Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. SUGAR MOMMY

Lara yang menyadari kesalahannya langsung berusaha mencari alasan.

"Ehm ... cukup. Ya! Cukup dengan obrolan kita saat ini. Kamu pasti lapar, kan Kek? Aku ingin minta maaf kepadamu, jadi aku memasak makanan untuk kita berdua. Aku ingin meneleponmu dan mengundangmu ke sini, tapi sayang sekali kamu sudah di sini terlebih. Hahaha. Sungguh kebetulan sekali." Nada bicara Lara terdengar canggung, tetapi dia berusaha sebisa mungkin untuk terlihat normal.

Alis Lara berkerut dan mencubit tangan jahil yang menyentuh pahanya. Dia diam-diam memberi isyarat kepada pria itu untuk bersikap baik.

Setelah diam-diam dia menampar tangan jahil itu, dia segera mendatangi kakeknya. "Ayo Kakek, ayo makan." Lara berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang, membantunya berdiri dari duduk.

Lara menyesali segalanya. Dia menyesal mencoba mengalami kehidupan yang dia dambakan. Dia menyesal melepaskan kamuflasenya dan menikmati malam yang ramai di luar zona amannya sebagai ganti mengalami penyiksaan seperti ini.

Benar-benar bodoh baginya untuk berpikir bahwa semuanya baik-baik saja setelah direncanakan di dalam rumahnya.

Dia sangat bodoh karena terjerat rencana licik pria itu. Dia memiliki IQ tinggi, tetapi dia tidak menggunakan otaknya dengan benar. Dia merasa seperti baru saja berlari berputar-putar seperti hewan peliharaan kecil.

Sejak muda, dia sudah memiliki kendali yang baik terhadap emosinya dan dia selalu menjadi orang yang berkepala dingin.

Tetapi saat bersama pria itu, saat berbicara dengannya, bahkan hanya sedikit 'godaan' yang datang dari pria tak tahu malu itu, membuat wajahnya memerah.

Dia mau tidak mau merasa malu dan marah. Malu menjadi dirinya sendiri saat pria itu menggodanya. Itu membuatnya berpikir bahwa dia mungkin berada di bawah pengaruhnya.

Dia adalah seorang wanita dengan tanggung jawab besar di pundaknya. Dia tidak bisa bertindak tanpa memikirkan konsekuensi dari perilakunya. Jadi, dia sangat mahir mengendalikan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, dia tiba-tiba menemukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang aneh.

Di antara semua hal yang Lara yakini, pria inilah satu-satunya yang tidak bisa dia baca. Kata-katanya, tindakannya sangat berbeda dan mustahil baginya untuk menebak langkah selanjutnya, membuatnya tidak berdaya dan tidak mampu melindungi dirinya dari rayuannya.

'Apa rencananya? Dia sepertinya tidak peduli dengan uang, lalu kenapa dia menggangguku seperti ini? Apa niat dia sebenarnya? Dia seorang pengangguran yang tidak punya makanan untuk dimakan dan tidak punya rumah untuk tinggal.

Tapi ... kenapa aku mengizinkannya untuk tinggal di sini. Aku memberinya makanan dan tempat tinggal, juga mendukungnya. Bukankah itu yang sering mereka sebut dengan seorang Patron?'

Lara sangat terkejut dengan apa yang dia pikirkan.

'Apakah dia ... sugar mommy -nya?!'

"Lara! Dasar anak ini. Kenapa kamu berdiri dalam keadaan linglung?" Thomas mengguncangnya dengan ringan, membangunkan Lara dari lamunannya yang dalam.

"Hah? Ah, tidak ada apa-apa. Kakek, ayo kita makan sarapan—" Kata-kata Lara terputus ketika ponsel Thomas berdering. Namun, Thomas melihat ponselnya dan segera mematikannya tanpa menjawab.

"Kek, apa—?"

"Tidak ada. Tidak ada apa-apa. Ini untuk pemeriksaan. Hanya pemeriksaan seperti biasa."

"Oh. Apakah kamu ingin aku ikut bersamamu ke rumah sakit?"

"Tidak perlu. Long ada di sini untuk menemaniku. Makan saja sarapanmu. Sekarang Kakek harus pergi." Thomas menepuk bahu Lara dengan ringan, membuatnya merasa sedikit bersalah.

"Kalau begitu aku akan mengantarmu sampai ke mobilmu," kata Lara.

"Ooh, cucuku sangat berbakti. Kakek senang kamu ada di sisiku," balas Thomas.

Lara tersenyum saat mendengarnya kemudian dia melingkarkan tangannya di lengan pria tua itu.

"Kakek adalah satu-satunya keluargaku. Tentu saja. Aku sangat mencintai Kakek."

"Mmm ... Kakek berharap kamu akan melahirkan banyak Lara kecil sepertimu. Kakek juga akan mencintai mereka dengan sepenuh hati."

Mendengar kata-kata sang kakek, Lara tidak bisa berkata-kata, membuatnya terbatuk beberapa kali. Dia memutar matanya dalam hati dan pura-pura tidak mendengar apa-apa, lalu keduanya keluar rumah dengan mesra.

***

Setelah Lara dan kakeknya pergi, pria yang bersembunyi di bawah meja itu keluar dan berdiri. Dia dengan ringan menepuk bahunya sambil menatap celana kotornya. Wajahnya menjadi gelap saat dia mengambil ponselnya di dalam sakunya. Dia memutar nomor dan menunggu 2 dering sebelum seseorang menjawab.

"Tuan, Anda dari mana saja? Rapat akan dimulai pukul—"

"Batalkan semua janji temuku minggu ini." Aura ceria pria itu tiba-tiba menghilang. Jika Lara melihatnya, dia mungkin akan terkejut. Pria yang terus menerus menggodanya tiba-tiba berubah menjadi serius.

"Aku ingin kamu mencari segala sesuatu tentang wanita bernama Lara Aloody. Pemilik Unit 48-B Imperial Suite. Aku ingin tahu segala sesuatu yang menyangkut dirinya. Keluarganya, bisnisnya, pekerjaannya, semuanya. Terutama pria yang akan dinikahkan dengannya."

Di line seberang, sang asisten tidak bisa berkata-kata. Dia tidak percaya bosnya mencoba menggali segala sesuatu tentang seorang wanita. Ini pertama kalinya bosnya memperhatikan lawan jenis.

'Apakah bos sudah menemukan Nyonya masa depan kita, calon Nyonya kepala keluarga?'

"Kirimkan kepadaku secepatnya."

"Baik, Tuan."

Pria itu mengakhiri panggilannya. Dia melihat ke pintu tempat Lara dan kakeknya pergi.

Memikirkan apa yang dikatakan lelaki tua itu tentang Lara kecil yang berlarian, mata lelaki itu menjadi gelap dan senyuman berbahaya muncul di wajahnya.

"Lara ... kamu hanya akan melahirkan anak-anakku," ucapnya dengan nada dingin.

***

Di luar, Lara menemani kakeknya menuju mobil. Dia melihat Asisten Long menunggu mereka.

Ketika melihat mereka berjalan berdampingan, asisten Long segera keluar dari mobil dan membuka pintu depan.

"Kakek baik-baik saja. Lebih baik kamu kembali dan makan. Kamu harus menjaga tubuhmu. Kesehatanmu jauh lebih berharga daripada perusahaan jadi kamu tidak boleh hanya fokus dalam bekerja, tapi mengabaikan makan dan istirahat. Sekarang pergilah." Thomas mencoba mengirim Lara kembali ke rumahnya.

"Tapi ...."

"Ck, kembalilah, ada Long di sini. Tidak perlu khawatir. Ini hanya pemeriksaan rutin." Thomas bersikeras dan dengan ringan mendorong punggung Lara.

"Baik. Aku akan kembali sekarang. Hati-hati, ya? Aku akan mengunjungimu Rabu ini." Lara mencium pipi Thomas.

"Asisten Long, aku akan merepotkanmu dengan kakek. Beritahu saja aku jika terjadi sesuatu," kata Lara.

"Itu tugasku, Nona muda," balas Asisten Long.

Sekali lagi, Lara mengucapkan selamat tinggal kepada Thomas. Dia berbalik, lalu berjalan kembali masuk ke gedung dan naik lift.

"Uhuk, uhuk ...."

Begitu pintu lift tertutup, Thomas mengeluarkan serangkaian batuk.

"TUAN!" seru Asisten Long panik. Kemudian dia segera membantunya masuk ke dalam mobil dan mencoba menghubungi nomor telepon Lara, tetapi Thomas menghentikannya.

"Tidak perlu memberitahunya tentang hal ini," ucap Thomas.

"Tapi Tuan, bukankah seharusnya Nona Lara–"

"Cukup!" Thomas menghentikan kalimat Long, kemudian kembali terbatuk-batuk hingga saputangan putihnya berlumuran darah. Dia bersandar di kursi dan menutup matanya. "Kita ke rumah sakit."

Long hanya bisa mematuhi perkataan tuannya. Dia mulai menyalakan mesin dan perlahan melajukan mobil.

Thomas menarik napas dalam-dalam dan membuka mulut untuk berbicara. "Long, tahukah kamu kenapa aku menyembunyikan penyakitku dari Lara?"

Asisten Long menggelengkan kepalanya saat mengemudi. Dia telah bersama Thomas selama hampir sepuluh tahun, dia telah melihat dan mendengar hal-hal yang bahkan dapat membangunkan orang mati.

Bahkan rahasia terdalam Keluarga Genevra diketahui olehnya, tetapi satu-satunya hal yang tidak dapat dia pahami adalah keengganan Thomas untuk memberi tahu cucunya tentang keadaannya saat ini dan penyebab penyakitnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel