Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Rumah Juna

Di sinilah Keysa sekarang, di rumah Juna.

"Duduklah di sini aku akan mengambilkan minum untukmu," kata Juna yang hanya diangguki oleh Keysa.

Keysa duduk di ruang tamu menunggu Juna.

Tak lama Juna datang dengan segelas susu putih panas.

"Ini minum dulu," katanya membuat Keysa menatap Juna bingung.

"Kamu sedang mengandung, minum susu adalah pilihan yang baik," katanya sembari duduk di hadapan Keysa.

Keysa menunduk sembari memainkan jarinya.

"Maaf sudah membuatmu repot," kata Juna membuat Keysa mendongak dan menatap Juna.

"Tidak, aku yang seharusnya meminta maaf, karenaku kamu bukannya terbebas dari perjodohan malah berlanjut pada pernikahan," Juna hanya tersenyum tipis.

"Jujur aku senang bisa menikah denganmu, karena kamu sangat cantik seperti tipe idealku," goda Juna dengan candaannya membuat Keysa tersenyum tipis.

Juna menatap lekat Keysa yang tersenyum begitu manis.

"Kalau boleh tahu, Celine itu adalah kakakmu?" tanya Juna penasaran.

Keysa hanya mengangguk dan bayangan akan wajah ayahnya terulang dalam otaknya.

"Tapi kenapa mereka memperlakukanmu seperti itu? Dia seperti ibu tiri, benar begitu?" Keysa kembali mengangguk.

"Pantes sinis banget waktu tahu aku milih kamu. Lagian putrinya simpanannya om- om, siapa yang bakal mau sama dia, bekas orang," kata Juna mengungkapkan rasa kesalnya.

"Jadi, dia calon tunanganmu?" Juna mengangguk.

Keysa semakin takut untuk bertemu ayah dan ibunya, bagaimana jika mereka akan menyakiti Keysa nantinya.

Keysa hanya berniat untuk membantu Juna tidak bermaksud untuk merebut Juna.

"Kalau boleh tahu, berapa usia kandunganmu?" tanya Juna pelan takut menyinggung Keysa.

"Aku tidak yakin hal itu," kata Keysa membuat Juna mengerutkan keningnya.

"Apa maksudmu?" tanya Juna tak paham.

"Aku hanya tahu jika seseorang telah melecehkanku dan aku kabur dari club tanpa tahu siapa dia, tadinya aku mengatakan pada ayah dengan harapan ayah akan mencari pria itu, tapi," ucapan Keysa terhenti dengan hati yang tiba- tiba sesak.

Juna menyodorkan sapu tangannya pada Keysa.

"Menangislah dengan leluasa, aku tidak akan melihatmu," kata Juna yang beralih duduk membelakangi Keysa.

Keysa menunduk dalam dengan air mata yang mulai berjatuhan membasahi pipi chubbynya.

Dengan pelan Juna menoleh untuk melihat Keysa yang menangis tanpa mengeluarkan suara.

Ia tahu rasanya sesakit apa?

Dia hanya membutuhkan pelindung dari sosok yang selalu orang bilang cinta pertama putrinya, yaitu sosok seorang ayah.

Tapi Keysa malah mendapatkan kebencian dari ayahnya sendiri.

"Mulai sekarang tinggallah di sini dan aku akan pergi ke sekolahmu untuk berbicara pada kepala sekolahnya," kata Juna membuat Keysa sedikit senang saat ia bisa kembali bersekolah.

"Setelah kelulusan nanti, aku akan bekerja dan mengganti semua biayaku selama di sini," Juna tertawa pelan membuat Keysa bingung.

"Bukankah kamu akan menjadi istriku, kenapa harus bekerja? Cukup di sampingku saja biarkan aku yang mencari nafkahnya," kata Juna begitu tulus membuat Keysa mendadak canggung dan sungkan.

"Kalau begitu ayo aku tunjukkan kamarmu," kata Juna sembari membawakan koper Keysa ke lantai atas.

Ceklek

Juna masuk ke dalam kamar yang bernuansa putih rapi dan sangat mewah.

"Apakah tidak ada kamar yang lebih kecil? Ini terlalu besar untukku," kata Keysa membuat Juna terkekeh.

"Tidak, ini memang kamarnya. Dan mulai sekarang ini kamarmu," kata Juna sembari memberikan kunci kamarnya.

Keysa merasa tak enak hati dan sungkan, ia baru mengenal Juna namun Juna begitu baik padanya.

"Kalau begitu istirahatlah, jika ada sesuatu kamarku ada di sebelah," Keysa hanya mengangguk dan berterima kasih.

Setidaknya Keysa sementara ini bisa tinggal di rumah Juna hingga ia bisa menemukan tempat tinggal sendiri.

Keysa merebahkan tubuhnya di sofa mewah itu dan memandangi king size itu dengan perasaan sendu.

Ia kembali teringat akan ayahnya dan pria di club malam itu.

"Keysa capek," gumamnya lirih hingga perlahan matanya terpejam dan terlelap di sofa.

•••

Sedangkan di mansion mewah, ada Leo yang sedang menunggu informasi dari Ziko sembari memandangi liontin yang ia yakini milik Keysa.

"Kemana perginya kamu?" gumamnya lirih sembari menatap sendu liontion tersebut.

"Permisi tuan," Leo langsung memasukkan liontin tersebut ke dalam sakunya.

"Bagaimana, apa kamu menemukan keberadaan wanitaku?" tanyanya sembari menatap Ziko.

"Maaf tuan kami tidak bisa menemukan keberadaannya. Tapi saya tahu alamat sahabatnya yang datang bersama wanita anda, dia adalah pelanggan di club Vana," Leo menaikkan sebelah alisnya.

"Siapa?" tanya Leo ingin tahu.

Ziko langsung memberikan foto dan alamat Fely lengkap.

"Sebarkan foto wanitaku di semua daerah, aku ingin cepat menemukannya," kata Leo pada Ziko.

Dengan cepat Leo beranjak dari duduknya dan pergi menuju rumah Fely sendiri.

Sesampainya di komplek yang terlihat begitu sederhana itu, Leo langsung masuk ke dalam halaman rumah Fely.

Terlihat sangat sepi.

Leo langsung membuka pintunya, terlihat berantakan dengan bungkus snack yang tersebar di mana- mana dan botol bir yang tergeletak di lantai.

"Apa ada orang?" tanya Leo sembari masuk ke dalam untuk melihatnya.

"Huek huek," Leo berjalan menuju pintu kamar yang terbuka lebar.

Terlihat di sana ada perempuan sedang berdiri di depan wastafel.

Fely berbalik dan betapa terkejutnya ia saat melihat Leo berdiri di dalam kamarnya.

"Kita bertemu lagi," kata Leo santai dan duduk di sofa membuat Fely masih syok akan kedatangan Leo tiba- tiba.

"Bagaimana kamu bisa tahu rumahku?" tanya Fely sembari berjalan mendekat ke arah Leo.

Leo menatap Fely sekilas lalu tersenyum miring.

"Aku hanya ingin bertanya, di mana alamat rumah temanmu yang kemarin bersamamu di club?" Fely langsung tahu siapa yang Leo maksud.

"Keysa maksud kamu?" Leo tersenyum manis dan bersorak dalam hatinya.

Jadi, namanya Keysa, batin Leo dengan sangat gemas mengingat adegan panas malam itu.

"Ya, bisa kau tunjukkan di mana rumahnya?" tanya Leo membuat Fely menggelengkan kepalanya.

Leo hanya tertawa renyah dan beranjak dari duduknya mendekati Fely.

"Apa cambukan malam itu kurang memuaskan?" tanya Leo membuat Fely mengepalkan kedua tangannya dan menatap tajam Leo.

"Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu," Leo tersenyum meremehkan.

"Kau ingin dihargai berapa tubuhmu?" Fely tak tahan dengan mulut pedas Leo.

PLAK

Leo hanya mengusap pelan rahangnya dan menatap Fely santai.

"Aku tidak butuh uangmu, cukup bertanggung jawab atas anak dalam rahimku," teriak Fely dengan keras di depan wajah Leo.

"Apa kau berpikir aku yang menghamilimu?" tanya balik Leo membuat napas Fely memburu begitu cepat.

Brugh

Leo mendorong Fely hingga terduduk di tepi ranjangnya.

Dengan tatapan tajam dan berang Leo melepaskan sabuk hitamnya membuat Fely hendak kabur namun ditahan oleh Leo.

"Jangan membuatku semakin marah karena sikapmu," bisiknya sembari mengikat kedua tangan Fely dan kakinya.

"Lepaskan aku bangsat," teriak Fely sembari menahan tangis melihat Leo bersiap untuk mencambuknya.

"Sebelum memberimu pelajaran, aku ingin memberitahumu, yang pertama bukan aku yang menghamilimu dan kedua cukup katakan di mana alamat rumah Keysa," katanya membuat Fely yang tengkurap menggelengkan kepalanya.

"Tidak aku tidak akan memberitahumu," katanya membuat Leo mengusap rambut Fely dan bersiap untuk menghajarnya.

CETEESSSS

CETESSSSS

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel