Bab 4. Masuk Ke Dalam Jebakan
Theo kembali menyalakan mesin mobil, melaju dengan lambat, sengaja mengejar bayangan wanita yang berjalan dengan gontai itu sambil terus menerus membunyikan klakson.
Tin ... tin ... tin.
Mya yang merasa sangat terganggu dengan bunyi berisik dari klakson itu, dia pun menghentikan langkahnya dan berbalik dengan kesal.
"Ck! Hish—"
Ketika dia hendak mengomel kepada sang pengemudi mobil berisik, dia melihat seorang pria yang tampan keluar dari dalam mobil. Meskipun ada kacamata hitam yang menutupi matanya, dia masih bisa merasakan tatapan mata yang tajam.
Sontak saja, Mya mengurungkan niat mengomelnya. Merasa bulu kuduknya berdiri, berbalik dan bermaksud pergi dengan cepat.
Theo menyipitkan matanya saat melihat gelagat aneh Mya. Begitu menyadari wanita itu ingin melarikan diri, dia dengan langkah cepat mengejar dan menangkap pergelangan tangannya.
Mya berpaling sambil merintih, melihat orang ini berpakaian setelan jas warna hitam, dasinya formal, lebih tinggi darinya 20cm, tekanan yang dikeluarkannya sangat kuat, meskipun kaca mata hitamnya menutupi setengah wajahnya, juga tidak susah melihat kalau tampangnya sempurna.
Kening Mya berkerut, dia merasa pernah bertemu dengan pria ini, tapi dia tidak tahu di mana.
"Kamu ... siapa? Ada masalah apa?" Mya bertanya dengan curiga, ingin melepaskan tangan yang menangkapnya, tapi tangan itu tidak berkutik.
"Ketika kamu jatuh tadi kamu membuat cat mobil lepas, kamu ingin melarikan diri?" kata Theo dengan datar.
Sebelumnya wanita ini menganggapnya sebagai gigolo dan sekarang malah melupakannya. Dia benar-benar tidak pernah ketemu wanita seperti ini, sangat menarik! Wanita yang menarik seperti ini, dia tidak keberatan bermain dengannya!
Ketika Mya mendengar perkataan Theo, seluruh tubuhnya membeku.
"Tuan sopir, aku sekarang benar-benar tidak punya uang, boleh tidak kamu menunggu sebentar, aku pasti akan membayarnya," kata Mya.
Setelah melirik sekilas merek mobil, dia memutuskan kalau Theo adalah seorang sopir orang kaya. Kalau tidak, orang yang bisa mengendarai mobil terkenal dan mahal seperti ini tidak akan memperhitungkan uang kecil seperti ini.
"Tidak bisa, kalau diketahui oleh bos, aku akan dipecat, bayar sekarang juga." Theo segera menolak, genggaman tangannya semakin kuat, tetapi sudut matanya sedikit terangkat.
Wanita ini menganggap dirinya adalah sopir. Apakah dia bodoh? Apa dia tidak bisa melihat? Mana ada sopir yang memakai barang bermerek di seluruh tubuhnya?
Mya berpaling dengan canggung, dia tidak tahu harus bagaimana. Pasalnya sedari kecil sampai sekarang, dia tidak pernah dimintai uang oleh orang seperti ini.
"Aku benar-benar tidak punya uang. Pemilik hutang sudah datang mencariku, barang-barang berharga di rumah sudah diambil habis. Masih ada peninggalan ibuku ...." Mya menjeda kalimatnya, dia menundukkan pandangannya, menunjuk ke arah sebuah kediaman di belakangnya. "Kalau kamu bisa membawaku pulang, mungkin saja aku bisa membawa beberapa pakaian dan menjualnya, kemudian uangnya untukmu."
Theo melihat ke arah yang ditunjuk oleh Mya dan dia melihat ada sekitar 4 sampai 5 orang pria keluar dari rumah itu. Kemudian wanita yang tadi mendorong Mya mengatakan sesuatu kepada mereka.
Entah apa yang dikatakan oleh wanita itu, tapi yang jelas pria-pria itu sekarang sedang berjalan menuju ke arah Mya.
"Kalau tidak, bagaimana jika aku menulis surat hutang untukmu?" Mya yang tidak menyadari keadaan sekarang mendongak dan melanjutkan perkataannya.
"Tidak usah!" Theo lagi-lagi menolak. Dia melihat beberapa pria itu sudah hampir mendekat.
Wajah Mya penuh dengan kecanggungan, dia tidak tahu harus bagaimana.
Mya yang terlihat canggung membuat sudut bibir Theo terangkat. Kemudian tanpa berpikir, dia berkata, "Begini saja. Rumah bosku masih kekurangan satu pengurus, akan aku coba tanyakan apakah kamu boleh bekerja untuk membayar hutang ini."
Melihat Mya masih ragu-ragu, Theo mendesak. "Sebaiknya kamu segera memutuskan." Kemudian dia menunjuk ke arah belakang Mya dengan dagunya. "Kalau tidak, akan terlambat."
Awalnya Mya tidak mengerti maksud perkataan Theo hingga dia berpaling dan melihat pria-pria yang bertengkar dengannya tadi berjalan dengan langkah cepat menuju ke arahnya. Mereka terlihat jelas ingin menangkapnya.
Hati Mya bergejolak. Di kejauhan dia melihat Carina sedang mengelus rambutnya dengan dagu terangkat menatap ke arahnya. Membuat emosi Mya semakin ingin meledak.
"Dasar orang gila!" Mya memaki sembari berbalik badan, hendak melarikan diri.
Namun, Theo mengingatkannya. "Dengan kondisimu meskipun kamu berlari secepat apa, belum keluar komplek sudah ditangkap."
"Jadi aku harus bagaimana?" Mya menghentikan kakinya dan bertanya dengan frustasi. Mya sekilas melihat Theo, kemudian kembali melihat ke mobil di belakangnya, lalu memohon, "Bisakah kamu mengantarku sebentar, please?"
Theo otomatis menolak lagi, bahkan membuat jebakan. "Ini adalah mobil bos, aku tidak berani sembarangan membawa orang asing."
"Aku bukan orang asing, bukannya kamu berkata kediaman bosmu kurang satu pengurus? Aku setuju, sekarang aku sudah termasuk pekerja, mengantarku sekali tidak keterlaluan, 'kan?" kata Mya, dia bahkan merasa dirinya menjadi pintar karena sedang panik.
Tanpa sepengetahuan Mya, Theo diam-diam tersenyum. "Naik." Dia berkata dan bergegas kembali ke kursi pengemudi dengan cepat.
Namun, kecepatan Mya lebih cepat dari Theo, dia berlari kecil dan sampai ke pintu kursi penumpang, membuka pintu dan duduk, kemudian berpaling dan melihat ke samping, beberapa lelaki itu sudah mulai berlari ke arahnya, hanya tinggal beberapa meter.
"Cepat melaju, cepat melaju!" Mya mendesak, tangannya bergerak terus.
Kemudian, mobil melaju cepat seperti sebuah panah.
Melihat beberapa pria suruhannya itu tidak berhasil menangkap Mya, Carina sangat geram.
"Fine, kamu berani memukulku! Kita akan lihat bagaimana aku membalasmu!" kata Carina kemudian mengeluarkan telepon genggam dari dalam tasnya, lalu menelepon ke sebuah nomor telepon dan orang yang di seberang telepon sangat cepat mengangkat teleponnya, ekspresi Carina pun langsung berubah, berbicara sambil tersenyum, "Pak Zack ...."
***
Saat ini, Mya yang ada di dalam mobil melihat beberapa pria yang mengejarnya itu tertinggal semakin jauh, dia pun menghela nafas lega.
"Terima kasih!" Mya dengan tulus berterima kasih kepada Theo.
Theo memutar kemudinya sambil berkata dengan sedikit mengejek, "Kenapa kamu begitu sopan, kamu juga bukan orang asing, kita sekarang sudah termasuk rekan kerja."
'Rekan kerja? Benar. Satu sopir, satunya lagi pengurus rumah. Pria ini mendeskripsikannya dengan sangat berkelas!'
Mya sedikit terpana, tidak disangka dia berubah dari seorang putri menjadi seorang pengurus!
Mya menghela nafas di dalam hati, dengan ragu-ragu berkata, "Kuliahku tidak begitu sibuk, tapi aku masih ada kelas piano dan kelas kaligrafi, jadi waktuku ...."
Theo menyalakan lampu sein tanda belok, sambil mengulang peraturan pekerjaannya, "Aku tadi sudah berkata, waktumu bebas. Hanya menjaga kebersihan rumah dan malamnya kamu harus waspada sedikit untuk menghindari pencuri masuk ke rumah. Saat bos pulang ke rumah, kamu harus selalu bersedia menunggu perintah, rumah tempat kamu bekerja ini bukan rumah utama, dalam satu bulan bos hanya pulang beberapa kali."
Theo menjelaskan dengan suara rendah, ketika berbicara dagunya sedikit terangkat dan dia pun melonggarkan dasinya.
Pandangan Mya tanpa sadar menelusuri dari wajah dan mengikuti gerakan tangannya, baru sadar kalau kulit pria ini sangat mulus, warnanya sedikit kuning karena dia adalah seorang lelaki, tapi dia sama sekali tidak ada jerawat dan kerutan.
'Hah? Tunggu dulu!'