Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8. I'LL KILL THAT BASTARD

"Saya tidak memahami alasan Anda, Tuan. Tuan harus memberi tahu Nona Lara mengenai penyakit Anda. Nona Lara akan patah hati jika dia tahu kalau Anda berusaha menyembunyikan penyakit Anda darinya."

Mendengar kata-kata Long, Thomas menggelengkan kepalanya karena tidak setuju. "Lara terlihat tegar dan kuat dari luar, tapi itu hanya caranya melindungi dirinya sendiri. Sejak kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan mobil itu, Lara menjadi antisosial. Dia menarik diri dari dunia luar dan menutup diri.

Keluarga Genevra sangat kompleks dan bukan rahasia lagi jika semua bibi dan pamannya mengincar perusahaan, ingin menelan GV International sehingga Morgan dan aku bekerja sangat keras."

Perlahan Thomas membuka matanya dan mengambil gambar yang tersembunyi di dalam dompetnya. "Morgan dan Lusi tidak pernah ingin menyeret Lara ke dalam perebutan kekuasaan dalam keluarga, tapi akulah yang mendorongnya ke dalam kekacauan ini.

Saat dia masih kecil, Lara adalah gadis kecil yang mempesona. Senyumannya cerah seperti matahari. Dia sangat lincah dan nakal seperti anak normal. Namun, semuanya berubah ketika dia dipaksa dewasa lebih awal. Seperti burung yang terperangkap dalam sangkar emas. Dia kehilangan sayap dan kemampuannya untuk terbang."

Long terdiam setelah mendengar kata-kata Thomas, lalu selang beberapa menit kemudian dia berkata, "Tuan, saya yakin Nona Lara sendiri yang ingin mengambil alih bisnis keluarga. Saya tahu Nona Lara tidak menyesal meninggalkan segalanya demi melindungi Anda. Kalau boleh saya katakan, meskipun Nona Lara tidak mempunyai kebebasan, tetapi selama Anda bahagia, maka dia pun akan bahagia."

Thomas kembali menggelengkan kepalanya. "Betapapun indah dan berharganya sangkar itu, pada akhirnya tetaplah sangkar. Bagaimana mungkin seekor burung bisa bahagia bila dipenjara? Dia seharusnya terbang tinggi di atas langit."

"Uhuk, uhuk." Mungkin karena mengingat masa lalu, Thomas tiba-tiba merasa tertekan dan mulai batuk lagi.

"Tuan ...." Long tiba-tiba merasa tidak enak. Dia benar-benar ingin memberi tahu Lara, tetapi dia hanya seorang bawahan dan dia harus mematuhi tuannya. Bukan karena dia takut dipecat, tetapi karena Long tahu bahwa dalam situasi seperti ini, orang luar tidak boleh ikut campur.

"Pergi saja ke rumah sakit. Jangan biarkan siapa pun tahu tentang penyakitku, terutama serigala bermata putih yang bersembunyi di balik bayang-bayang."

"Baik, Tuan. Saya mengerti."

***

Sementara itu saat Lara kembali, dia menemukan pria itu sedang duduk di kursi meja makan, menyeruput kopi seolah-olah semua yang terjadi beberapa waktu lalu hanyalah isapan jempol dari imajinasinya.

Lara berjalan ke arah meja dan duduk di sisi lainnya. Dia merasa sangat lapar setelah semua pergumulan 'jantung berdebar-debar' dan 'menakjubkan' yang dialaminya.

Pria itu menaruh beef slice goreng dan telur di piringnya tanpa berkata apa-apa. Gerakannya sangat halus seolah-olah dia telah berlatih sejak lama.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari pria asing, Lara merasa canggung. Dia tidak terbiasa dilayani secara pribadi. Meskipun mereka memiliki pelayan sendiri di Genevra Mansion dan Lara tumbuh dengan memiliki pelayan di sisinya, tetapi dia tidak suka memerintah mereka dan ingin melakukan semuanya sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain.

Itulah alasan mengapa dia meninggalkan mansion dan mendapatkan tempat tinggalnya sendiri. Meskipun sebenarnya dia enggan meninggalkan kakeknya sendirian, tapi dia suka mandiri. Dia akan mengunjunginya sesekali jadi semuanya baik-baik saja.

Dia tidak mempekerjakan siapa pun untuk melayaninya karena dia ingin menjadi dirinya sendiri, meski hanya di tempat mungilnya ini.

Sangat melelahkan untuk bersikap acuh tak acuh dan tidak peduli sepanjang waktu. Otot wajahnya sakit karena membeku setiap kali dia memakai "topeng" untuk menipu kerabat dan karyawannya.

Oleh karena itu, dia merasa sangat canggung ketika pria itu dengan mudah memberikannya makanan seolah-olah dia dilahirkan untuk melayaninya.

"Umm, terima kasih," ucap Lara kemudian dia menggigitnya dan mulai makan. Dia menatap pria itu dan perlahan berkata, "Ini mungkin terdengar aneh karena kita sudah tidur bersama, tapi ... siapa kamu?"

Setelah kalimat terakhir diucapkan oleh Lara, dua mata indah sedalam galaksi itu tiba-tiba menatap tajam ke arahnya, seolah pria itu ingin membuat lubang di tubuh Lara dengan tatapannya.

"Ah ... baiklah, baiklah. Ini semua salahku karena berguling-guling di ranjang bersamamu tanpa mengetahui namamu, oke? Tidak perlu melihatku seolah aku adalah sampah terhebat di muka bumi."

Sebenarnya, Lara tidak menyukai tatapan itu. Dia sangat ingin menusuk mata itu dengan garpu yang ada di tangannya, tetapi dia menahannya. Akan sia-sia jika menghancurkan sepasang mata indah ini.

"Em ... namaku Lara. Siapa namamu?" Lara hanya bisa tersenyum riang sambil mencoba mencari informasi tentangnya.

"Liam."

"Oh, Liam."

Lara mencoba mengingat apakah ada beberapa keluarga yang memiliki putra bernama Liam, tetapi dia tidak dapat memikirkan satu pun.

"Baiklah. Kalau begitu aku ke atas dulu. Aku akan berada di ruang belajar. Ketuk saja jika kamu butuh sesuatu. Karena kamu akan tinggal di sini, aku harap kamu mengikuti aturan dan tidak menggangguku saat aku sedang bekerja. Selain itu, kamu dapat melakukan apa pun yang kamu inginkan di dalam rumah."

Setelah mengatakan semuanya, Lara segera bangkit dari duduknya dan berlari ke atas seolah sedang diburu. Dia takut pria itu akan terus mengganggu dan menggodanya seperti yang terjadi sebelum kakeknya datang.

Pria itu hanya menatap punggungnya saat dia berlari menyelamatkan nyawanya.

***

Lara tertidur di meja kerjanya setelah melakukan beberapa revisi dokumen yang diperlukan untuk pertemuan besok. Setengah tertidur, dia merasakan tubuhnya melayang, seperti ada yang tiba-tiba menggendongnya.

Beberapa saat kemudian dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang nikmat saat dia merasakan kelembutan tempat tidur di punggungnya hingga beberapa menit kemudian, dia merasa tergelitik di dadanya.

"Umph ...."

Saat Lara membuka matanya, dia melihat Liam sedang menghisap pucuk kemerahan dadanya! Dia tersipu dan mencoba mendorongnya.

"Liam, hentikan!" seru Lara sambil menyilangkan tangan di dada, berusaha menjaga dan menutupi bukit kembarnya.

"Kenapa?"

"Aku sudah bilang kalau kamu harus mengikuti peraturanku jika kamu ingin tinggal di sini!" Lara mencoba mencari alasan.

"Aku tidak mau. Kamu bilang aku bisa melakukan apa saja yang aku mau di dalam rumah," kata Liam yang kemudian menundukkan kepalanya, lalu menyingkirkan tangan Lara kemudian melanjutkan tindakan sebelumnya, menghisap salah satu dada Lara seperti bayi lapar sementara satu tangannya yang lain memijat dada lainnya.

"Liam! Aku ada pekerjaan besok!" Lara berusaha menghentikan dan memandang Liam.

"Jangan khawatir. Aku tidak akan membuatmu lelah." Setelah mengatakannya, bibir Liam langsung menangkap bibir Lara, melarangnya mengucapkan sepatah kata pun.

"Liam ... akh—"

Di malam di mana bulan bersinar terang, seorang pria dan seorang wanita yang sedang penuh gairah melakukan ritual yang harmonis. Ditemani oleh tangisan samar makhluk malam, suara sensual dan bisikan terdengar di dalam ruangan.

***

Keesokan paginya Lara terbangun dalam keadaan linglung. Dia duduk di atas tempat tidur dan melihat jam dinding.

Waktu menunjukkan pukul 10:16 pagi.

Seketika rasa kantuk Lara pun hilang.

"Oh sial! LIAAM ... aku akan membunuh bajingan itu!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel