Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5. Membuat Kesal

Mata Mya yang sedang mengagumi Theo tiba-tiba berhenti di jam tangan yang dikenakan pria itu, dia pun langsung menyuarakan pikirannya, "Aku pernah melihat jam tangan ini di lemari jam ayah, harganya mencapai beberapa ratus juta."

Dengan kata lain, 'kamu yang hanya seorang sopir kenapa bisa memakai jam tangan semahal ini?'

Kemudian, merasa kata-katanya tidak enak didengar, Mya langsung meminta maaf. "Maaf, maaf, aku tidak bermaksud seperti itu!"

Mya sambil berkata sambil menunduk, wajahnya memerah karena tegang, dia merutuki kebodohannya.

Sekarang dia tidak punya rumah untuk pulang dan menggores body mobil mewah nan mahal ini, tetapi pria ini tidak hanya tidak mendesaknya membayar ganti rugi, juga tidak melapor polisi, malah memberikan tempat tinggal dan pekerjaan untuknya, bodohnya dia malah berkata seperti itu.

Alis Theo terangkat, dia tidak menyangka kalau mata wanita ini lumayan tajam.

"Ini adalah penghargaan akhir tahun dari bos tahun lalu. Kamu rajin-rajin bekerja, bos tidak akan memperlakukanmu dengan buruk." Selesai mengatakan alasan sembarangannya, Theo berhasil menghilangkan kecurigaan di hati Mya.

Mya mengangguk, dengan serius berkata, "Bos sangat murah hati."

'lya murah hati, tapi tuntutannya juga banyak.'

Mata Theo penuh dengan kegelapan, sekali lagi memutar setir, kemudian menginjak rem, mobil berhenti dengan perlahan.

Di belakang pohon cemara yang rimbun, perlahan-lahan terlihat sebuah kediaman berlantai tiga.

"Bos juga tinggal di komplek ini." Mya bertanya ketika melihat mobil berhenti di sebuah kediaman yang masih satu komplek dengan rumahnya.

Theo tidak menjawab pertanyaan Mya, dia membuka pintu mobil. "Turun," ucap Theo ketika sudah di luar mobil.

Begitu terdengar suara pintu ditutup, Mya bergegas turun dan ketika keluar dia terkejut, kemudian menunduk dan baru sadar dia tidak memakai sandal, kakinya menginjak kerikil tajam, membuatnya merasa sakit sampai seluruh wajahnya berkerut.

"Ssh ...."

Suara desisan Mya terdengar oleh Theo dan pria itu berbalik. Ketika Mya merasakan tatapan Theo di kakinya, Mya pun menarik kakinya ke belakang dan Theo pun diam-diam tersenyum.

"Masuk." Theo berkata, dia melangkah menaiki beberapa tangga, lalu membuka pintu menggunakan sidik jari.

Sedangkan Mya bergegas mengikuti Theo, berlari kecil dengan sedikit terpincang-pincang.

Setelah masuk ke rumah, Theo mengambilkan sepasang sandal untuk Mya, kemudian dia melewati koridor dan langsung masuk ke dalam, sambil berjalan dia sambil berkata kepada Mya, "Kamu tinggal di lantai 1, keliling-keliling dulu untuk lebih mengenal rumah, aku pergi berbicara dengan bos dulu."

Mya mengangguk, dan dia pun menjawab, "Baik."

Secara terbiasa, ketika Mya terluka, dia mau mencari plester di tasnya untuk ditempel di lukanya, tetapi dia baru sadar karena tadi terlalu terburu-buru, dia melupakan tasnya, kemudian dia memegang sakunya dan benar saja telepon genggamnya juga tidak bawa.

"Itu ...." Mya berkata dengan sungkan, menghentikan Theo yang bermaksud naik ke lantai atas. Dengan sedikit canggung dia melanjutkan perkataannya, "Boleh pinjam sebentar ponselmu?"

Theo tidak bersuara, tapi dia bergerak mengeluarkan telepon dan menatapnya. Mya berjalan ke arahnya dengan langkah jinjit. "Terima kasih."

Mya terdiam sambil memegang telepon genggam tersebut cukup lama, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi telepon pamannya, dia berpikir bagaimanapun mereka adalah keluarga, jadi di saat seperti ini hanya bisa mencarinya.

"Halo? Siapa ini?" Setelah beberapa kali dering nada sambung, akhirnya telepon diangkat dan di seberang telepon terdengar suara rendah seorang pria, terdengar sedikit tidak sabar.

Mya menggigit bibir bawahnya, menghirup nafas dalam, lalu berkata, "Halo, paman. Ini aku ... Mya."

Di seberang, paman Mya terdiam selama setengah menit dan baru terdengar suaranya lagi. "Mya, ada apa?"

Mya berkata dengan suara kecil, "Paman, boleh tidak meminjamkan sedikit uang, aku—"

"Tunggu sebentar." Tidak menunggu Mya selesai berbicara, paman Mya memotong perkataannya, sepertinya dia sedang berbicara dengan seseorang, tetapi karena terlalu jauh jadi tidak terdengar apa yang mereka bicarakan.

Kira-kira sudah berlalu 2 menit, telepon diangkat kembali, nada suara pamannya menjadi lebih lembut. "Mya, begini saja, besok kamu datang ke tempat paman, kita diskusi soal hutang ayahmu, kemudian kita baru berbicara mengenai masalahmu."

"Tapi ...."

"Sudah, begitu saja."

Tidak memberi Mya kesempatan untuk berbicara lebih, pamannya langsung menutup telepon.

"Halo ... halo?"

Mendengar nada telepon berakhir, hati Mya merasa tidak enak, dia pun menunduk dan tidak bersuara.

Ketika melihat Theo turun dengan membawa kotak obat, Mya segera menghirup cairan di hidungnya dan berkata kepada pria itu, "Bisakah, kamu meminjamiku sedikit uang, besok setelah aku ke tempat pamanku, aku akan mengembalikannya."

Tangan Theo yang tadinya hendak memberikan kotak obat kepada Mya langsung terhenti bergerak saat mendengar perkataan Mya tersebut. Pasalnya ini pertama kalinya ada orang yang berani meminjam uang darinya.

Melihat diamnya Theo, Mya berpikir pria itu tidak bersedia meminjaminya uang jadi dia langsung menunduk dan merasa canggung. Pada awalnya dia sudah merasa tidak enak untuk meminjam uang darinya, tapi ketika dia memikirkan situasinya yang menyedihkan sekarang, mau keluar rumah juga tidak bisa, jadi terpaksa memberanikan diri untuk meminjam uang.

Melihat sikap Mya, Theo teringat sesuatu. Dia mengeluarkan uang yang kemarin ditinggalkan wanita itu di hotel dari dompetnya, sekaligus mengambil secarik kertas kecil dan menuliskan nomor teleponnya, lalu memberikannya kepada Mya, kemudian berkata, "Uang ini kukembalikan, dan ini adalah nomorku, kalau ada apa-apa boleh menghubungiku."

"Kembalikan? Memangnya aku pernah memberimu uang?" Mya bingung, dia mengingat-ingat sepertinya dia tidak pernah mengenal Theo sebelumnya. Apa lagi wajah Theo sangat tampan. Dilihat dari segi mana pun dia adalah pria tampan tanpa celah, terutama sepasang matanya.

Setelah Theo melepaskan kacamata hitamnya, Mya baru tahu kalau matanya seperti berlian yang menarik perhatian wanita mana pun. Dengan daya ingatnya yang sangat bagus, kalau dia pernah melihatnya, dia pasti tidak akan lupa.

Apa lagi terhadap masalah orang, terutama mengenai data-data sangat sensitif. Seperti nomor telepon yang tertulis di atas kertas ini, disebut dua kali saja dia sudah ingat.

Namun, sayangnya kemampuan daya ingatnya tidak berfungsi dengan baik saat dia mabuk jadi dia sudah lupa kalau pria di depannya sekarang adalah 'gigolo premium' yang dia temui kemarin malam ketika dia sedang mabuk sampai kehilangan ingatan.

Ekspresi wajah Theo berubah jadi dingin karena wanita ini benar-benar tidak mengingatnya sama sekali!

"Kamarmu ada di sudut tangga, di dalam ada seragammu, kamu pakai itu saja." Setelah selesai berbicara, Theo berbalik badan dan berjalan menuju tangga, dengan sangat cepat sudah di lantai atas.

"Baik." Mya dengan cepat menjawab, dia tidak mengerti mengapa pria ini tiba-tiba berubah.

Ketika melihat Theo sudah menghilang ke lantai atas, Mya baru duduk dan membersihkan lukanya dengan hati-hati.

Mya merasa sedikit kesulitan ketika membersihkan lukanya karena pergelangan tangannya terasa sakit akibat terjatuh sebelumnya.

Berpikir sampai sini Mya jadi kembali emosi. "Brengsek! Ini semua salah Carina yang sengaja mendorongku!"

Saat terpikir Carina, secara tidak langsung Mya jadi teringat akan Kevin. Pria yang paling dia butuhkan, dia malah selingkuh.

"Sialan!"

Mya mengumpat di dalam hati, dia menggunakan cotton bud baru dan mulai mengoleskan obat, untung saja siku dan telapak tangannya hanya luka luar, hanya perlu mengoleskan obat dan tempel plaster.

Dengan cepat dia membersihkan luka, merapikan kotak obat dan pergi menuju kamar di sudut tangga. Baru membuka pintu, dia melihat sebuah tempat tidur besar.

Sekarang yang paling diperlukan Mya adalah kasur, dia tidak melihat yang lain, langsung melempar dirinya ke atas kasur dan mengeluarkan suara lega.

Belum lewat berapa lama, dia mulai merasa ngantuk, Mya pun tertidur dengan cepat.

Dia tidur dengan sangat nyaman, tapi dia tidak tahu, hal yang lebih menakutkan sedang menunggunya di belakang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel