Chapter 2 : Raline Putri Darmawan
*
*
*
7 TAHUN KEMUDIAN ...
Raline yang terlihat elegan mengenakan Blazer hitam dengan memakai sepasang sepatu hak berwarna merah maroon dengan tinggi lima centimeter, melangkahkan kaki dengan anggun nya saat baru dinobatkan sebagai Direktur utama di perusahaan Elektronik terbesar yang dimiliki oleh sang Ayah.
Walaupun usia nya masih tergolong sangat muda, 25 tahun. Raline tampak percaya diri dan berwibawa saat sedang memimpin rapat pemegang saham yang rutin dilakukan setiap tahun nya. Sekaligus saat ini, ia tengah menghadiri acara peresmian penobatan dirinya sebagai Direktur utama di perusahaan.
Sosok Raline yang pintar dan juga tegas selama bekerja di perusahaan Ayahnya sendiri, membuat para karyawan dan Staff dibawah kepemimpinan nya yang sekarang , sangat menghormati dan segan terhadapnya.
Setelah semua prestasi yang ia hasilkan di perusahaan cabang Singapura, dan mampu membuat perubahan dampak yang sangat besar. Bahkan, mengalami peningkatan dalam segi keuntungan dan mengukuhkan perusahaan milik Ayahnya menjadi perusahaan Elektronik terbesar nomor satu di Asia. Sang Ayah akhirnya memberikan keputusan untuk mengalihkan kepemimpinan nya kepada anak perempuannya satu-satunya ini.
*
*
*
Ayah Raline yang sudah menetap di Amerika selama tiga tahun, akhirnya besok akan kembali ke Indonesia.
Raline yang sangat dekat dengan satu-satu orang tuanya yang masih ada di dunia ini, terlihat sedang sibuk menyiapkan Acara penyambutan yang akan diadakan setelah Ayahnya tiba besok malam.
Beberapa pelayan di rumah besar ini juga terlihat sedang sibuk membantu Nona muda mereka, yang secara khusus turun tangan sendiri demi memberikan yang terbaik untuk Tuan besar yang akan kembali.
"Non, ini diletakkan dimana?" Tanya wanita yang sudah berusia sekitar 40 Tahun dengan tubuh bongsor nya.
"Coba diletakkan disini" Jawab Raline, sembari menunjuk keatas meja.
Raline memiliki kepribadian yang terkenal sangat baik dan juga tidak manja. Semua orang yang bekerja dengannya sangat nyaman berada di dekatnya. Begitu pun para pelayan yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah besar dengan luas lahan lebih dari satu hektar ini.
Kesibukan Raline bertambah, ketika ia teringat bahwa Bunga Tulip yang disukai oleh mendiang ibu kandungnya belum juga diantarkan.
"Pak Anton, coba hubungi Florist nya" Ucap raline kepada Asisten pribadinya yang sudah bekerja selama sepuluh tahun dengan keluarga nya.
Pak Anton sendiri dulu nya adalah Asisten pribadi Tuan besar, tetapi karena Raline sudah berada di luar negeri sejak ia lulus Sekolah menengah atas, maka Pak Anton ditugaskan untuk menemani Raline sejak saat itu.
"Non, Bunga nya segera tiba" Ucap Pak Anton memberitahu sesaat setelah menghubungi Toko tempat majikan nya memesan bunga.
"Setelah ini temani saya ke Swalayan, Pak" Ucap Raline seraya sedang memasang gorden di kamar besar sang Ayah.
*
Pukul 16.30 ...
Swalayan yang berada tidak jauh dari kediaman mewahnya, membuatnya tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk sampai di Swalayan yang cukup besar ini.
Tampak suasana ramai di Swalayan yang sering ia kunjungi ini, karena hari ini adalah hari minggu.
Raline sedang bersama Pak Anton sibuk memilih beberapa bahan makanan untuk esok hari. Ia ingin semua bahan makanan dipilihnya sendiri dan semuanya harus masih segar, dengan kualitas yang tinggi .Nantinya ia akan memasak sendiri beberapa hidangan makanan untuk sang Ayah tercinta.
Perlahan troli yang di bawa oleh Pak Anton mengikuti langkah kaki Raline berjalan melewati rak-rak berjajar rapi ini, untuk memilah berbagai bahan makanan.
Sekarang langkah kaki Raline terhenti dan berada di satu etalase khusus tersimpan sayuran-sayuran segar.
Dengan teliti Raline memilah beberapa sayuran, agar sayuran yang ia pilih adalah Sayuran dengan kualitas terbaik.
"Raline.."
Tiba-tiba saja seorang dengan suara beratnya memanggil wanita cantik dengan rambut tergerai ini, seorang laki-laki lah yang berada di belakang memanggil namanya.
Raline yang sedang sibuk memilih bahan makanan tidak mendengar suara laki-laki tersebut.
Tubuhnya bereaksi terkejut sesaat satu telapak tangan yang cukup besar menyentuh dengan lembut pundaknya.
"Tristan?!"Celetuknya , sesaat setelah melihat lelaki yang sedari tadi memanggilnya, ternyata adalah Tristan. Murid laki-laki yang pernah ia suka beberapa tahun lalu.
Reaksi kecanggungan Raline terlihat jelas. Dirinya sudah tidak menyukai Tristan lagi, tetapi sangatlah tidak nyaman saat melihat sikap Tristan yang dulu tidak pernah memperdulikan nya, tiba-tiba saja menyapanya terlebih dahulu dengan ramah.
Tristan terlihat sedang memegang Troli berisi berbagai keperluan sehari-hari di dalamnya.
Raline yang tadinya canggung mengatur emosinya agar tidak terlalu jelas terlihat.
"Apa kabar?" Tanya Tristan
"Baik" Jawab Raline, singkat.
Sedangkan Pak Anton tampak mengawasi Laki-laki ini agar tidak berbuat sembarangan dengan majikannya.
"Pak, ini teman lama saya" Ucap Raline memperkenalkan Tristan.
Penampilan Tristan tampak terlihat lebih dewasa dengan model rambut dan pakaiannya yang tidak lagi sama seperti sewaktu sekolah menengah atas dulu. Wajar saja ini sudah tujuh tahun berlalu dan jika dihitung mereka berdua hampir berusia dua puluh lima tahun.
Raline tidak terlalu nyaman berada di dekat Tristan sekarang, yang sudah lebih dari tujuh tahun tidak pernah bertemu. Ditambah dengan saat mengingat sikap kasar Tristan yang selalu mengacuhkan dirinya dulu.
"Baiklah aku pamit Dulu" Ucap Raline,berlalu meninggalkan Tristan sendiri. Segera diikuti Pak Anton dari belakang.
Tristan memperhatikan wanita cantik berkulit putih dengan rambut hitam di gerai tersebut berjalan perlahan menjauh dari pandangannya.
*
Di dalam mobil ...
"La, aku tadi bertemu Tristan" Ucap Raline melalui sambungan panggilan suara dengan lala.
Lala sekarang berada di Negara Belanda untuk menyelesaikan pendidikan Magister nya, tetapi dia akan pulang minggu depan setelah perayaan wisuda di kampusnya.
"Jadikan Minggu depan pulang?" Tanya Raline.
"Jadi dong, sudah dua tahun di Negara orang tidak senyaman di Negara sendiri" Jawab Lala antusias.
"Jadi reaksi Tristan seperti apa?" Tanya lala yang masih penasaran dengan ucapan Raline di awal pembicaraan mereka.
"Ramah dan juga baik, tidak sama seperti dulu" Jawab Raline.
*
Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 17.00.
Dua pelayan sudah bersiap di depan pintu untuk menyambut Raline yang membeli banyak bahan makanan bersama Pak Anton.
Kedua wanita berusia di pertengahan empat puluh tahun ini, mengambil satu persatu barang bawaan Raline yang terletak di dalam bagasi mobil hitam berjenis SUV itu.
"Tolong disimpan di lemari pendingin ya Bu"Ucap Raline, dengan suara lembutnya.
