Bab 6
Keadaan ruangan yang hening menjadikan suasana di ruangan tersebut cukup tenang. Kamar adalah tempat yang sangat pas untuk merenung dan memikirkan segala masalah dalam hidup, beberapa orang kerap menjadikan tempat tersebut sebagai tempat yang paling aman untuk menenangkan diri.
Ibu panti kini tengah bingung, pikirannya melayang ntah ke mana, raut wajahnya yang sedih itu menjelaskan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Dia sengaja berdiam diri di dalam kamarnya karena takut jika anak-anak panti merasa khawatir ketika melihat raut wajahnya yang sedih itu.
Keadaan ekonomi kerap sekali menjadi pemicu masalah, sama halnya dengan apa yang dialami oleh Ibu panti saat ini. Akhir-akhir ini, tidak ada donatur yang mau menyumbang ke panti, hal itu membuat panti asuhan ini kekurangan dana, bahkan untuk memberi makan anak-anak pun sepertinya tidak akan cukup.
Anak-anak yang ada di panti asuhan ini cukup banyak, itu artinya banyak dana yang harus dikumpulkan lagi sedangkan Ibu panti sendiri hanya bekerja sebagai penjual kue keliling yang terkadang pendapatannya hanya cukup untuk membeli bahan-bahan kue untuk dijual keesokan harinya.
Semakin hari kebutuhan mereka semakin banyak, sedangkan tidak ada pemasukan sama sekali, bahkan donatur pun tidak lagi ada yang datang untuk membantu mereka, sudah cukup lama tidak ada yang datang ke panti asuhan ini lagi, sedangkan ibu panti hanya mengandalkan uang dari para donatur yang menyumbang untuk mereka, jika bukan karena itu ntah bagaimana nasib mereka semuanya.
Bagaimanapun caranya Ibu panti akan selalu bekerja keras untuk membuat mereka semua tetap mendapatkan makan dan tempat tinggal yang layak, walaupun Ibu panti sendiri harus bekerja keras untuk mereka, keberadaan anak-anak panti di panti asuhan ini sangatlah berharga, Ibu panti juga tidak ingin kehilangan mereka karena dia begitu menyayangi anak-anak itu seperti layaknya anak kandungnya sendiri.
Keadaan saat ini tidak akan membuat Ibu panti menyerah, dia akan terus mempertahankan mereka. Ntah bagaimana pun caranya, rejeki pasti akan menghampiri mereka, hal baik yang selalu dia lakukan dan segala doa yang dia langitkan tidak akan sia-sia, Tuhan pasti akan membantunya.
Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunan Ibu panti, suara orang dewasa itu membuat pikirannya tertuju ke arah para donatur yang biasa datang ke sini, Ibu panti memiliki sedikit harapan untuk itu, dia berharap jika seseorang yang datang ini akan memberikan bantuan untuk panti asuhannya.
Dia pun keluar dari dalam kamarnya dan segera menuju ke ruang tengah, setelah itu dia pun membuka pintu utama dan terlihat seorang pria dengan pakaian rapih yang melekat pada tubuhnya tengah berdiri di hadapannya.
"Selamat siang, Bu," sapanya sambil tersenyum dengan sopan.
Pikiran baik tadi seketika luntur tergantikan rasa khawatir, Ibu panti menatap pria tersebut dengan penuh tanda tanya, sebelumnya dia pernah datang ke sini dan diusir oleh anak-anak panti karena ketahuan menguntit Lalita, sekarang dia datang kembali ke tempat ini dengan tujuan yang ntah untuk apa.
"Ada apa?" tanya Ibu panti.
"Saya ingin mengobrol sebentar, apakah boleh? Kedatangan saya ke sini bukan untuk berniat jahat, kok Bu. Saya ingin membicarakan masalah kemarin," ucap Geon mencoba untuk menjelaskan tujuannya datang ke sini.
"Yasudah, silahkan masuk." Ibu panti mempersilahkan untuk masuk ke dalam.
Geon melangkahkan kakinya memasuki bangunan tersebut, hal pertama yang dapat dia lihat adalah ruang tamu dengan kursi yang sudah hampir usang tetapi masih layak untuk digunakan, beberapa tembok yang sudah mulai retak, serta bekas air hujan yang membasahi tembok menjadi pemandangan yang cukup menyedihkan. Bahkan cat tembok yang menempel pada tembok tersebut beberapa sudah mulai mengelupas dan hilang warnanya, keadaan ini cukup menyedihkan.
Melihat keadaan panti yang seperti ini membuat Geon menjadi tidak tega disaat ia mengingat rencana dengan Daniel, tapi jika dipikir-pikir lagi rencana tersebut juga bisa membantu mereka dan membuat panti ini menjadi lebih baik.
"Silahkan duduk, saya akan buatkan minuman terlebih dahulu." Ibu panti mempersilahkan Geon untuk duduk sebelum dia pergi menuju dapur untuk membuatkan minuman.
Geon yang sedari tadi melihat ke sana ke mari itu memilih untuk duduk pada salah satu kursi yang berada di sana. Tak lama kemudian Ibu panti datang sambil membawakan teh hangat untuk Geon dan meletakkannya di hadapan Geon.
"Terima kasih, Bu, maaf merepotkan," ucap Geon dengan sungkan.
"Tidak apa-apa," balas Ibu panti yang kemudian ikut duduk pada kursi yang tak jauh dari Geon.
Geon meminum teh tersebut sebagai rasa hormatnya. Walaupun hanya sebuah teh manis atau bahkan air putih sekali pun, sebagai seorang tamu harus tetap menghargai apa yang diberikan oleh tuan rumah.
"Kedatangan saya ke sini untuk meminta maaf soal masalah kemarin, Bu. Saya tidak ada niat sedikit pun untuk menguntit Lalita," jelas Geon.
"Sebagai tanda permintaan maaf dari saya, ini ada sedikit uang untuk Ibu dan juga anak-anak panti yang ada di sini, semoga dengan uang tersebut bisa bermanfaat untuk semua anak-anak panti yang tinggal di sini." Geon berucap sambil mengeluarkan amplot coklat yang berisikan uang dengan nilai yang cukup lumayan, jika dilihat dari amplop tersebut yang cukup tebal.
Ibu panti sontak saja terkejut mendapati hal itu, dia merasa senang dan terharu karena tiba-tiba saja mendapatkan rejeki yang lumayan. Belum satu jam dia memikirkan bagaimana besok mereka makan karena sudah tidak ada yang, dan sekarang secara tiba-tiba orang datang dan memberikan uang untuk anak-anak panti.
"Ini beneran?" tanya Ibu panti yang masih tak percaya.
"Iya, Bu, ini sebagai ucapan permintaan maaf saya kepada Ibu dan juga Lalita karena kemarin saya sempat mengikuti Lalita sampai ke sini," ucap Geon.
"Kemarin saya memang tidak sengaja mengikuti Lalita karena saya pikir dia adalah orang yang saya kenal, ternyata saya salah orang dan saya meminta maaf atas ketidak nyamanan itu," ucap Geon lagi, dia mencoba untuk membuat ibu panti mempercayainya.
"Oh seperti itu, baiklah. Ternyata ini hanya sebuah salah paham, seharusnya Bapak juga tidak perlu meminta maaf secara berlebihan seperti ini, uang ini sangat banyak Pak," ucap ibu panti yang sedikit tidak enak karena permasalahan kemarin tidak begitu berat dan mengharuskan tanggung jawab yang besar.
"Tidak apa-apa, Bu, saya ikhlas memberikan ini semua. Anggap saja saya mendonasikan untuk anak-anak yang ada di sini," ucap Geon dengan ramah.
"Wah, kamu sangat baik sekali. Terima kasih untuk semua ini, anak-anak pasti akan sangat senang dan akan mendoakan yang terbaik untuk kamu," ucap Ibu panti.
Geon tersenyum menanggapi. "Oh, iya Bu, ini saya juga membawakan beberapa barang untuk anak-anak di sini." Geon memberikan sebuah paper bag yang berisikan beberapa mainan.
"Wah, terima kasih banyak Pak, mereka pasti akan sangat bahagia karena mendapatkan mainan baru," ucap Ibu panti.
Seperti ini lah rejeki datang secara tiba-tiba, dan pilihan Ibu panti untuk mengasuh anak-anak yatim-piatu itu sangat mulia, walaupun dia tidak memiliki pekerjaan yang menjamin untuk kehidupan mereka pasti akan selalu ada jalan untuk mereka semua.