Chapter 5 : My Enemy
"Calon suami siapa?" Tanya Raline yang tengah menurunkan intonasi suaranya.
"Tristan adalah calon suamimu sekarang, Sweety"Ucap ayah
Raline bingung dengan apa yang Ayahnya ucapkan sekarang.
"Maksud ayah?" Tanya nya sedikit menahan emosi.
"Bukankah kamu menyukai Tristan?" Tanya Ayah.
Raline tambah tidak mengerti dengan apa yang Ayahnya ucapkan.
"Aku menyukainya? itu sudah tujuh tahun lalu?" Gumam Raline dalam hati.
"Ayah salah paham" Ucap Raline, menolak ucapan tersebut.
"Tristan bicara!!!" Raline menaikkan intonasi nya menyuruh Tristan untuk menjelaskan apa yang pernah terjadi diantara mereka.
Tristan tampak tidak menolak apa yang dikatakan oleh Pimpinannya, sehingga ia tidak memiliki keinginan untuk membantah sama sekali.
"Tristan menyukaimu Sweety dan kamu juga menyukai nya" Tegas ayah.
Perbincangan di meja makan tampak tidak jelas dan mengada-ada pikir Raline. Walaupun ia pernah menyukai Tristan dulu tetapi dia sudah tidak menginginkan bersama laki-laki itu lagi, ditambah dengan Sikap Tristan yang tampak mencurigakan, membuat Raline menaruh curiga.
Perdebatan di meja makan terpaksa Raline hentikan, mengingat Riwayat penyakit jantung yang sang Ayah derita.
Raline yang awalnya hanya ingin makan malam dengan tenang harus membuatnya meluapkan emosi, mendengar kesimpulan dan ucapan sang Ayah yang tidak masuk akal.
"Tristan menyukai aku ?sejak kapan ?Ah hahah dia pasti menyukai harta ku!" Gumam Raline di dalam hati.
"Ini juga dimakan Sweety" Ucap Ayah, sembari memberikan sepotong ayam goreng pada Raline.
"Raline tidak lapar yah. Raline ke kamar dulu ingin ambil barang yang tertinggal kemarin" Ucapnya.
Tubuhnya beranjak, lalu kakinya melangkah segera menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
*
Raline terlihat sedang menggerutu di dalam kamarnya.
Tidak lama ada yang mengetuk
"Kenapa kesini ?" Tanya Raline, ketus.
Tristan sudah ada di depan pintu kamarnya. Raline terlihat kembali mengatur emosinya yang sedari tadi tersulut, ditambah dengan laki-laki ini yang tiba-tiba saja datang ke kamarnya.
"Boleh masuk" Tanya Tristan.
"Buat apa?' Tanya Raline, dengan raut wajah sinis nya.
Tristan pun masuk tanpa permisi.
"Masuk sembarangan tidak punya sopan santun. Ingat ya saya atasan anda"Ucap Raline tegas, dengan meninggikan suaranya.
"Itu kalau di kantor, kalau disini saya calon suami anda" Jawab Tristan.
"SINTING !" Celetuk Raline.
Sembari tertawa Tristan terus memperhatikan Raut wajah Raline yang cemberut dan tampak menggemaskan.
"Nanti cantiknya hilang kalau cemberut terus" Ucap Tristan dengan sedikit bercanda.
"Tristan,tolong jangan masukkan kisah percintaan anda kedalam kehidupan saya, saya ingin hidup tenang. Kalau anda ingin merebut Kanaya dari ayah bicara sama ayah bukan pada saya" Raline terus meracau, namun terlihat anggun dan terdengar sinis.
Spontan , raut wajah Tristan menatap Dingin Kepada Raline.
"Saya ingin balas dendam melalui anda" Jawabnya.
Tiba-tiba saja Tristan tertawa lepas., Hingga membuat Raline keheranan.
"Ada apa? kenapa tiba-tiba tertawa ?" Tanya Raline, penuh tanda tanya.
"Aku cuma bercanda" Jawab Tristan sambil tersenyum.
"Klise sekali" Celetuk Raline.
"kamu mau berapa?" Tanya Raline.
"Maksudnya?" Tanya Tristan kembali.
"Pasti ini tentang harta kan?" Tanya Raline, dengan seringai mengejek.
Helaan nafas Tristan terdengar berat
"Ehmm, terserah apa yang kamu pikirkan" Ucapnya, sambil menarik tangan Raline.
"Mau apa?" Celetuk Raline, lalu melepaskan genggaman Tristan pada tangannya.
"Pulang" Jawab Tristan.
"Aku punya Rumah sendiri dan mobil sendiri" Ucapnya ketus seraya meninggalkan Tristan di dalam kamarnya.
*
Raline menuruni anak tangga dan menuju ke lantai bawah, ia sudah tidak ingin berlama-lama di antara orang-orang yang membuatnya terus emosi.
"Raline pulang dulu, Yah" Ucap Raline, melengos begitu saja. Langsung menuju ke depan pintu.
*
Setelah tiba di pintu keluar, Raline tidak menemukan keberadaan Pak Anton dan Anita yang sudah ia suruh untuk menunggunya di depan.
"Halo Pak dimana?" Tanya Raline pada panggilan suara ini.
"Bapak bilang saya dan Anita pulang saja, Non" Jawab Pak Anton disana.
Helaan nafas berat terdengar dari Raline.
Tidak lama kemudian mobil berjenis sedan berwarna hitam berhenti di depan pintu masuk.
Tristan lalu keluar dari dalam mobil untuk mengajak Raline pulang bersama.
"Tidak perlu, aku panggil taksi online saja" Celetuk Raline.
Tristan pun memaksa Raline untuk masuk ke dalam mobilnya. Dengan terpaksa Raline ikut masuk kedalam mobil mewah ini.
Lagi helaan nafas Raline terdengar, ia tidak ingin beradu urat lagi dengan laki-laki yang ada disamping nya ini.
Mobil pun melaju meninggalkan Rumah besar nan megah milik Konglomerat Darmawan Admotjo.
Raline yang cukup lelah, tampak sudah tertidur di dalam mobil yang sedang dikendarai oleh Tristan.
*
Setelah tiba di Basemen Gedung Apartemen mewah tempat tinggal mereka.
Tampak kelelahan di raut wajah Raline, wanita cantik ini sedang memejamkan mata. Untuk menghilangkan kerumitan yang terjadi hari ini.
Tristan terus menatap Wajah wanita yang dulu adalah gadis tercantik di sekolahnya, Sesaat setelah beberapa menit lalu tiba di basemen apartemen mereka. Raline terlihat sangat pulas, Tristan tidak ingin mengganggu tidur nyenyak nya.
*
Selang beberapa menit ...
Mata Raline yang terpejam perlahan terbuka, lalu melihat Tristan juga sedang memejamkan mata di kursi kemudi tepat disampingnya. Terbesit di dalam pikiran nya, Raline mengingat masa lalu mereka berdua, tetapi karena dirinya marah hari ini, jadi segera keluar dari dalam mobil, kemudian meninggalkan Tristan sendiri.
*
Sesaat setelah masuk ke dalam Apartemen.
"Sudah di Apartemen?"~ Pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
"Tristan Handoko" ~ Pesan kembali masuk.
Raline hanya melihat pesan, lalu tidak mengacuhkan nya. Lalu, tangan kanannya melemparkan ponsel ke atas kasur empuk ini.
*
Untuk memancing rasa kantuknya, Raline terlihat sedang memilih beberapa novel yang akan ia baca di ruang kerjanya, setelah ia mandi dan mengganti pakaiannya.
Pesan yang masuk dari Tristan tidak ia gubris sama sekali, rasa suka Raline tertutupi dengan kebencian sekarang.
*
*
TENG !
Suara bell berbunyi.
Raline melangkahkan kaki untuk segera membukakan pintu. Karena biasanya di waktu seperti ini Pak Anton sudah datang dan menemaninya untuk sarapan.
Dengan masih mengenakan celemek, Raline membuka pintu.
CEKREKK
Ternyata sudah ada Tristan di depannya.
"Kenapa kesini?!" Tanya Raline, ketus.
"Jemput dan sarapan" Jawab Tristan sembari tersenyum.
Dan lagi-lagi Tristan masuk tanpa permisi.
Raline Segera mengambil Ponsel di atas meja ruang tamu.
"Halo Pak,kenapa belum datang?" Tanya Raline pada sambungan panggilan suara ini.
Raline menghela nafas panjang dan berat sekali lagi saat mengetahui bahwa Ayahnya memberikan perintah agar mulai sekarang Tristan yang akan menjemput dan mengantarnya pulang
Raline yang tadi nya sedang memasak makanan untuk Sarapan, spontan melepaskan celemek, lalu masuk ke dalam kamar tidurnya.
Tidak lama, ia pun keluar dengan pakaian yang sudah rapi.
Diambilnya kunci mobil di atas nakas Ruang tamu, untuk mengemudikan mobil sport putih nya yang sudah terparkir di Basemen.
Raline sudah lama tidak mengendarai mobil, karena tiga tahun lalu ia mengalami kecelakaan dan kakinya cedera sehingga harus memakai kursi roda selama 6 bulan lamanya.
Tanpa menghiraukan Tristan, ia segera keluar dengan terburu-buru dan menuju Basemen.
*
Mobil putih nya yang dulu terparkir di garasi rumah, sudah dipindahkan ke Basemen Apartemen atas perintahnya.
Helaan nafas Raline terdengar berat sebelum ia melajukan kendaraan pribadinya ini.
Raline yang sempat trauma untuk mengendarai mobil, dengan terpaksa kembali menyetir mobil putihnya.
Tristan yang melarang Raline mengendarai mobil tidak digubrisnya sama sekali.
Dengan perlahan, Raline melajukan mobilnya di jalan raya. Walaupun Rasa trauma dalam hati nya masih ada, tetapi rasa gengsi nya lebih tinggi jika harus berangkat ke Kantor bersama dengan Tristan.
*
Raline dengan Serius memperhatikan lalu lintas yang cukup padat pagi ini, Sedangkan Tristan terus mengikutinya dari belakang.
Saat ia tengah fokus dengan setir nya, suara Ponsel nya berbunyi dari
"MY ENEMY" memanggil..