Dinner
Sepulang sekolah, Keysa dan Fely langsung menonton drama kesukaan mereka dengan makan beberapa camilan.
Keysa senang disaat dirinya merasa terpuruk dan sendiri ada Fely yang selalu ada untuknya.
Fely yang hidup sendiri sebatang kara juga senang bisa bertemu Keysa.
Dia merasa jika mempunyai keluarga meski hanya Keysa yang ia punya.
"Key entar malam pokok lo harus ikut gue," kata Fely memaksa.
"Kemana?" tanya Keysa penasaran dengan tatapan masih fokus pada layar laptop Fely.
"Entar lo juga tahu," kata Fely sembari tersenyum tipis membuat Keysa sangat penasaran.
Saat malam tiba, kedua remaja ini sibuk merias diri di dalam kamar.
Namun, yang membuat Fely heran adalah, Keysa memakai pakaian yang begitu tertutup.
"Astagaaa Keysaa, lo masak iya mau main keluar pakaiannya panjang gini?" kata Fely heran.
"Emang kenapa? Di luar dingin tahu," katanya sembari memeluk dirinya sendiri.
"Ya seenggaknya pakai baju yang kayak gue kek," kata Fely sembari menatap dirinya di pantulan cermin.
Keysa menatap sahabatnya yang berpakain begitu seksi dan terbuka itu.
"Bukankah itu sangat terbuka Fel, di luar cuacanya sangat dingin," kata Keysa menatap penampilan Fely yang begitu terbuka.
"Gampang, nanti bawa jaket," kata Fely sembari menambah olesan pada bibirnya.
Sedangkan Keysa yang tidak tahu akan di ajak kemana hanya diam dan berpikir tentang keluarganya.
Kemana mereka pergi?
Apa mereka sedang jalan- jalan bersama?
Lalu kenapa Keysa tidak diajak? Bukankah Keysa juga bagian dari keluarga mereka?
"Ayo tunggu apalagi, kita berangkat," kata Fely yang menarik tangan Keysa dengan begitu bersemangat.
•••
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di restoran milik Leo, ada dua keluarga yang sedang mengadakan dinner.
Namun, sayangnya orang yang mereka tunggu- tunggu tak kunjung datang.
Ya, siapa lagi jika bukan Leo.
Bahkan Mira sudah mengeluarkan sumpah serapahnya saat putra semata wayangnya tak kunjung datang.
Jika hanya telat 5- 10 menit mah enggak papa.
Ini sudah hampir 45 menit lamanya.
"Sorry telat, tadi macet," semua orang menoleh begitupun perempuan cantik itu yang mana tatapannya bertemu dengan mata elang Leo.
Leo langsung duduk bersama Ziko di sampingnya.
Bugh
"Aduh ma sakit," rintih Leo saat Mira memukul bahu kekarnya.
"Kamu ini dinner pakaiannya kucel gitu, mana keringetan lagi, enggak malu apa sama Vanya?" marah Mira saat melihat penampilan Leo begitu kusut.
"Namanya juga pulang kerja, ya enggak Zik?" Ziko yang duduk di samping Leo merasa tertekan karena harus berbohong, pasalnya tadi Leo sengaja berolahraga sebelum berangkat kesini agar cewek yang akan dijodohkan merasa ilfeel pada Leo.
Dengan terpaksa Ziko hanya mengangguk saat kakinya ditendang oleh Leo.
"Udah enggak papa Mir," lerai Denta membuat Mira tersenyum paksa karena ulah putranya.
Sebelum mengawali dinner, Denta menyampaikan niatnya pada keluarga Leo.
"Leo, om tahu jika kamu sudah lama menduda, sedangkan putri om kini juga sudah semakin dewasa, om rasa kamu paham ucapan om," kata Denta membuat Leo menghela napas dan itu membuat Mira langsung mencubit perut putranya.
Leo hanya mengusap pelan perutnya dan bersikap dingin.
"Saya menolak perjodohan ini," kata Leo to the point membuat Vanya yang mendengarnya sangat jengkel.
"Tapi kamu belum mencobanya, bagaimana jika kalian jalani dulu siapa tahu kamu cocok dengan putri om," kata Denta mencoba untuk membujuk Leo.
"Zik lo mau enggak?" tanya Leo menawari Ziko membuat Vanya meremas dressnya di bawah meja.
Ziko yang ditawari hanya melebarkan kedua matanya dan bingung.
Bugh
"Aduh ma sakit," rintih Leo saat Mira memukulkan tas Diornya pada punggung kekar Leo.
"Yang dijodohkan kamu kenapa malah nawari Ziko?" marah Mira membuat De Vana berusaha untuk menahan bibirnya agar tidak tersenyum.
"Leo kan udah bilang enggak mau," kata Leo dengan santainya.
"Tapi aku mau jalani perjodohan ini," sontak semua mata menatap Vanya.
"Tapi gue enggak mau," bantah Leo yang mampu membuat Vanya merasa malu.
"Leo jaga ucapanmu," kata Mira menepuk paha putranya.
"Maaf om terus terang saja, saya tidak mau menerima perjodohan ini," kata Leo sembari beranjak dari duduknya diikuti oleh Ziko.
"Leo berhentiii," panggil Mira berharap Leo kembali.
"Maaf ma Leo mau mandi," teriak Leo sembari melambaikan tangannya dan keluar dari restoran.
De Vana yang melihat hal itu sudah tak heran dan terkejut, pasalnya bukan hanya Vanya yang ditinggalkan begitu saja saat dinner dan ditolak mentah- mentah oleh putranya itu, sudah banyak perempuan selama 5 tahun ini.
Dan herannya De Vana merasa kagum dengan istrinya.
Yang mana Mira tak kenal lelah untuk menjodohkan Leo dengan perempuan yang menurut ia baik dan pantas untuk Leo.
"Maaf ya Denta, aku tidak bisa memaksakan Leo untuk menerima perjodohan ini," kata Mira mewakili Leo meminta maaf pada Denta dan Vanya.
"Iya enggak papa Mir, aku tahu perasaan Leo yang belum bisa menerima kenangan pahit masa lalunya," kata Denta berlapang dada.
Namun, tidak dengan Vanya yang terus mengumpat dan merutuki Leo yang mempermalukan dirinya.
Lihat saja, aku akan membuatmu bertekuk lutut dan mengemis cinta padaku, batin Vanya sembari menatap kepergian mobil Leo.
•••
Di sinilah Leo sekarang, di club Vana miliknya sendiri.
Selesai membersihkan diri, Leo langsung datang ke clubnya.
Bukan untuk bermain wanita melainkan hanya untuk duduk santai menikmati alunan musik dan minum wine.
Ziko duduk di samping Leo dan menatap para wanita yang tengah asyik berjoget ria.
"Emang lo enggak mau main sama mereka?" Ziko menggelengkan kepalanya.
Leo menatap Ziko yang hanya berekspresi datar menatap banyaknya perempuan yang berpakaian seksi.
"Jangan bilang kalau lo gay?" tebak Leo membuat Ziko langsung mendelik kaget.
"Ya tuhan mana mungkin, saya juga masih normal seperti pria pada umumnya," kata Ziko membantah tebakan Leo.
"Terus kenapa lo enggak selera lihat mereka?" tanya Leo ingin tahu.
"Anda sendiri kenapa enggak selera sama mereka yang begitu banyak mendekati anda?" Leo langsung terdiam saat Ziko membalikkan ucapannya.
"Karena gue paling benci pengkhianatan," gumamnya sembari menenggak winenya.
Ziko hanya mengangguk paham.
"Lalu apa anda akan terus begini? Anda butuh seseorang untuk menemani setiap harinya. Tidak ada salahnya jika anda mencobanya lebih dulu," kata Ziko mencoba memberi saran pada Leo.
"Aku sudah mencobanya," kata Leo membuat Ziko menyemburkan winenya membuat Leo mendengus sebal.
"Secepat itu?" tanya Ziko tak percaya pasalnya dari 10 tahun ia bekerja dengan Leo, baru kali ini tuannya itu mendengarkan nasehatnya.
Ziko menatap wajah Leo yang terlihat begitu tenang dan seperti orang sedang kasmaran.
Sejak masuk tadi gadis yang duduk di sudut ruangan itu terus menarik perhatian Leo.
Pasalnya hanya gadis itu yang mengenakan pakaian panjang nan sopan.
Bahkan ia terlihat begitu cantik dan menggemaskan di mata Leo.
Deg
Hati Leo berdesir hangat dan berdetak cepat saat tatapan mereka bertemu meski hanya sekilas.
Ziko yang begitu penasaran dengan apa yang sedang ditatap Leo langsung bertanya.
"Tuan, wanita mana yang anda tatap dengan sejuta cinta itu?" tanya Ziko sembari mencari wanita yang menurut Ziko bisa menarik perhatian Leo.
"Dapatkan wanita itu untukku," perintahnya.