Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PART 4

Aryo membawa Tasya masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya. Hari ini sungguhan ingin mempertemukan Tasya kepada Daddy dan Mommy, sekaligus membahas permasalahannya mengambil jalan keluar yang terbaik kalau dia beritahukan kepada kedua orang tuanya. Aryo ikhlas menerima resiko yang bakalan dia pertanggung jawaban.

"Kak, Tasya takut bertemu Ibu dan Ayah kak Aryo..." gugup Tasya menghentikan langkahnya saat di parkiran mobil, Aryo menggenggam tangan gadis tersebut ada perasaan dingin serta menatap wajahnya yang ketakutan.

"Ada saya, Sha. Tidak ada yang perlu kamu takutkan, saya bakalan melindungi kamu kalau mereka berdua memarahi kamu." tutur Aryo menyakinkan Tasya masih terdiam tertunduk dan beberapa menit kemudian dia menganggukkan kepalanya percaya kepada Aryo.

Aryo mengajak Tasya masuk tanpa harus cemas, melangkah ke dalam ruangan yang super mewah menurut Tasya hampir tercenggang melihat sekeliling rumah orang kaya. Aryo membawa Tasya menuju halaman belakang, dan di sana mereka sudah di sambut oleh kedua orang tuanya dan juga ada Olif ikut nimbrung di kursi taman.

"Mommy menunggu kamu pulang, supaya bisa sama-sama mencoba sup buatan Mommy!" senyum senang Meralda menyambut Putra pertama, dan seketika menoleh menatap Tasya yang bersembunyi di belakang tubuh besar Aryo.

"Loh!, siapa gadis manis ini, Nak?" tanya Meralda sembari tersenyum ramah menatap Tasya yang dia nilai manis serta cantik, pakaiannya sopan tertutup, tetapi gadis itu masih tidak bergeming terus menundukkan kepalanya.

"Saya mau bicarakan sesuatu dengan mom, kita duduk saja dulu." tutur Aryo lalu menggenggam tangan Tasya menyuruhnya untuk duduk di bangku sebelahnya.

Sekarang, mereka semua keluarga sudah berkumpul dalam satu meja. Aryo menatap wajah kedua orang tuanya yang terus memperhatikan, wajahnya penuh heran dan tanda tanya sebenarnya apa yang terjadi, kenapa suasana menjadi tegang seperti ini.

"Olif, kamu masuk ke dalam, ini pembahasan orang dewasa tidak perlu kamu mendengarnya."

Aryo bernada tegas mengusir Olif seketika langsung bangkit dari duduk mengalah memilih pergi meninggalkan mereka semua. Meralda semakin tidak mengerti dan dia menoleh menatap suaminya yang sama diam terus menatap Aryo mengkerutkan kening.

"Sebenarnya ada apa ini, Aryo?. Bicarakan saja langsung dan siapa gadis di sebelahmu itu?" tanya menuntut Firza, Daddy Aryo.

Aryo menarik nafas terlebih dahulu dan dia siap mengutarakan penjelasannya. "Mommy dan Daddy, aku mau menikahi Tasya." tutur lantang dari Aryo, membuat Meralda serta Firza kaget bukan main tidak percaya apa yang dia dengar barusan.

"Menikah?!. Jangan bercanda kamu, kamu sudah punya tunangan dan bagaimana nasib tunanganmu kalau kamu asal menikah dengan perempuan lain?" suara besar Firza membuat Tasya ketakutan semakin meremas baju dress yang di belikan Aryo sebelum kemari sempat singgah sebentar ke Butik Pakaian, karena menurut Aryo tidak mungkin dia membawanya bertemu kedua orang tuan nya masih memakai pakaian lusuh.

"Kami berdua sudah mengakhiri hubungan ini. Mungkin ini di sebut takdir saya bertemu dengan Tasya. Saya telah mengambil sesuatu yang berharga didalam tubuhnya. Ya, tadi malam karena saya mabuk."

Penjelasan Aryo berbicara sesuai fakta tidak ada kebohongan apapun, dia tidak ingin mengatakan bahwa Mona berselingkuh, karena itu bisa membuatnya muak dengan wanita tersebut telah memainkan kasih sayang yang tulus untuknya malah dia permainkan sesukanya. Firza bangkit dari duduk langsung menempeleng kepala Aryo cukup keras, perasaan memanas sungguh kecewa tidak menyangka putranya berani bertindak kelewatan sebagai lelaki sejati. Anak orang yang kelihatan masih gadis, bersyukur bersedia bertanggung jawab, kalau misalkan Aryo sudah menikah bersama Mona lalu gadis ini datang di saat perut membesar meminta pertanggung jawaban. Mau letak di mana wajah malu Firza, dan apa yang harus dia katakan kepada keluarga Mona bahwa kenyatannya Aryo telah melakukan dengan gadis lain, bakalan hancur lebur kehidupan rumah tangga putranya.

"Daddy tidak tahu harus mengatakan apa ke kamu, Yo!. Malu sekali! Semudah itu kamu mengatakan putus hubungan dengan Mona di saat kalian sudah bertunangan dan sebentar lagi menjenjang ke pernikahan, apa sebenarnya di dalam otakmu sehingga sampai melakukan hal itu kepada anak orang?" meradang Firza menyentuh kepalanya yang seketika pusing akan berita mengejutkan dari Aryo mengatakan mau menikah bersama gadis tersebut.

Meralda menyuruh suaminya untuk duduk dan menenangkan amarahnya kepada Aryo. Aryo sendiri hanya terdiam tidak bergeming mendapatkan amarah dari Daddy yang dia sudah terima apapun resikonya. Tasya melirik Aryo secara hati-hati merasa kasihan sekaligus prihatin melihat pria itu di tempeleng Ayahnya, dia ingin menangis di antara situasi menegangkan ini, tetapi Tasya mencoba bertahan sekuat mungkin sembari menggigit bibir bawah.

"Daddy!, dengarkan Aryo dulu jangan asal main pukul begitu. Mungkin Aryo sudah lama putus hubungan dengan Mona dan baru sekarang Aryo kabari ke kita, bukankah Aryo sudah katakan kalau dia mabuk pasti tidak sengaja melakukan hubungan itu kepada Tasya. Anak kita juga tidak lari dari tanggung jawabnya." ujar Meralda berbicara lembut kepada Friza duduk bersandaran sembari memijat pelipisnya.

"Ya Tuhan!, kepalaku tiba-tiba pusing sekali. Aryo jadilah lelaki jantan dan bertanggung jawab karena kesalahanmu, tetapi kamu harus tetap mengabari Mona kalau kamu mau menikah jangan kamu diam saja tanpa kabar begitu, biarpun kalian tidak punya hubungan lagi silahturahmi itu harus tetap terjalin. Daddy welcome dengan siapun itu pilihan hidupmu, asal tidak tamak akan kekayaan saja." nasihatFirza lalu bangkit dari duduk meninggalkan mereka bertiga di meja makan.

Meralda tersenyum lembut menatap Tasya, pindah duduk mendekati Tasya langsung memeluk gadis itu mengetahui kalau dia sedari tadi menahan untuk tidak menangis ketakutan. Tasya tidak dapat menahan untuk tidak menangis saat Mommy Aryo memeluknya sembari mengelus lembut pundaknya.

"Jangan takut... ada mommy, daddy hanya kecewa dengan Aryo bukan marah dengan kamu karena kamu sama sekali tidak bersalah." Meralda mengusap halus rambut panjang Tasya masih menangis di dengar Aryo memejamkan mata sejenak menoleh menatap mereka berdua.

Aryo menatap Mommy yang sedang memeluk Tasya, Meralda tersenyum sembari tangannya juga mengelus pundak lebar Aryo. Biarpun ada kesedihan di matanya dan juga kasihan dengan mereka berdua harus menerima konsekuensi secara ikhlas, mau bagaimana lagi kalau sudah terjadi seperti ini. Aryo harus bertanggung jawab meskipun Tasya tidak hamil anaknya sendiri katakan sudah melakukannya.

Meralda terbuka dengan siapapun dan dia senang menerima menantu manis seperti Tasya yang sudah dia anggap layaknya seperti anak sendiri, karena memang dulu dia ingin sekali melahirkan anak perempuan, sayangnya dua-duanya anaknya lelaki.

Meralda tetap beryukur kehidupan keluarganya bisa di katakan hidup berkecukupan, dan juga Aryo sudah bekerja di Perusahaan Firza. Jadi, anak tertuanya itu memiliki penghasilan sendiri.

Meralda hanya bisa membantu menguatkan mereka berdua yang sekarang ini pasti sedang bingung serta kesusahan sedang dalam tertimpa masalah serius, mengambil hal postive di setiap kejadian. Biarkan kejadian ini menjadi pelajaran seumur hidup untuk anak tertuanya Aryo Ibram, supaya di kehidupan ke depan putranya menjadi lelaki lebih baik berhati-hati setiap melangkah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel