Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. MERUTUKI DIRI

"Ugh ...."

Lara terbangun dengan perasaan grogi. Dia ingin terus tidur, tetapi dia ingin ke toilet. Dia perlahan membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali.

Kepalanya terasa sakit. Dia menutup matanya sekali lagi dan menarik napas dalam-dalam. Dia berada di tempat tidurnya, berbaring. Dia membiarkan dirinya menyesuaikan diri untuk mengurangi sakit kepalanya.

Beberapa menit kemudian, dia perlahan menggerakkan tubuhnya, ingin bangun dari tempat tidur, tetapi ketika dia menggerakkan tubuhnya dia merasakan sakit di bagian inti tubuh bawahnya. Rasa sakit itu seolah-olah disebabkan oleh seseorang telah menikamnya di sana dengan pisau.

"Sial! Sakit sekali." Lara mengutuk dalam hati.

Setelah beberapa saat dia diam-diam menegur dirinya sendiri ketika dia telah menyadari sesuatu. Bahkan tubuhnya pun seketika menjadi kaku saat dia menyadari kalau dia bukan satu-satunya orang yang terbaring di tempat tidur.

Dengan segera Lara menoleh dan seketika rasa ngeri menghampirinya saat melihat seorang pria telanjang di sampingnya. Dia bahkan tidak menyadari kalau dia sedang tidur di bahunya dan lengan lainnya melingkari pinggangnya.

"Siapa pria ini?!" tanya Lara dalam hati.

Lara juga bertanya-tanya kepada dirinya, "Apakah seseorang mengambil kesempatan tanpa dia sadari?"

***

Awalnya Lara tidak ingat akan semua yang terjadi. Namun, tiba-tiba satu persatu potongan-potongan ingatan tentang apa yang terjadi semalam memasuki pikirannya.

Para lalat dan buaya menjijikkan itu, bertabrakan dengan pelayan, kejatuhannya, lalu pria dengan mata sedalam galaksi dan dia ... menggodanya!

"Oh, TIDAK!" Seketika mata Lara membulat saat dia berteriak dalam hati. "Apakah aku telah bertindak sembarangan dengan 'memakannya' sampai habis?!"

'Apa yang sedang terjadi?!'

Lara merasa tubuhnya seperti terendam air dingin. Wajahnya memucat saat dia menatap pria di sampingnya.

'Apakah aku baru saja berguling-guling di tempat tidur bersama orang asing ini?!'

Dia memandangi dirinya sendiri dan menemukan bahwa selain telanjang, tubuhnya penuh dengan gigitan cinta. Dada kirinya terdapat bekas gigitan samar dan beberapa bagian lengannya memar.

Pikiran Lara benar-benar kacau ketika dia mencoba mengingat semua yang terjadi tadi malam. Dia ingat sebelum dia pingsan, dia menggoda pria tak dikenal—orang asing!

'Uwaah!! Ini semua salahku. Ugh ... aku tidak percaya aku kehilangan keperawananku begitu saja tanpa sebab. Seharusnya aku tidak melakukannya. Ah ... ini benar-benar memalukan!'

Lara menatap pria yang telah berbagi malam dengannya. Dia memiliki alis yang tebal dan bulu matanya yang panjang. Rambutnya acak-acakan dan mulutnya ada luka kecil di sudut.

Meskipun penampilannya berantakan, tapi terlihat anggun dan sikapnya angkuh. Bahkan aktor selebriti yang paling dipuji pun tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengannya.

Lara terus memandangnya dan menemukan kalau di tubuh pria itu juga penuh dengan gigitan cinta kecil.

Berbeda dengan yang ada di kulitnya yang putih dan halus, di tubuh pria itu selain ada bekas gigi kecil di kedua bahunya dan beberapa goresan di lengannya.

'Ya Tuhan, jangan bilang yang membuat jejak-jejak kemerahan itu ...? Ini—'

Lara tidak percaya kalau dia bisa bersikap nakal terhadap seseorang yang tidak dia kenal, bahkan seorang pria asing. Dia benar-benar tidak bisa mengingat semua yang terjadi setelah dia muntah padanya.

Dia melihat ke langit-langit sambil mencoba mengingat semuanya, tapi selain pingsan setelah dia memuntahkan seluruh isi perutnya, dia tidak bisa mengingat aktivitas intens yang dia lakukan bersama dengan pria di sampingnya ini.

Lara terus berkutat dengan isi hatinya hingga bahkan tidak menyadari ketika pria di sampingnya membuka mata dan menatapnya.

Ketika dia mulai tiba-tiba merasakan tatapan tajam dari sisinya, Lara tanpa sadar menoleh ke arah itu. Saat ini dua mata indah sedang menatapnya dengan intens. Bagaikan galaksi penuh bintang, matanya bersinar terang. Bibirnya melengkung ke atas yang membuatnya terlihat nakal meski ekspresi wajahnya dingin dan menyendiri.

Seolah digigit ular, seketika tubuh Lara menjadi kaku. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak balas menatapnya. Mereka berdua saling menatap tanpa berkedip.

Lara merasa tercekik, dia tidak bisa bernapas. Dia tidak tahu kenapa, tetapi dia merasa lingkungan sekitarnya tiba-tiba menjadi panas. Pria itu tidak mengatakan apa pun kecuali lengan kanannya tempat dia berbaring membelai kepalanya dengan lembut sementara lengan lainnya meraih pinggangnya, menariknya lebih dekat ke arahnya.

"Aah—"

Lara sangat terkejut. Nafas pria itu terasa panas dan menggelitik telinganya, membuat wajahnya tersipu seperti tomat matang. Dia merinding di sekujur tubuhnya. Mau tak mau dia merasa khawatir karena tindakan pria itu yang tiba-tiba. Tindakan itu sangat intim, membuat Lara tanpa sadar menghindar.

Ketika tiba-tiba teringat kalau keduanya telanjang di bawah kain tipis, Lara langsung panik. Sontak dia mencoba mendorong pria itu menjauh, tetapi dia terkunci dalam pelukan eratnya. Pria itu bahkan meletakkan kepalanya di bahunya dan mengendus aroma dari leher putihnya, mengabaikan usaha keras Lara untuk menjauhkan diri.

Lara merasa canggung karena ini adalah pertama kalinya dia mengalami keintiman dengan seorang pria. Menurutnya tadi malam adalah pengecualian karena dia tidak ingat apa yang terjadi di antara mereka.

Lara mencoba berbicara, tetapi tidak bisa berkata-kata ketika dia merasakan sesuatu yang keras di bawah sana menusuk perutnya.

"...."

Seketika Lara tiba-tiba merasa takut hingga dia lupa untuk melawan. Dia bisa saja menampar wajahnya atau menggigitnya dengan keras, tetapi karena dia lengah dan tidak bisa berpikir rasional, Lara seperti kelinci tersesat yang disudutkan oleh serigala besar yang jahat.

Tangan pria itu mulai bergerak, menelusuri setiap bagian tubuhnya, mulai dari pinggangnya, pantatnya, punggungnya dan ... bukit kembarnya.

Setiap inci tubuhnya yang disentuh tangan pria itu mulai terbakar. Beberapa detik kemudian, Lara bisa merasakan perubahan mendadak di dalam tubuhnya, seolah-olah dia sedang dipanggang dalam wajan. Dia menahan erangan yang ingin keluar dari mulutnya dan mencoba mendorongnya lagi.

Untuk menghentikan pria yang sedang mengambil kesempatan itu, Lara memaksa dirinya untuk berbicara dengan jelas sambil berusaha untuk tidak mengerang.

"U-umm. Permisi ... a-apa yang kamu lakukan? Akh!"

Pria itu menatapnya, tapi bukannya berhenti, dia malah memutar tubuhnya dan memposisikan dirinya di atas tubuh Lara. Dia menekankan tubuhnya ke arah Lara dan meningkatkan kecepatan tangannya.

Lara merasa ngeri pada dirinya sendiri. Meskipun tubuhnya terasa sangat panas, dia menyadari kalau dia mulai menikmati sentuhannya.

Pria itu menatapnya. Setiap perubahan ekspresi Lara tidak luput dari pandangannya. Di bawah tatapan tajamnya, Lara menelan ludahnya dan berusaha berbicara lagi.

"A-Aku percaya ini ... aah ... adalah sebuah kesalahan."

Lara merasa bingung. Jantungnya berdebar kencang dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menggeliat di bawah tubuh pria asing itu.

'Sial! Aku adalah CEO Penyihir! Banyak orang gemetar saat menyebut namaku. Menggeliat seperti ini adalah aib bagi diriku sendiri!' Lara terus merutuki diri dalam hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel