Ringkasan
Aryo Ibram, pemuda berumur 28 tahun harus bertanggung jawab telah menodai gadis belia berumur belasan. Malam kejadian itu sungguh di luar kendali, karena keselahan terbesar Aryo mabuk berat sedang mengalami Broken Heart berlanjut melampiaskan hasrat secara random tanpa sengaja malah salah sasaran.
PART 1
Pemuda itu melonggarkan dasi hitam secara kasar yang seakan mencekik lehernya. Tubuhnya sandaran di kursi mengemudi dengan kepala mendongak memantau kaca spion tengah, memperlihatkan penampilan keadaannya sekarang begitu kusut dengan wajah penuh amarah.
Sakit hati yang dirasakan membuat keadaannya berantakan, memukul keras setir mobil melampiaskan emosi yang sudah meluap membara. Berulang kali pemuda itu mengumpat kasar, karena rasa kesal serta naik pitam kepada sang kekasih yang sudah berhubungan dengannya selama 7 tahun malah tertangkap berselingkuh bersama teman satu kantor.
Awalnya ingin berikan kejutan datang ke Apartemen sembari membawakan bingkisan hadiah yang pasti kekasihnya itu bakalan suka. Alhasil, kejutan tersebut harus sirna pada saat tepat berdiri di depan pintu sembari menunggu panggilan masuk. Sesuatu yang mengejutkan terdengar saat panggilan sudah terjawab, rahangnya langsung mengeras saat itu juga dengan tangan mengepal lewat via suara tunangannya itu mendesah meneriaki nama terakhir yang terdengar, Ilham.
Panggilan langsung terputus begitu saja bahkan belum sempat mengucapkan apa yang mau di katakan, semua kata langsung buyar menghilang. Tubuhnya menegang kaku berdiri di depan pintu kekasihnya tanpa berbicara apapun memilih menjauh melajukan kendaraan dengan kecepatan penuh tidak lagi memikirkan keselamatan nyawa sendiri, karena dia sudah buta termakan sakit hati.
Handpone berada di dalam saku celana bergetar tiada henti, membuat pemuda tersebut menggeram melihat pada layar penampilannya handphone mahal itu tidak mulus lagi setelah adanya retakan sehabis mendapatkan hempasan kuat sebagai pelampiasan telah menyesal menghubungi kekasihnya.
Biarpun layar rusak parah dan mulai timbul gangguan glitch saat membaca tulisan, beruntungnya handpone tersebut masih bisa bekerja dengan baik termaksud mengirim pesan atau menerima panggilan.
Panggilan masuk tertera nama-- Santoso, teman satu tongkrongan dengannya. Tidak mau buang-buang waktu langsung saja menekan tombol hijau dan meletakkan handphone di telinganya.
Keningnya mengkerut sedikit menjauhkan handpone dari telinganya setelah mendengar suara berisik dentuman musik bergenre Electronic, dapat di pastikan bahwa temannya yang satu ini sedang berada di suatu Club malam.
"Yo bro!, sekarang di mana?" suaranya berteriak nyaring, tidak bisa di bayangkan bagaimana ramainya suasana di sana harus berbicara besar supaya kedengaran.
"Jalan menuju pulang" jawabnya cepat.
"Alah!, ngapain pulang masih keawalan. Mending kesini senang-senang bareng,"
"Nongkrong di mana kamu sekarang?" tanyanya balik menunggu sahutan.
"Club Victory, buruan sini ada yang bening-bening menganggur." godanya sembari terkekeh ringan.
"Ck! saya sedang malas sekali sekarang, pesankan mereka salah satu untuk saya!"
Santoso yang berada di sana kaget mendengarnya, pasalnya tidak biasa Aryo memesan wanita. Setaunya Aryo masih berhubungan dengan Mona dan menjauhi apa itu yang namanya, bermain dengan wanita asing di luar.
"Really bro? Apa kau ada masalah dengan kekasihmu itu, heh?"
"Tidak perlu banyak tanya! Pesankan saya salah satu dan kirim ke alamat Apartemen." perintah tegas Aryo tidak mau ambil pusing dan berlama-lama berbicara kepada Santoso.
"Whohoo... kalem. Type?"
"Type A10!" jengkel Aryo mendengkus kasar malah terdengar di tertawakan Santoso terbahak-bahak di sana, membuat Aryo semakin pusing bicara dengannya.
"Standby saja, pesanan segera meluncur." ujar Santoso bersungguh-sungguh mencarikan wanita bayaran untuk Aryo menghangatkan ranjangnya malam ini.
Awalnya Santoso ragu sekali dan sempat tidak yakin mau mencarikan wanita untuk Aryo, sedangkan Aryo saja sudah bertunangan bersama Mona dan menduga pasti ada suatu masalah di antara mereka sehingga Aryo ingin melampiaskan hasrat kepada wanita lain.
Aryo menyudahi panggilan langsung mencampakkan handpone miliknya di kursi samping dan dia kembali menjalankan kendaraan menuju Apateman. Aryo percaya sekali kepada Santoso karena temannya itu banyak sekali kenalan dan pandai memilihkan wanita bukan sembarang wanita biasa.
Wanita kenalan Santoso paling banyak bertubuh bak model dan berparas cantik, tentunya bukan hanya itu saja. Mereka pandai merawat tubuh mereka supaya selalu asyik saat bermain, itulah keistimewaan mereka biarpun berharga mahal tidak bakalan merugi bermalam.