PART 8
"Sudah kamu kabari Mona, Yo?." Meralda bertanya sembari melihat putranya itu kelihatan penat sekali baru saja pulang dan Aryo duduk di sofa berhadapan bersama Mommy.
Aryo mengangguk lemah seraya menyandarkan punggungnya di kepala sofa. "Ya," singkat Aryo menjawab pertanyaan Meralda.
"Mom dan daddy sudah membahas rencana pernikahan kamu, kami sengaja tidak mengundang banyak tamu hanya kerabat dekat dan keluarga. Kamu tidak masalah bukan?" Meralda hanya memastikan karena bisa saja Aryo keberatan ingin Pernikahan mewah mengung lebih banyak Tamu, sebenarnya Meralda mau saja dan sempat membahas tamu undangan tetapi sayangnya Firza menolak tidak perlu terlalu mewah alasannya karena Aryo telah mengecewakannya dan membuatnya malu sekali akan kelakuan Aryo memperkosa wanita lain secara jelas orang lain sudah mengetahui bahwa Aryo memiliki tunangan.
"Tidak masalah, yang terpenting Akad nikah kami terlaksanakan dan terima kasih mommy mau membantu Aryo,"
Meralda hanya tersenyum hangat. "Beginilah seorang mommy, bakalan berusaha membantu putranya yang sedang membutuhkan bantuan. Mommy senang kamu ada keseriusan menikah, kamu juga harus siap hidup berumah tangga dan jangan pernah mendekati wanita lain karena di setiap kehidupan dalam rumah tangga itu pasti bakalan ada yang namanya ujian, hal itu supaya mengajarkan kamu arti kesabaran."
Aryo hanya diam mengangguk pelan lalu bangkit dari duduk. "Aryo mau istirahat dulu." kata Aryo setelah itu melangkah pergi meninggalkan Meralda sendirian di ruang tengah.
Aryo butuh istirahat sejenak mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya yang lelah sekali, Aryo ingin ketenangan biarkan sebentar beberapa jam dia terlelap tidur tanpa harus memikirkan apapun yang membuat kepalanya pusing antara Tasya dan Mona masih terbayang dua wanita tersebut di dalam pikirannya.
***
Hari berbahagia yang di tunggu akhirnya tiba juga, Pernikahan mereka ternyata outdoor dan banyaknya tanaman bunga hias di sekeliling tempat lokasi Pernikahan begitu menyegarkan pandangan sekaligus membuat Tasya takjub untuk dekorasi Pernikahan mereka kelihatan istimewa tidak kemewahan, Tasya menyukainya.
Para undangan yang hadir hanya kedua belah keluarga pasangan, karyawan di Perusahaan Daddy Aryo dan kerabat dekat, tidak terlalu ramai dan heboh tentunya. Pembacaab Ijab Qobul sudah selesai sedari tadi penuh dengan ketegangan, hanya Tasya sendiri kelihatan gelisah duduk bersampingan bersama Aryo yang menjabat tangan Bapak Penghulu serta tatapannya begitu serius dengan tarikan nafas sekali Aryo dengan lantang mengucapkan Ijab Qobul tanpa ada kesalahan dan akhirnya terdengar dari hadirin yang datang ikut menyaksikan Ikrar Nikah tersebut mengatakan 'SAH' seraya bertepuk tangan begitu meriah, mereka resmi menjadi pasangan Suami dan Istri.
Tasya tanpak lebih cantik dan anggun memakai baju kebaya putih dan rambutnya bersanggul, sedari tadi dia tidak berhenti melontarkan senyuman manis untuk tamu yang hendak berpamitan pulang menyalami mereka. Tasya sesekali melirik Aryo yang berdiri di sebelahnya kelihatan begitu tinggi darinya, birpun dia sudah belajar menggunakan sepatu tinggi di suruh Mommy, tetapi tetap saja dia pendek sedikit minder kalau berdekatan bersama Aryo.
Tasya menjadi penasaran kenapa Aryo bisa tinggi seperti itu, sebenarnya apa rahasianya apa mungkin Aryo minum susu peninggi badan menurut Tasya itu bisa jadi, tetapi ada yang lebih mungkin menduga kalau Aryo sering berolahraga yang bisa meninggikan badan. Tasya memilih duduk menghempaskan bokongnya di sofa empuk menatap Aryo muka cemberut, suaminya itu malah mengabaikannya berbicara bersama segerombolan teman-temannya sangat menyebalkan batin Tasya berungut-sungut.
"Yo, Mona tidak datang?" tanya Hilsan penasaran.
Aryo hanya mengadahkan bahu tidak tahu. Hilsan bersama teman yang lain tertawa, mereka sembari makan dan mengajak Aryo untuk mengobrol.
"Patah hati kali dia atau malu mau kemari, biasanya 'kan perempuan gengsian tau-tau dalam hati masih cinta," sambung Johan mendapatkan anggukan setuju dari Hilsan.
