Pustaka
Bahasa Indonesia

My Enemy My Husband

129.0K · Tamat
Nellamuni
103
Bab
9.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Raline sejak SMA sudah menyukai Tristan, bahkan sudah mengutarakan isi hatinya kepada Tristan. Tapi, berakhir dengan penolakan dan membuat hatinya bersedih karena laki-laki yang ia cintai bahkan tidak memandang dirinya sama sekali. Tujuh tahun berlalu mereka bertemu kembali dan di takdir kan menjadi sepasang suami istri. Tapi, Raline sudah tidak mencintai Tristan dan bahkan dirinya yang sekarang sangat membenci suaminya sendiri. Lalu mampukah Tristan menghapuskan rasa benci Raline pada dirinya dan mengembalikan cinta yang pernah tersemat di Hatinya?

Cinta Pada Pandangan PertamaMenantuWanita CantikRomansaBillionairePernikahanKeluargaSalah PahamIstriCLBK

Chapter 1 : Prolog

Raline sudah menyatakan cinta nya kepada Tristan kemarin.

Dengan menahan rasa malu gadis cantik ini memberanikan diri untuk memberikan surat cinta yang sudah ditulisnya sendiri dengan sepenuh hati lebih dari dua tahun yang lalu, saat dirinya masih duduk di kelas satu sekolah menengah atas kepada lelaki pujaannya, Tristan Handoko.

Tetapi, apa yang diharapkannya musnah seketika..

*

*

Mengingat kejadian kemarin, membuat Raline malu dan terus uring-uringan sepanjang hari.

Lala sahabat nya, melihat perubahan sikap Raline yang biasanya ceria tiba-tiba tertunduk lesu dan hanya diam.

"Kamu akan mendapatkan yang lebih baik" Ujar Lala, sembari membelai rambut panjang sang sahabat.

Helaan nafas Raline terdengar berat dan sesak, seketika air matanya menetes membasahi pipi.

Tangisan Raline semakin menjadi saat mulutnya menceritakan kepada Lala bahwa surat yang ia berikan kepada Tristan dibuang begitu saja oleh lelaki yang sangat dikaguminya dan perhatikannya sepanjang waktu.

Lala yang tidak tahan dengan kesedihan sahabatnya, terus berusaha menghibur Raline. Gadis berkaca mata ini juga mencoba untuk menghindari Raline agar tidak bertemu dengan Tristan yang sekarang berada di dalam satu kelas yang sama dengan mereka.

Sedangkan, Tristan seperti tanpa dosa, terlihat tidak acuh kepada Raline yang terus saja menatapnya sejak tadi, karena yang dipedulikan oleh nya hanyalah Kanaya. Gadis yang sudah akrab dengannya sejak masih berada di sekolah dasar.

Wajah Raline terlihat masam dan sayup, ia hanya tertunduk lesu dan tidak menggubris penghiburan yang diberikan oleh Lala sedari tadi.

*

Raline yang masih terlihat sedih karena kejadian kemarin duduk diam di taman sekolah. Lala yang terus menerus memperhatiakn Raline, hanya bisa menatapnya dari kejauhan dan ikut bersedih dengan apa yang terjadi kepada sahabatnya tersebut.

Sejak pertama masuk ke sekolah ini Raline sudah menyukai Tristan saat pertemuan pertama mereka di depan Aula sekolah dan sewaktu pertama kali melihat Tristan berolahraga di lapangan basket.

Raline yang tidak menyukai olahraga, merubah kebiasaanya demi lelaki pujaannya dan sering mendatangi lapangan basket dengan alasan memberi semangat untuk Tristan yang sering menghabiskan waktu istrirahat bersama teman sekolahnya untuk berolahraga. Walaupun, sebenarnya Raline mengetahui satu hal. Kalau Tristan hanya menatap Kanaya. Tapi, dirinya tidak pernah mempermasalahkan tentang itu, baginya mengagumi dari jauh saja itu sudah cukup membuat Raline bahagia.

Tetapi, setelah mereka naik ke kelas tiga dan berada di satu kelas yang sama dengan Tristan, dirinya tidak mampu hanya menahan perasaannya dalam hati.

***

Di lapangan basket beberapa hari lalu..

"Tristan, ini buat kamu" Dengan gugup Raline memberikan surat di dalam amplop merah muda ini.

Surat ini sudah ia tulis dua tahun lalu dan selalu disimpannya di bagian halaman Novel yang selalu ia baca.

Wajah dingin Tristan terlihat jelas, saat melihat gadis cantik ini berdiri di depannya dengan kertas merah muda pada genggaman tangan kanannya..

Tidak dipedulikannya sama sekali pengakuan ini,Ia beranjak. Lalu meninggalkan Raline sendiri tanpa sepatah kata pun, setelah gadis cantik berambut panjang berkulit putih itu memberikan surat cinta.

Mata bulat Raline spontan meneteskan air mata, saat menyaksikan surat yang sudah ditulisnya dengan sepenuh hati dibuang begitu saja ke dalam tempat sampah yang berada di lapangan.

*

*

*

Hari ini adalah hari terakhir sebelum Ujian Nasional murid Sekolah menengah atas.

Para guru sedang melaksanakan rapat untuk menyiapkan dengan maksimal ujian akhir untuk siswa kelas tiga.

Tampak beberapa guru bolak balik keluar masuk ruang rapat untuk mengambil dokumen. Sedangkan, beberapa murid kelas satu dan dua sibuk menata beberapa bangku dan meja yang ada di ruangan yang akan digunakan untuk ujian Nasional.

Begitu pun dengan Raline tampak sudah tidak terlalu memikirkan penolakan Tristan dua minggu lalu. Ia hanya berkonsentrasi dan sibuk mempersiapkan ujian bersama Lala sahabat baiknya dalam beberapa hari kebelakang.

Hari ini, Ia datang ke sekolah sendiri dengan niat untuk membaca buku di perpustakaan.

Padahal murid kelas tiga sudah diberikan libur selama satu minggu, sebelum ujian nasional diadakan. Raline sendiri sudah bertekad memberikan hasil terbaik untuk bisa membanggakan Ayah yang sangat ia sayangi.

Satu persatu buku yang tersusun pada rak kayu ini dipilihnya sebagai bahan materi pembelajaran nya untuk hari ini.

Kakinya kembali melangkah perlahan, tapi terhenti saat tidak sengaja melihat sesuatu yang berhasil mematahkan semangatnya kembali.

Terasa hatinya mulai kembali terkoyak saat melihat Tristan belajar bersama Kanaya di tempat duduk paling sudut di dalam perpustakaan ini.

Sontak tanpa ia sadari air matanya mengalir membasahi pipi.

*

*

*

PENGUMUMAN KELULUSAN.

Hari ini pengumuman kelulusan di umum kan, setelah satu bulan menunggu para siswa akhirnya mengetahui hasil belajar mereka selama ini dan hasilnya sangat memuaskan, karena semua siswa dinyatakan lulus seratus persen.

Tristan yang selalu mendapat peringkat pertama di sekolah kembali bisa mengukir prestasi dengan mendapatkan nilai terbaik dalam ujian nasional kali ini. Sedangkan, Raline yang juga merupakan salah satu murid terbaik mendapatkan peringkat kedua dalam ujian kali ini.

"Selamat ya, Line" Ucap beberapa teman sekolahnya, yang baru saja menghampirinya.

Lala yang sedang bersamanya juga memberikan ucapan selamat untuk sahabat baiknya ini.

Wajah Raline tidak lagi terlihat murung. dirinya sudah mengikhlaskan Tristan. Walaupun, jauh di dalam relung hatinya ia masih sangat mengharapkan bisa bersama cinta pertamanya itu.

"Raline, ayo kita foto" Ucap Lala, sembari menarik tangan kiri sahabatnya. Lalu ia ajak untuk berfoto bersama tema-teman satu angkatan mereka.

CEKLEKK !

Senyum merekah indah tersimpul di bibir mereka.