Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 6

"Kak Aryo?" panggil Tasya bernada pelan masih bisa di dengar oleh Aryo melirik gadis tersebut.

"Hem?" Aryo berdehem tetap fokus arah pandangannya mengarah jalanan, ternyata jalanan menuju rumah Tasya lumayan jauh.

Pemukiman sempit ramai penduduk warga bisa di katakan golongan sederhana yang di mana seharusnya jalan tersebut luas, mereka membangun rumah berlebihan tidak sesuai batas tanah, sehingga mempersempit jalanan, termaksud berdagang, jemuran pakaian, tempat nongkrong dan masih banyak lain.

"Tidak jadi." tolaknya cepat.

"Kenapa tidak jadi? Jangan membuat penasaran" tegas Aryo bertanya menunggu Tasya berbicara apa yang sebenarnya yang mau dia bicarakan.

Tasya menundukkan kepala memainkan jari-jari tangannya sembari mengulum bibirnya sebelum berani bicarakan hal sensitive kepada Aryo. "Kakak 'kan sudah punya tunangan, apa benar sudah putus hubungan?. Apa karena kakak mau tanggung jawab ke aku kakak malah langsung mengakhiri hubungan kakak dengan tunangan kakak itu?"

Tasya memberanikan diri kepada Aryo menunggu jawabannya dan dia takut-takut melirik ke arah Aryo ingin melihat wajahnya dari samping.

Aryo terdiam sebentar dan menghembuskan nafasnya secara kasar. "Tidak ada sangkut patutnya masalah saya dengan kamu sama sekali, pertunangan itu membuat saya kecewa karena suatu permasalahan dan saya sudah mengambil tindakan tepat penuh keyakinan ingin menikahi kamu, Sha."

Aryo menjelaskan kepada Tasya. Aryo sengaja memilih tidak menjelaskan secara detail kenapa dia putus hubungan bersama Mona, menurutnya Tasya tidak perlu ikut campur terlalu dalam permasalahannya cukup dia yang mengetahuinya sendirian.

Tasya terdiam setelah mengetahui bahwa dia bukanlah penyebab hubungan pertunangan Aryo kandas, sekarang dia malah tidak nyaman kepada Aryo kalau mereka menikah bagaimana reaksi tunangannya pasti marah sekali mengetahui tunangan Pria malah menikah dengan orang lain karena memperkosa gadis kampung sepertinya.

"Ini benar rumah kamu?"

Tasya yang sedang melamun segera menoleh menatap Aryo seraya menganggukkan kepala menoleh menatap luar jendela melihat rumah sederhana tetapi nyaman milik tante Maya.

"Iya, kak. Terima kasih sudah mau mengantar aku pulang." senyum singkat Tasya ingin segera keluar dari dalam mobil BMW kepunyaan Aryo sendiri.

Tangan Aryo bergerak gesit menahan pergelangan tangannya di saat hendak membuka pintu. Tasya menolehkan kepala ke arah samping melihat Aryo dan dia menatapnya duduk kembali dengan benar.

"Kenapa kak?" tanyanya heran.

"Saya butuh nomer kontak kamu, supaya saya bisa menghubungi kamu." pinta datar Aryo memberikan handphone miliknya kepada Tasya.

Gadis lugu itu malah fokus membolak-balikkan handphonenya dalam kondisi rusak parah di bagian layar depan memperhatikan dengan tampang begitu serius.

"Kenapa handphone kakak bisa retak begini? Apa jatuh dari lantai Apartemen?" tanyanya menebak menatap seperti tatapan anak kecil, membuat Aryo menggeleng pelan.

"Tulis saja, masih bisa berfungsi bukan?" suruh Aryo cepat tidak mau menunggu terlalu lama, di dalam batin Tasya mengerutu-- ternyata Aryo tidak sabaran sekali sekaligus pemaksa.

"Sudah kak, kalau begitu aku pamit keluar dulu." Tasya mengembalikan handphone Aryo sendang menyimpan nomer kontak Tasya, tanpa melihat Aryo menganggukkan kepala membiarkan Tasya keluar karena dia terlalu fokus membaca pesan dari GRUB dan pesan pribadi sekitar hampir 30 pesan yang dia dapatkan saat handphone nya baru dia aktifkan untuk menyimpan nomer Tasya.

Aryo menoleh menatap arah luar, pandangannya tertuju kepada Tasya yang di mana gadis itu duduk di lantai teras depan sedang membuka sepatu beserta kaos kakinya. Sebelum masuk ke dalam, Tasya sempat menoleh ke belakang dan dia mengernyitkan kening kalau mobil Aryo masih berada di depan halaman, apa yang Aryo lakukan di dalam seharusnya dia cepat pulang menebak Pria itu apa mungkin sedang mengawasinya. Batinnya mendadak takut segera masuk ke dalam rumah tidak lupa mengunci pintu tidak mau melihat atau mengintip lagi.

Tanpa sadar Aryo tersenyum tipis memperhatikan sedari tadi tingkah Tasya yang kelihatannya takut dengannya, sebenarnya apa yang dia takuti darinya?. Padahal Aryo tidak pernah memarahinya atau bertindak agresif kepadanya. Setelah malam itu mabuknya hilang, Aryo malah memperlakukannya dengan begitu baik, hanya saja Tasya masih ketakutan dan waspada dengannya.

Aryo jadi ingat pesan Daddy kepadanya menyuruh bertemu kepada Mona dan itu harus dilakukan, karena Aryo tidak ingin menjadi Pria tidak Gantlemen berterus terang kepada Mona. Memang benar mantan tunangannya itu harus mengetahui yang sebenarnya bahwa mereka berdua ternyata saling berkhianat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel