Ringkasan
(WARNING!! Cerita dalam novel ini mengandung isi 21++ dan berlatar belakang luar negeri jadi harap bijak dalam memilih bacaan). Sanggul tinggi, kacamata, kemeja lengan panjang, dan rok plisket. Dengan berpakaian sangat tertutup Lara Aloody Genevra mencapai usia 28 tahun tanpa melakukan interaksi intim dengan laki-laki. Pada usia dini, sebagai seorang yatim piatu, Lara mendedikasikan dirinya untuk merawat kakeknya dan bisnis keluarga mereka. Dia memilih untuk menjalani kehidupan yang berbeda dari perempuan normal. Kini, sebagai CEO GV International, orang-orang memandangnya sebagai wanita tanpa emosi. Namun, jauh di lubuk hatinya, Lara sama seperti wanita lainnya yang ingin merasakan keindahan hidup dan romansa. Karena tekanan sang kakek dalam pernikahan, Lara memutuskan untuk membiarkan dirinya mengalami kehidupan seorang wanita lajang tanpa rasa khawatir sebelum mengikat ikatan pernikahan. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia mabuk dan berpesta sepanjang malam di sebuah night club hingga terjadi one night stand dan dalam sekejap dia menjadi 'sugar mommy' seorang pria yang ternyata adalah Liam Adelheid—CEO perusahaan lawan yang sedang membuatnya geram dan Lara telah memutuskan melawan perusahaan tersebut. Lara dengan tegas menolak Liam ketika dia mengetahui semua kenyataannya, tetapi setiap inci tubuhnya menginginkan sebaliknya.
Bab 1. CEO IBLIS WANITA
"Beginikah caramu melakukan pekerjaanmu?! Kalau kamu berpikir perusahaan membutuhkan pekerja sepertimu, kamu pasti sedang bermimpi. Apa yang kamu lakukan? Ulangi semuanya!! Aku akan memberimu waktu seminggu untuk menyelesaikan masalah ini. Pertemuan kali ini ditunda dan kamu lebih baik jangan mengecewakanku, kalau tidak ...!"
Tanpa berkedip, Lara meninggalkan ruang meeting dan kembali ke ruangannya.
Penyihir, iblis wanita, nenek sihir ... Lara menyadari semua panggilan nama di belakangnya, tapi dia tidak mempedulikannya. Yang harus dia lakukan hanyalah memastikan perusahaan sang kakek yang telah diserahkan kepadanya tidak bangkrut dan terus sejahtera.
"Bos, ini laporan terkini tentang pasar saham." Ricci meletakkan kertas-kertas itu di atas meja kerja Lara.
Lara mengambil folder itu dan diam-diam membaca konteksnya. Beberapa detik kemudian, alisnya berkerut.
Brak!! Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menggebrak meja dengan marah.
"Apa maksudnya ini? Apakah Adalheid Corporation mencoba memonopoli segalanya?!"
Ricci dan kedua asistennya tersentak. Dia melihat kedua asistennya memandangnya dengan tatapan menyedihkan dan tidak bisa menahan nafas dalam hati.
"Bos, Anda tidak bisa memaksa mereka berhenti jika mereka tidak mau," batin sang asisten.
"Perusahaan Adalheid mulai sombong. Apakah mereka berpikir kalau mereka dapat menghancurkan GV International-ku dan menggantikan kita? Siapa dalang di balik ini? Apakah ini ulah si tua Adalheid?"
Lara mencoba mengontrol dirinya sendiri dan berusaha menekan amarahnya. Awalnya Adalheid Corporation dan GV International bukanlah musuh dalam dunia bisnis karena kedua perusahaan memiliki bidang kerja yang berbeda.
"Tidak, Bos. Rumornya cucu tertua pimpinan Adalheid group akan segera mengambil alih perusahaan. Setelah pergantian manajemen, mereka akan melakukan ekspansi dan memasuki pasar kita tahun ini."
Mendengar kata-kata Ricci, Lara tidak bisa untuk tidak mengutuk dalam hati. "Brengsek!!"
Lara mengepalkan tangannya. Dia memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam selama beberapa detik kemudian berkata, "Berapa banyak waktu yang kita miliki sebelum Adalheid Corporation memasuki pasar kita?"
Ricci terdiam. Pasalnya dia takut mengatakan yang sebenarnya kepada Lara.
