bagaimana caranya membuat Tuan Zay melepas masa lajangnya."
Rekan-rekan bisnisnya itu tahu. Jika Zay adalah pria bersih. Dia tidak pernah melakukan hubungan intim dengan wanita mana pun.
Ada niat busuk dari beberapa diantara mereka untuk menjatuhkan reputasi Zay.
"Bro, minumlah, ini minuman bersoda kok." Ujar salah satu dari mereka.
Zay pun mulai meminum gelas yang disodorkan oleh salah satu rekan bisnisnya itu.
Selang beberapa menit selesai dirinya meminum minuman bersoda itu, Zay merasakan panas dari dalam tubuhnya.
Matanya mulai memerah.
"Kalian memberikan apa pada minuman saya?" Hardiknya marah.
"Kami tidak memberikan apa pun, Bro!" Ujar temannya.
Namun senyum licik mulai terlihat dari wajah mereka.
"Selamat menikmati malam yang panjang bersama para wanita, Bro! Ha-ha-ha-ha." Tawa kemenangan, setengah mengejek mulai terdengar dari beberapa kliennya itu.
"Sialan kalian semua!" Serunya marah.
"Bro, yang kami lakukan adalah yang terbaik untukmu. Agar Anda bisa merasakan nikmatnya surga dunia. Kasihan ntar senjata Anda, bisa-bisa tidak berfungsi lagi! Ha-ha-ha-ha!" Tawa orang-orang itu, kembali terdengar.
"Kurang ajar kalian!" Seru Zay lalu berjalan menjauh dari kerumunan orang-orang di bar itu.
"Sepertinya, aku tidak bisa sampai di rumah dengan cepat. Aku terpaksa harus menginap di sini." Gumamnya dalam hati.
Zay tetap menjaga kesadarannya, dia pun menuju ke meja resepsionis, dan memesan satu kamar untuknya.
Dia berencana untuk bermalam di bar itu dengan memesan salah satu kamar termewah, Zay ingin berendam air hangat satu malam di dalam bathtub.
Zay mulai naik lift di lantai tempat dimana kamar yang dia akan tempati.
Zay mulai jalan sempoyongan, obat kuat itu mulai bereaksi. Namun dengan sekuat tenaga, dia terus menjaga kesadarannya.
Disaat Zay memasukkan kartu akses untuk masuk ke dalam kamar itu, dia mendengar teriakan seorang wanita yang hendak minta tolong.
"Tolong, tolong! Siapa pun tolong bantu aku!" Ucap sang wanita.
"Hei, diam kamu! Jangan sampai kami melakukan kekerasan denganmu!" Seru para pria itu.
Ternyata wanita itu adalah Oliv, dia di tempatkan di salah satu kamar di bar itu.
"Apa yang akan kalian lakukan dengan saya, Tuan? Saya anak baru di sini. Saya baru mulai kerja di tempat ini, malam ini." Isaknya takut.
"Diam kamu! Kamu itu sudah dijual kepada Bos kami. Jadi tutup mulutmu! Jangan sampai kami yang mencicipimu duluan!" Seru pria itu tajam.
"Ti ... tidak! Jangan sentuh saya!" Teriak Oliv sambil menangis.
Belum lagi, dirinya mulai merasakan hawa panas dari dalam inti tubuhnya.
"Pa-nas! Ada apa denganku? Kenapa aku seperti ini?" Gumamnya dalam hati.