Raline selalu dengan sopan memanggil pelayan di rumah yang hampir semua memiliki usia lebih tua dari nya dengan panggilan ibu atau pun bapak.
*
Kamar besar dengan jendela yang langsung menghadap ke taman bunga yang ada di halaman belakang rumahnya di lantai dua, merupakan kamar Raline.
Ia memasukinya dan membaringkan tubuhnya yang sudah terasa lelah selama hampir setengah hari mempersiapkan kedatangan sang ayah.
Gaun merah muda Panjang yang simple masih melekat di tubuh indahnya, Raline cukup malas untuk mengganti pakaiannya dengan yang ada di lemari jati besar itu.
Sesaat sebelum ia memejamkan mata untuk beristirahat, ada panggilan suara masuk dari manajer umum Perusahaan, yang akan melaporkan beberapa kemajuan proyek rencananya akan dilaksanakan mulai semester depan.
"Baiklah, harus diperiksa dengan detail saya tidak ingin ada kesalahan" Jawab Raline yang masih terbaring di ranjang berukuran besar di kamarnya ini.
*
Mata yang sudah hampir tiga jam tertutup, sudah terbangun sejak tadi disaat langit sudah mulai gelap.
Gorden kamar Raline berwarna putih itu tampak tertiup angin yang masuk melalui jendela kamar yang tidak ia tutup tadi.
Panggilan suara dari Ayah~
Ponsel berwarna merah maroon tipe terbaru itu berada di atas kasur.
Raline yang baru selesai membersihkan diri di dalam kamar mandi, mengambil Ponsel nya, lalu menjawab panggilan.
"Halo Sweety" Ucap Ayah.
"Halo, Yah?" Jawab Raline.
"Besok jadikan pulang?" Tanya Raline.
"Of course Sweety" Jawab Ayahnya yang terdengar meyakinkan Raline.
*
*
Pukul 08.30 ...
Suasana di pagi hari tampak sibuk, semua pelayan sedang membantu Nona muda mereka yang sekarang berada di dapur untuk memasak.
Dengan celemek merah nya, Raline tampak serius memotong satu persatu sayur yang sudah di cuci bersih oleh pelayan. Hari ini ia dan koki pribadi akan memasak makanan kesukaan pemilik bangunan megah dan mewah ini dan beberapa makanan pendamping lainnya.
Sedangkan disana, meja panjang terukir dari kayu jati dengan kursi yang tersusun disamping kiri dan kanan nya sudah dipenuhi berbagai jenis hidangan yang tentu nya menggugah selera.
*
*
Kamar Raline, lantai dua, Pukul 19.00.
Raline sejak tadi berada di kamarnya, sudah memakai gaun terbaik untuk menyambut sang Ayah. Tapi bukan hanya Ayahnya saja yang akan tiba di Indonesia malam ini, ia juga akan menyambut beberapa kolega perusahaan yang datang khusus untuk menghormati pemilik DM Company and Coorporation.
*
Di depan Pintu besar nan tinggi, tepat di teras Rumah besar ini.
Raline sudah tampak cantik dengan Gaun berwarna Hitam, menjuntai menyapu lantai. Ia tampak antusias menunggu dengan tidak sabar sopir yang sudah menjemput Ayahnya sedari tiga puluh menit yang lalu.
Pintu gerbang tinggi rumah besar ini otomatis terbuka.
Satu mobil sedan tipe A-class memasuki halaman rumah untuk menuju pintu masuk yang berada di depan.
Di dalam mobil sang Ayah sudah bersama sopir pribadi dan seorang wanita yang belum diketahui oleh Raline.
Wajah Raline tampak sumringah bersama beberapa Kolega perusahaan nya yang sekarang sedang berdiri di depan pintu masuk, untuk menyambut pimpinan tertinggi mereka yang sudah tiga tahun berada di luar negeri.
Sopir segera turun dan membuka pintu mobil.
Raut wajah Raline yang awalnya sumringah, sontak berubah masam seketika, saat kedua manik cokelat nya menangkap keberadaan seorang wanita yang sekarang bersama dengan Ayahnya.
"KANAYA?!" Celetuknya.