"Bicaralah. Berapa lama?" Tidak ada sedikit pun emosi di wajah Lara, tapi kata-katanya penuh dengan kedinginan.
"Menjawab Bos, waktu kita hanya tersisa satu bulan. Paling lama dua bulan." Ricci menelan ludah. Dia takut dalam waktu dekat, mereka semua yang berada di dalam kantor akan meninggal tanpa dikuburkan.
Lara tidak berbicara selama beberapa saat, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja.
Melihat sikap bosnya itu, Ricci merasakan udara dingin dengan mudah menembus setiap tulang tubuhnya.
'Ugh ... dingin sekali. Aku ingin pulang.' Saat ini Ricci rasanya ingin menangis, tetapi tidak bisa mengeluarkan air mata.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba suara tawa menggema di dalam kantor. Tawa itu penuh dengan kebencian yang membuat Ricci dan kedua asistennya gemetar ketakutan. Kedua asisten itu berusaha sekuat tenaga menjaga agar lututnya tidak melemas karena ketakutan dan terjatuh ketika berdiri, kaki mereka gemetar hebat.
"Bos menakutkan sekali," gumam mereka dalam hati.
"Baik! Jika mereka ingin menelan segalanya, aku ... Lara Aloody Genevra tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Karena mereka ingin menginjak-injak GV International-ku, lebih baik mereka bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Wanita ini tidak akan mudah ditindas!"
Setelah perkataannya itu, terdengar ponsel Lara berdering. Saat melihat ke layar, Lara melihat nama 'Kakek' muncul di layar.
"Ricci, hubungi semua pemegang saham. Buatlah janji untuk pertemuan darurat kita tiga hari nanti."
Setelah memberikan beberapa instruksi kepada Ricci, Lara menerima panggilan dari sang kakek tersebut.
"Kakek? Ada apa? Kenapa kamu menelepon?"
"Dasar anak bodoh! Apa kakek hanya menelepon karena kakek butuh sesuatu?"
Lara memutar matanya dengan malas. Dia tidak menanggapi pertanyaan Thomas Genevra—Kakek Lara—membuat lelaki tua itu terbatuk beberapa kali untuk menyembunyikan rasa malunya.
"Huh ... memiliki cucu yang tegas memang sulit," batin Thomas sambil menangis di dalam hatinya.
Kemudian Thomas melanjutkan perbincangan. "Hm, kakek sudah berpikir ... Lara, kapan ya kamu akan memberiku cicit? Tidak bisakah kamu berhenti bekerja untuk sementara waktu dan fokus mencari suami? Kalau kamu tidak keberatan, kakek akan membantumu!"
Thomas terdengar sangat bersemangat di telepon. Semua keluh kesah yang dia rasakan tiba-tiba sirna ketika dia teringat pembicaraannya dengan sahabatnya.
"Jangan khawatir! Jika kamu sangat sibuk, serahkan saja semuanya kepada kakek. Nanti kakek akan memilihkan spesimen muda yang bagus untukmu! Untuk itu kakek sudah memiliki seseorang—"
Mendengar perkataan kakeknya, Lara menghela nafas dan segera memotong kalimat sang kakek.
"Kakek. Bisakah kamu menghentikannya? Aku tidak punya waktu saat ini. Aku sedang sibuk dengan urusan perusahaan kita dan—" Lara mencoba menjelaskan, tetapi kalimatnya langsung terpotong.
"Lara!! Aku tidak memberikan perusahaan itu kepadamu agar kamu bisa memperbudak dirimu sendiri dengan bekerja tanpa henti! Kamu adalah satu-satunya kerabat yang aku miliki dan satu-satunya harta yang tersisa. Aku lebih baik kehilangan perusahaan daripada membiarkanmu menjadi seorang perawan tua!"
Setelah semua kata-kata Thomas terucap, serangkaian batuk ringan terdengar di seberang telepon.
"Kek, kamu baik-baik saja?" Lara mulai panik. Orang tuanya meninggal ketika dia masih muda. Dia hanya memiliki kakek-nya sebagai satu-satunya keluarga dan jika sesuatu terjadi kepadanya, dia tidak bisa melanjutkan hidup lagi.
"Lara, uhuk ... keputusanku sudah final. Suka atau tidak, kamu akan menikah tahun ini! Atau ... uhuk uhuk ... lupakan saja kalau kamu masih punya kakek." Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Thomas langsung memutuskan sambungan telepon.
Tut tut tut ....
Kini yang bisa Lara dengar hanyalah nada pemutusan sambungan. Dia duduk di sofa dan tidak tahu harus berbuat apa.
***
Lara diam-diam melihat ke jendela kaca ruangannya untuk beberapa saat. Di jendela kaca itu dia melihat bayangan seorang wanita yang penuh ketidakpedulian.
Berbeda dengan wanita lain yang mengenakan gaun cantik dan riasan indah, wanita dalam pantulan kaca itu berpakaian konservatif tanpa sentuhan kecantikan yang harus dimiliki seorang wanita.
Sekali melihat dan orang-orang akan tahu kalau wanita ini pasti sangat membosankan dan tidak layak untuk disayangi sama sekali.
Lara menghela nafas. Dia juga sebenarnya ingin menjadi normal. Siapa yang tidak ingin berdandan dan menjadi cantik? Khususnya bagi perempuan, menjadi cantik akan memberinya kepercayaan diri.
Lara tidak tahu kapan dia mulai berperilaku berbeda. Menjadi yatim piatu sejak kecil, dia memaksakan dirinya untuk menjadi dewasa sejak dini.
Karena dirinya yang asli memberikan kesan muda dan kekanak-kanakan maka dia memutuskan untuk membelenggu dirinya dengan salah satu cara yaitu berdandan seperti sekarang ini untuk menyembunyikan penampilannya yang sebenarnya.
Namun, siapa yang mengira kalau sudah bertahun-tahun berlalu. Sekarang dia menjadi wanita acuh tak acuh dan tidak memiliki emosi. Tidak hanya terhadap orang-orang dengan niat jahat, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Akan sangat mengejutkan jika dia tiba-tiba "melepaskan" dirinya dari belenggu.
Lara berdiri, perlahan berjalan menuju jendela. Di sana, sekali lagi dia melihat wanita itu dalam pantulan. Dia meraih sanggulnya dan mengendurkannya. Rambut hitam tebal seketika jatuh terjuntai ke belakang punggungnya.
Dia melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di atas meja. Di sana, wanita yang dilihatnya di pantulan beberapa waktu lalu seketika berubah menjadi wanita berbeda di hadapannya.
Wanita yang memiliki wajah yang mampu membangkitkan hasrat setiap pria dan sepasang mata yang mampu mengungkapkan ribuan kata, wanita itu sangatlah cantik. Ya, dirinya yang asli adalah seorang wanita cantik yang penuh vitalitas dan awet muda.
Tapi siapa yang peduli kalau dia cantik?
Tidak ada yang tahu bahwa jauh di dalam kulit terluarnya tersembunyi seorang gadis yang hanya ingin dimanjakan dan dicintai. Seorang gadis normal yang menangis saat menonton film romantis di Netflix, gadis yang paling menyukai warna pink, gadis yang akan meneteskan air liur saat melihat pria tampan dan sangat membenci kecoa.
Tidak ada ....
Tidak ada yang bisa membedakan iblis wanita dari neraka, penyihir di kelompok mereka hanyalah kamuflase untuk menyembunyikan segalanya dari orang-orang yang dianggap sebagai kerabatnya.
Lara sudah memutuskan bahwa dia tidak membutuhkan apa pun. Selama dia bisa melindungi kakeknya dan perusahaannya yang berharga.
***
Lara terus merenung selama beberapa waktu sebelum memutuskan menghubungi kakeknya kembali.
Butuh lima dering sebelum terhubung ke sisi lain.
"Kakek, aku ... aku akan mendengarkanmu. Aku akan menikah dengan orang yang telah kamu pilih." Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Lara tidak memberi Thomas waktu untuk menjawab dan langsung mengakhiri panggilan.
'Apakah keputusanku benar? Ya, itu tidak terlalu penting, tapi untuk kali ini sebelum aku menikah dengan seseorang yang tidak kucintai, aku ingin merasakan pengalaman menjadi wanita normal dengan kehidupan normal.'
Akhirnya, setelah entah berapa tahun, Lara memutuskan untuk 'membebaskan' jati dirinya dan merasakan kemuliaan hidup.