Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. MABUK

Pukul 8 malam, Immortal Night Club.

Seorang wanita keluar dari mobilnya dan berjalan menuju pintu masuk klub. Dia mengenakan jaket kulit hitam dan mini dress hitam dengan sepatu stiletto hitam senada hingga lutut. Dengan mengenakan pakaian serba hitam, dia menarik perhatian setiap pria yang dia lewati.

Rambut panjangnya yang ditata dengan ikal berlapis bergelombang menari-nari di udara saat dia berjalan perlahan. Seperti bunga Red Spider Lily yang sedang mekar, wanita itu memancarkan aura yang menggoda dan anggun, tetapi beracun.

Ketika wanita itu tiba, dia langsung duduk di bar counter untuk memesan minuman dan mengedarkan pandangannya untuk mengamati sekelilingnya. Wanita cantik itu tidak lain adalah Lara.

Jika saat ini salah satu bawahannya melihatnya, mereka pasti tidak akan mengenali kalau wanita cantik yang mengenakan sexy mini dress menggoda ini adalah iblis wanita di perusahaan mereka, CEO Penyihir mereka.

Karena Lara sudah menerima pernikahan yang kakeknya persiapkan untuknya, dia tahu kalau dia tidak akan pernah bisa lepas dan melepaskan diri dari belenggunya. Jadi, sebelum menghapus sisi lain dari dirinya yang sebenarnya, dia ingin merasakan kehidupan seorang wanita normal.

Membeli pakaian yang indah, mengenakan gaun seksi, minum-minum di bar, bergembira sepanjang malam tanpa memikirkan hal lain. Dia ingin mengalami semua itu bahkan sekali seumur hidupnya.

Tapi ... dia tahu keterbatasannya dan tidak akan bertindak melewati batas. Dia hanya ingin menikmati malam ini dan menghargai momen yang dia tahu tidak akan pernah dia lakukan lagi.

***

Ruang VIP, Drunken Immortal.

"Tuan, aku harap semoga kerjasama kita akan sukses besar."

"Jangan khawatir, Tuan Simon. Setelah 2 bulan, perusahaan kami akan menjelajah dan memperluas bisnis kami."

Seorang lelaki tua gemuk mengulurkan tangannya ke depan, begitu juga dengan seorang pria tinggi nan tampan dengan tatapan tajam di hadapannya. Keduanya saling berjabat tangan untuk terakhir kalinya sebelum lelaki tua gemuk yang kerap dipanggil tuan Simon meninggalkan ruang VIP.

"Tuan, apakah Anda ingin—" tanya assisten sang pria tinggi kepada bosnya.

"Tidak. Aku akan tinggal di sini sebentar saja. Tidak perlu menemaniku. Kamu bisa pulang."

Setelah mendengar jawaban dari tuannya, asisten itu menundukkan kepalanya dan berbalik, lalu meninggalkan ruangan tanpa berkata apa-apa, meninggalkan pria itu sendirian di dalam ruangan VIP.

Beberapa detik kemudian, pria itu berdiri dan pergi ke jendela. Jika orang-orang yang menari di lantai bawah melihat ke atas, mereka akan melihat pria dengan aura seperti raja melihat ke bawah ke arah mereka.

Pria itu mengenakan jas hitam dan dasi merah. Matanya seperti mata elang, sorot matanya dalam dan waspada. Dia menatap ke bawah seolah sedang mencari mangsanya sambil meminum anggur di tangannya.

Kemudian tiba-tiba, matanya menyipit seolah dia tidak senang dengan apa yang dilihatnya. Beberapa menit kemudian, dia meletakkan gelas minumannya, mengambil jasnya dan melangkah meninggalkan ruangan.

***

Di sisi lain Lara sedang berjalan di lorong dengan tangan kirinya menelusuri dinding. Dia mabuk untuk pertama kali dalam hidupnya.

"Argh ... ya Tuhan! Kenapa aku minum banyak sekali?" gumamnya. Saat ini kepalanya seperti berputar, dia hanya ingin berbaring dan tidur, tapi keadaan mendesaknya untuk segera pergi ke toilet.

Lara berdiri dan melangkah pergi. Dia tidak menghiraukan setiap pria yang berusaha mencari perhatian dan kesenangan bersamanya. Dia ingin lepas dari lalat-lalat yang beterbangan di sekelilingnya. Lalat-lalat jelek itu mencoba mengambil kesempatan darinya.

***

Saat berjalan, tubuhnya bergoyang ke kiri dan ke kanan meski dia berpegangan pada dinding untuk menopang dirinya.

Sejak Lara mabuk, dia merasa dunia berputar, membuat kepalanya pusing dan bingung. Ketika salah satu pelayan yang membawa gelas wine tiba-tiba muncul di hadapannya, dia tidak tahu harus berpaling ke mana agar tidak bertabrakan dengan pelayan.

Di menit-menit terakhir, dia mencoba memutar tubuhnya, tapi tidak berhasil karena momentumnya.

Bruk!

Lara dan pelayan itu bertabrakan satu sama lain. Tabrakan itu mendorong Lara mundur ke belakang.

Lara memejamkan mata, bersiap jatuh dan merasakan sakit, tetapi nyatanya rasa sakit itu tak kunjung dia rasakan karena tanpa dia sadari sebuah tangan besar meraih pinggangnya dan menariknya ke atas.

Tanpa berpikir dua kali, Lara secara naluriah melingkarkan tangannya ke arah orang yang menangkapnya. Karena kekuatan menarik yang dia berikan, wajah pria itu jadi semakin dekat dan Lara bahkan bisa merasakan napas panas pria itu hanya beberapa inci dari bibirnya. Dia mau tak mau terkesiap.

Saat ini kepalanya tidak bisa mencerna semuanya secara instan sehingga dia menjadi tercengang. Dia sadar kembali ketika dia merasakan sesuatu yang panas menyentuhnya.

Lara mencoba mendorongnya, tetapi pria itu dengan posesif melingkarkan lengan kirinya di pinggang Lara sementara tangan yang lain terus bergerak naik turun di belakang punggungnya.

Karena tidak terbiasa disentuh secara intim seperti itu, Lara menepis tangan yang terus berkeliaran di sekitar tubuhnya.

"Nona, kamu harus memberi kompensasi kepadaku." Sebuah suara dingin dan dalam berbisik di sampingnya.

Lara tiba-tiba teringat kata-kata 'suara yang dapat meresapi telinga' yang dia dengar ketika dia berada di dalam toilet umum.

Dia memicingkan matanya, mencoba melihat wajah pria itu, tetapi sayangnya dia hanya bisa melihat siluetnya. Lara mengulurkan tangannya ke atas, ingin meraih wajah pria itu dan menariknya lebih dekat. Kemudian Lara mengangkat kepalanya sambil menarik leher pria itu ke bawah.

Lara menatap heran ke wajah pria itu dengan bodoh. Dia tidak tahu apakah itu karena dia mabuk atau karena mata indah pria itu yang menatap ke arahnya. Yang jelas saat ini jiwanya seperti ditarik keluar dari tubuhnya.

Lara tersenyum dan tiba-tiba mencondongkan wajahnya ke depan dan cup! Dia menciumnya.

"Hehehe. A-Aku sudah menandai, hik ... apa yang jadi milikku. Kemarilah, hik ... ikuti wanita ini dan kamu tidak akan kelaparan."

Setelah Lara merancau, dia merasa dunia mulai berputar dan dia merasa perutnya terasa aneh.

"Huek—"

Merasa tidak bisa lagi menahan rasa mual dan akhirnya dia muntah di baju pria itu.

Selesai mengeluarkan isi perutnya, tubuh Lara menjadi lemas dan terkulai ke depan. Mata pria itu menyipit dan dengan segera mengangkat tangannya untuk menangkap Lara.

Pria itu melirik wanita yang kini dalam pelukannya. Wanita ini memiliki hidung mancung, bibir kecil dan sempit. Dia adalah lambang kecantikan. Hanya dengan memeluknya saja sudah membuatnya menjadi liar seperti binatang buas yang sedang kepanasan.

Aromanya, tidak seperti aroma parfum yang menyengat seperti yang dimiliki kebanyakan wanita, hanya mengandung sedikit aroma anggrek. Bahkan bau muntahan dan anggur yang disiramkan pada keduanya tidak bisa menutupi wangi yang dikeluarkan tubuhnya. Ini adalah pertama kalinya dia merasa seperti ini. Hingga tanpa alasan, dia ingin memilikinya.

Jika bukan karena kendali dirinya yang besar, dia mungkin akan segera membawanya langsung. Pasalnya sesuatu di dalam tubuhnya mendesaknya untuk memilikinya sepenuhnya.

Tidak peduli dengan lingkungan sekitar, pria itu membawa Lara keluar club dan memasukkannya ke dalam mobilnya.

"Mm ... mm."

Setelah ditempatkan di kursi dalam mobil, Lara mengerang dan menggeliat sambil mengatur dirinya untuk mencari posisi yang nyaman.

Pria itu terus memandangnya seolah dia mencoba mengukir wajah Lara di matanya. Kemudian sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benaknya ….

'Wanita ini milikku.'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel