Pustaka
Bahasa Indonesia

Obsesi Mafia Kejam

17.0K · Ongoing
sherlynursafitri
56
Bab
678
View
9.0
Rating

Ringkasan

Leo De Vana ketua mafia Cosa Nostra yang terkenal bengis dan kejam akan musuh- musuhnya. Menduda selama 5 tahun tidak membuat Leo merasa kesepian. Dia sangat anti dan benci dengan sesuatu yang berurusan dengan wanita. Hingga Leo merasakan jatuh cinta kali pandangan pertama pada gadis SMA yang mampu meluluhlantahkan hatinya yang sudah lama mati sejak perselingkuhan istri dan sahabatnya. Demi bisa mendapatkan gadis tersebut, Leo merebut kehormatannya demi bisa menjerat gadis tersebut untuk menjadi milik Leo De Vana seutuhnya.

One-night StandbadboyCinta Pada Pandangan PertamapembunuhanPengkhianatanThrillerRomansaBillionaireKeluargaDewasa

Bengis

Di perusahaan JM Company ada Leo yang sedang menunggu Ziko menyeleksi sekretaris baru untuknya.

Tadinya Leo menolak saat Ziko menyarankan agar mempunyai sekretaris barunya.

Leo paling membenci berurusan dengan wanita

Karena itu mengingatkan dirinya tentang pengkhianatan istri dan sahabatnya.

Semenjak itu Leo memutuskan untuk menduda selama 5 tahun tanpa mau berurusan dengan wanita.

Namun, melihat Ziko yang kewalahan karena mengurusi dirinya membuat Leo mengiyakan saran Ziko.

Mau tak mau Leo harus terpaksa menentang prinsipnya untuk berurusan dengan wanita namun dalam hal pekerjaan, bukan lainnya.

Tok tok

Ceklek

"Permisi tuan, saya ingin memperkenalkan sekretaris baru anda," Leo hanya mengangguk membuat Ziko langsung masuk ke dalam dan diikuti perempuan cantik di belakangnya.

"Ini sekretaris baru anda namanya Angel Feronica, dia berusia," Ziko tak melanjutkan ucapannya saat Leo mengangkat telapak tangannya.

"Langsung saja, suruh dia merevisi ulang semua proposal untuk proyek Spanyol dan berikan padaku jika sudah selesai," perintah Leo yang diangguki paham oleh Ziko.

"Baik kalau begitu saya permisi dulu," kata Ziko yang diangguki oleh Leo.

Ziko lalu mengantar Angel ke ruangannya untuk menjalankan perintah Leo barusan.

Sedangkan di dalam ruangan, Leo menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya sembari sedikit melonggarkan dasinya.

Ia paling benci saat berdekatan dengan wanita.

Tok tok

Ceklek

"Permisi tuan," Leo membuka kedua matanya dan melihat Angel di ambang pintu sedang tersenyum.

"Boleh saya masuk," Leo mendengus pelan dan mengangguk dengan sangat malas.

Angel tampak lenggat- lenggut berjalan menghampiri meja kerja Leo dengan membawa beberapa berkas di tangannya.

"Ini proposal yang anda minta," kata Angel dan duduk di hadapan Leo.

Leo lalu meraih proposal itu sembari memainkan bolpoin di tangannya.

Dengan sengaja Leo mencoret- coret kata yang perlu diperbaiki kembali.

"Kalau boleh tahu, kenapa semua staf dan karyawan di sini laki- laki semua dan hanya saya yang perempuan?" tanya Angel yang sangat penasaran namun merasa spesial saat Leo menerima dirinya perempuan satu- satunya di kantornya.

"Saya malas berurusan dengan wanita," Angel hanya mengangguk pelan dan sedikit memajukan kursinya.

"Lalu apa anda sudah menikah?" Leo melirik sinis Angel yang begitu banyak bicara dan ingin tahu kehidupannya.

"Duda," jawaban yang sangat singkat namun mampu membuat hati Angel berdesir hangat.

Angel lalu memberanikan diri untuk menggoda bos yang selalu menjadi idaman para wanita di luaran sana ini.

Dengan sangat berani Angel melepaskan high heelsnya dan menyentuh kaki Leo.

Leo menatap Angel dengan ekspresi datar dan sentuhan kaki Angel semakin naik ke atas sembari membuka kancing bajunya paling atas.

Dengan hati yang dongkol dan segala umpatan dalam hati, Leo meletakkan berkas itu di atas meja dan menghadap menatap Angel.

"Tidak bisakah kau bekerja dengan profesional tanpa harus menjual diri?" Angel hanya tersenyum menanggapi ucapan Leo.

Angel berdiri dan beralih mendekati Leo dan duduk di atas meja tepat di hadapan Leo.

"Tapi tidak ada pria lain yang bisa menolak pesonaku," Leo memundurkan kursinya menjauhi Angel sembari tersenyum sinis.

"Barang murahan memang pantas untuk orang bawahan," kata Leo dengan sangat pedasnya.

Angel tak menyerah ia melepaskan dasi Leo dan meraba dada bidangnya.

"Siapa yang peduli dengan hal itu? Jangan bilang jika kamu hanya berpura- pura menahan nafsumu," katanya membuat Leo sudah muak dan jijik dengan segala rayuannya.

Leo mendorong Angel hingga terduduk di atas mejanya membuat Angel tersenyum senang.

"Jangan samakan diriku dengan pria yang selalu menyentuhmu," kata Leo lalu menarik tangan Angel untuk masuk ke dalam kamar yang berada di ruangannya.

Ceklek

Brugh

Leo mendorong Angel hingga terduduk di tepi ranjang minimalis itu.

Angel begitu girang dalam hatinya saat Leo mengambil borgol dalam laci dan memborgol tangan Angel.

Tak hanya itu, Leo bahkan melepaskan seluruh pakaian Angel hingga ia bertelanjang bulat.

"Oh kau malu mengungkapkan padaku jika kau seorang sadomasokis?" tanya Angel saat Leo melepaskan sabuk besar hitamnya.

"Aku suka kekerasan," katanya membuat Leo tersenyum licik.

"Oh ya? Lalu rasakan kekerasan ini," kata Leo sembari menutup kedua mata Angel.

Ceteeess

Ceteessss

Ceteeeesss

"Ah sakit Leo," pekik Angel saat tubuhnya merasakan cambukan keras dari sabuk Leo.

Leo seakan tuli dengan teriakan dan rintihan dari Angel.

Bahkan tubuh Angel sudah mengeluarkan bercak merah karena cambukan keras dari Leo.

Leo lalu mendorong Angel untuk tengkurap dan kembali mencambuk dengan keras.

Entah sekeras apa hati Leo tapi ia tidak merasakan iba dan kasihan pada Angel.

Jangankan kasihan, rasa nafsu dan birahi saja Leo tidak merasakannya meski melihat Angel bertelanjang bulat di depannya.

Setelah puas melihat ukiran pada tubuh Angel dan korbannya sudah tak berdaya, Leo mengeluarkan pistol dalam sakunya.

DARRR

DARR

DARRR

Leo menembak Angel tanpa belas kasihan lalu keluar dari kamarnya.

"Ke ruanganku sekarang," perintahnya pada Ziko lewat telepon.

Ceklek

"Buang mayatnya dan sterilkan kamarku, aku ingin pulang sebentar," perintahnya sembari menyambar jas hitamnya dan keluar kamar.

Ziko hanya menghela napas pelan saat dirinya merasa sedang menyetor nyawa seseorang pada Leo.

"Astaga, Angel- Angel gue suruh lo kesini tuh buat gantiin gue bukan buat cari mati, lo enggak kasihan apa sama gue," gumamnya sembari menghubungi anak buah Leo yang lain untuk membantunya.

•••

Sesampainya di rumah Leo mengangkat sebelah alisnya saat mobil papa mamanya terparkir epic di samping teras.

Ceklek

Terlihat De Vana dan Mira sedang duduk di ruang tamu sedang menunggu dirinya.

"Kapan papa sama mama datang?" tanyanya sembari berjalan menghampirinya.

"Barusan," jawab De Vana pelan sembari melipat korannya.

"Tumben pulang, dari club atau dari kantor?" tanya Mira sedikit ketus.

"Kantor," jawab Leo singkat sembari menyandarkan punggungnya ke sofa.

PLUK

Mira melemparkan beberapa lembar kertas foto di atas meja.

Leo hanya menatapnya tanpa mau melihat atau sekedar bertanya.

"Besok kita akan dinner bersama keluarga om Denta, jadi besok kamu harus datang," kata Mira membuat Leo memijat pelipisnya.

"Leo enggak mau," tolaknya dengan tegas.

"Lihat dulu fotonya, ia seorang model terkenal di Belgia, cantik dan sangat mapan, siapa tahu kalian cocok," kata Mira membuat Leo meraih kertas foto itu.

"Dulu juga cantik dan mapan, tapi tukang selingkuh. Mending sendiri aja duda sampai tua," gumamnya sembari merobek kertas foto itu lalu membuangnya ke tempat sampah.

Bugh

Mira memukul bahu Leo dengan dompet LV nya.

"Aduuhhh sakit ma," rintihnya dengan gemas sembari mengusap- usap bahu kekarnya membuat De Vana hanya terkekeh melihat tingkah putra dan istrinya.

"Enak aja mau duda sampai tua, mama juga butuh cucu, mama pengin gendong bayi," kata Mira mengungkapkan isi hatinya melihat putranya menduda selama 5 tahun.

"Kenapa enggak buat sama papa aja, kan entar sama- sama gendong bayi," Mira hendak memukul Leo kembali namun terhenti dan melampiaskannya pada De Vana.

"Salah apalagi papa coba," gumam De Vana heran saat Mira memukulnya, Leo tertawa melihat wajah pasrah papanya.

"Pokok mama enggak mau tahu, besok malam kamu harus dateng," kata Mira lalu beranjak dari duduknya dan keluar dari rumah.

De Vana lalu menatap putranya yang terlihat tenang dan santai.

"Sabar son, kontes perjodohan ini akan berakhir disaat kamu mau menerima salah satunya," kata De Vana memberitahukan.

"Ya tuan De Vana, tidak bisakah anda memberitahu mama jika putranya ini sangat tertekan?" De Vana tertawa.

"Papa hanya bisa menuruti kemauan mamamu yang terbaik," katanya membela diri.

"Bilang aja anda tipe- tipe suami takut istri kan?" De Vana menggelengkan kepalanya.

"Kata siapa? Papa hanya bersikap sebagai pasangan yang saling melengkapi," katanya dengan sangat bijak.

"Oh ya?" De Vana mengangguk mantap.

TINNNN

TINNNN

"De Vanaaa cepatlah keluar, aku ingin ke salonn," teriak Mira yang membunyikan klakson mobilnya.

"Iya ma tunggu bentar," Leo tertawa melihat tingkah papanya.

"Hei son, kau lihat saja nanti. Saat kau sudah menikah papa akan membalas menertawakanmu," kata De Vana di ambang pintu lalu menutup pintunya.

Leo hanya tertawa pelan dan menyandarkan punggungnya di sofa.

"Aku tidak akan pernah menikah," gumamnya mengingat bagaimana perselingkuhan istri dan sahabatnya 5 tahun lalu.