"Santoso kemana juga?, bocah itu tidak lupa bukan hari ini teman kita nikah?" Hilsan membuka handphone miliknya langsung menghubungi nomer kontak Santoso namun ternyata secara kebetulan Santoso baru datang dan kelihatan dia kacau sekali seperti orang baru berbuat mesum.
"Mandi nggak tuh?, bau-bau mani badan kamu, San" celetuk Rasyid mendapatkan ketukan dari Hilsan sembari tertawa.
"Gila! Bacotan kamu, syid. Ini di tempat umum bukan ruangan VIP kampret!" ujar Hilsan mengingatkan kepada Rasyid hanya terkekeh menanggapinya dan mereka semua menoleh menatap Santoso duduk bersebelahan bersama Aryo sembari mencium badannya sendiri.
"Iya, bau kambing malah. Aku buru-buru ada urusan tadi sebentar dan sempat belikan hadiah untuk teman kita yang sudah hidup berkeluarga, nih bro! bukannya nanti di rumah," Santoso memberikan bungkusan besar kepada Aryo menerimanya dan dia minta tolong kepada Adiknya Olif untuk simpankan.
"Bro, bisa kita bicara berdua?" Santoso mengajak Aryo untuk bicara empat mata bersamanya dan menjauh dari mereka semua.
Mereka berdua sudah jauh dari kerumunan tamu dan Santoso ingin menanyakan sesuatu kepada temannya satu ini.
"Ini seriusan kamu putus hubungan dengan Mona?" tanya Santoso menatap Aryo begitu penasaran sekali, pasalnya dia baru mengetahui Pernikahan Aryo subuh hari ini itupun dari status pribadi WhatsApp Aryo.
"Ya, kami sudah mengakhiri hubungan, mungkin ini yang terbaik untuk melupakannya" ujar Aryo berkata terus terang kepada Santoso.
"Katanya ada kesalahan saat Friska ke Apartemen kamu, kesalahan apaan itu?"
Aryo menghela nafas singkat. "Saya salah melakukannya, gadis itu datang lalu saya yang setengah mabuk tidak sengaja memperkosanya dan ternyata dia masih perawan dan kedatangannya ke Apartemen hanya mau minjam termos, Tasya teman Olif."
Santoso tercengang mendengarnya, kesalahan fatal pikirnya dan pantas saja Aryo harus bertanggung jawab menikahi gadis itu. "Itu bocah hamil?"
"Tidak tahu, dia katakan sedang dalam masa subur dan pembuahan itu bisa saja cepat terjadi kalau hormonnya berkembang." kata datar Aryo menjelaskan kepada Santoso mengangguk mengerti.
"Benar juga, kadang proses pembuahan itu bisa cepat kalau dia sedang masa subur. Ah, sial! tadi malam aku juga mabuk dan tidak menggunakan pengaman, wanita itu malah kabur melihatku makanya dari tadi aku mencarinya dan kelihatan berantakan seperti ini." Santoso menjadi resah sendiri setelah mendengar penjelasan dari Aryo, dia takut kalau calon anaknya tumbuh di dalam rahim wanita hantu tersebut, karena cepat sekali menghilang dari pandangan.
"Sudahlah Santoso, sebaiknya kita berhenti mendatangi dunia malam pada akhirnya berbuat maksiat dan mabuk-mabukan, menjadi lebih baik tidak ada salahnya dan mulai semuanya dari bawah dan saya juga ingin mengubah perilaku buruk setelah menikah ini." nasihat Aryo kepada Santoso mengusap wajahnya dan Santoso menepuk pundak Aryo sembari tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Kamu benar, aku juga bosan hidup penuh dengan dosa setiap harinya dan di tambah pekerjaan yang kalau di katakan tidak berkah." kekeh Santoso membuat Aryo tersenyum tipis, mereka berdua kembali menghampiri teman-temannya yang sudah selesai makan mau berpamitan kepada Aryo.
Aryo menyalami mereka semua dan yang menurut Aryo paling kocak itu adalah Hilsan suka sekali mengeluarkan candaan untuknya biarpun mereka tahu Aryo jarang sekali tertawa, kadang tanpa sadar tertawa kecil mentertawakan Hilsan.
"Asyik dong, Aryo malam ini ranjang goyang, jangan kasih kendor." canda Hilsan sembari menjabat tangan Aryo membalas jawabatan tangannya.
"Aryo, dede gemas kamu dari tadi cemberut terus tuh dan matanya sering liatin kamu, sepertinya dia kesepian di tinggal yayang, eyaaa..." tutur Rasyid sembari menunjuk ke arah Tasya yang memang kelihatan tidak bersemangat tengah duduk berdua di temani Meralda.
Aryo menjadi merasa bersalah telah mengabaikan Tasya, mereka yang mengerti segera menyalami Aryo setelah itu berpamitan pulang. Aryo berjalan mendekati Tasya dan Meralda langsung menatapnya jengkel.
"Kamu gimana sih Aryo, Tasya kamu tinggalin sendirian, sudah itu lama lagi gosipan kalian" Meralda menggelengkan kepala menatap Aryo hanya diam tidak menjawab apapun.
Kakak dari Mommy nya tiba-tiba datang saling berpelukan bersama Meralda dan pertemuan kakak-adik itu berlangsung lama saling mengobrol, sama seperti Aryo tadi Meralda juga renuian keluarga.
Aryo menoleh menatap Tasya melihatnya menundukkan kepala dan kedua tangannya saling bergenggaman, Tasya mulai merasakan gugup kalau mereka hanya berduaan duduk satu sofa. Aryo hanya terus menatapnya intens, di lihat dari samping saja Tasya sudah cantik dan manis, riasan wajahnya tidak menor hanya saja Aryo tidak suka Tasya memakai lipstik, Aryo lebih suka bibir ranum itu tidak mendapatkan polesan apapun biarkan merah secara alami.
"Nah, harusnya begini Aryo dari dulu gerak cepat langsung lamar tidak perlu bertahun-tahun pacaran ternyata bukan jodohnya, kamu cuman jagain jodoh orang lain," Mirasyha Kakak dari Meralda membuyarkan pandangan Aryo segera menoleh menatapnya sembari tersenyum kecil dan melirik Tasya tersenyum manis menyalami tangannya begitu sopan.
"Cepat susul Dima, kasih momongan biar mom kamu senang bisa nimang cucu." tawanya berikan kode kepada Aryo. Dima adalah anak tertua Mirasyha sudah menikah 5 bulan yang lalu, Istrinya sekarang sedang hamil 3 bulan.
"Akan saya usahakan untuk berikan momongan secepatnya." ujar Aryo tidak tahu mendapatkan tatapan mengerjap dari Tasya dan dia kembali tertunduk malu karena ucapan Aryo barusan.
Setelah Mirasya selesai bicara kepada Aryo, dia di ajak Meralda jalan-jalan untuk menikmati sekeliling bersama keluarga yang lainnya. Maya datang menghampiri Tasya berdiri di hadapannya membuat gadis itu kaget bangkit dari duduk langsung memeluk erat tubuh Maya, sosok yang selalu dia sayangi karena telah mau menampung orang asing dalam kehidupan keluarga mereka.
"Jaga kesehatan kamu, jangan lupakan kami dan datanglah ke rumah kalau kamu punya waktu bersama suami kamu, karena pintu tante selalu terbuka untuk kamu dan tante mendoakan semoga kehidupan kamu jauh lebih baik dari sebelumnya hidup bersama tante yang tidak bisa memberikan kamu kebahagian," Maya menangis memeluk tubuh mungil Tasya juga sama-sama menangis sangat susah untuk melepaskan gadis pintar, rajin dan baik hati seperti Tasya.
"Tante Maya sudah baik dengan aku, tante dan Paman mau menampung aku dan malah menganggap aku sebagai anaknya sendiri. Selama aku hidup bersama tante dan paman aku tidak pernah merasakan kesusahan ataupun mengeluh, aku bahagia dan senang hidup bersama kalian berdua...terima kasih untuk jasa tante dan paman untuk aku selama ini." lirih Tasya menangis sedih di hadapan Tasya.
Maya tersenyum menghapus air mata Tasya dengan tissue yang dia simpan dalam tas. "Sudah jangan menangis, nanti bedak kamu luntur sayang sudah cantik begini." Maya mencoba menguatkan Tasya berharap kehidupannya berubah jauh lebih baik dan dia bertuntung memiliki Besan orang kaya karena bisa memberikan kehidupan lebih layak untuk Tasya.
Maya bersalaman kepada Aryo menyalami tangannya, Maya tersenyum menatap Aryo yang memiliki kharisma tampan pantas bersanding bersama Tasya.
"Tente cuman mau bilang sesuatu dengan kamu, kalau Tasya ini memang masih seperti anak kecil kadang juga dia manja tetapi dia rajin dan baik hati, kamu tidak salah memilih calon Istri seperti Tasya." kata Maya memberitahukan sifat Tasya kepada Aryo mengangguk mengerti.
Setelah berpamitan kepada mereka berdua, Maya pulang di antar supir Firza menyuruh mengantar Maya pulang sampai rumahnya. Acara mereka akhirnya selesai pukul 12 siang sebelum sholat Zuhur semua sudah beres tidak ada lagi yang berada di lokasi resepsi, Tasya dan Aryo pulang kerumah orang tuannya dan mereka memilih beristirahat karena terlalu lelah berdua menyambut Tamu.
***