Bab 5. KEDATANGAN ORION
Leonard keluar dari mobilnya yang ia parkir bersebelahan dengan Toyota 86 ketika sebuah Mitsubishi Pajero Sport keluaran terbaru berhenti di depan pagar rumah sepupunya.
Ia menunggu sampai pemilik mobil itu keluar. Tidak lama kemudian muncullah seorang pemuda seumuran Lea. "Orion Dirgantara," batin Leonard begitu melihat wajah pemuda itu.
"Cari siapa, Mas?" Pak Salim, satpam yang berjaga di rumah Lea, bertanya pada Orion yang tengah berdiri di depan pagar rumah.
"Selamat malam, Pak. Saya sedang mencari Lea," ucap Orion dengan sopan.
"Suruh masuk saja, Pak," sahut Leonard sembari menghampiri Pak Salim untuk melihat Orion lebih dekat. Tanpa terlalu kentara, Leonard memperhatikan Orion dari ujung kepala hingga ujung kaki sebelum masuk ke rumah untuk menemui sepupunya.
Ketika Leonard dan Orion masuk ke dalam rumah, Bi Mira langsung menyambutnya dan memberitahu bahwa Lea berada di dalam kamarnya sebelum Leonard sempat bertanya. Setelah meminta tolong kepada Bi Mira untuk menyediakan minuman untuk Orion, Leonard beranjak menuju ke kamar Lea.
Tok ... tok ... tok.
"Masuk saja, Leo. Pintunya tidak dikunci." Suara Lea terdengar samar-samar dari dalam kamar begitu Leonard mengetuk pintu.
Leonard tidak terlalu terkejut kalau Lea mengetahui kedatangan dirinya. Ia sudah terbiasa dengan kemampuan lebih sepupunya itu. Saat Leonard membuka pintu kamar Lea, dirinya langsung terpana melihat pemandangan di depannya.
Lea, perempuan yang telah dikenalnya sejak 22 tahun lalu belum pernah memakai gaun kecuali saat pemakaman kedua orangtuanya 17 tahun yang lalu.
Namun, malam ini gadis itu mengenakan gaun high neck berwarna mint dengan variasi tile bunga daisy sepanjang lutut tanpa lengan yang menampilkan tubuhnya yang indah dan nyaris sempurna.
"Kamu mau kemana?" Hanya itu pertanyaan yang bisa keluar dari mulut Leonard tanpa mengalihkan tatapannya.
"Mau ke acara ulang tahun Bella," jawab Lea dengan cepat. Dia merasa sedikit risih karena memakai gaun.
"Kamu terlihat cantik pakai gaun itu," puji Leonard tulus.
Lea berdecak. "Ck, kamu kenapa sih? Kumat anehnya."
Leonard menggeleng. "Kamu sudah dijemput Orion tuh."
Hening.
Lea mengamati Leonard dengan alis terangkat. Leonard tahu kalau sepupunya itu sadar masih ada pertanyaan yang ingin diajukan olehnya.
"Sejak kapan kamu dekat dengan Orion? Maaf, bukannya aku mau sik protektif, tapi ini pertama kalinya kamu bisa dekat dengan pria. Bahkan kamu sampai bersedia memberikan alamat rumah ke dia, padahal selama ini kamu tidak pernah memberikan alamat rumah kepada siapapun. Termasuk Bella dan sahabat-sahabat kamu yang lain."
"Aku tidak pernah memberitahu alamat rumahku ke siapapun, termasuk Orion," sahut Lea seraya mendesah. "Dan soal kedekatan aku sama Orion, kami berdua hanya teman, tidak lebih."
Seketika kening Leonard mengerut, tanda ia sedang berpikir. Lea boleh saja mengatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan apa pun kecuali teman, tetapi Lea melupakan fakta bahwa umurnya dan Leonard terpaut lumayan jauh.
Pengalaman hidup Leonard telah mengajarkannya untuk mengetahui bahwa Lea dan Orion lebih dari sekedar teman. Fakta bahwa Orion sampai rela mencari tahu alamat rumah Lea saja sudah menjadi bukti yang cukup.
"Lea, aku tidak melarang kamu dekat dengan seorang pria kok. Aku yakin kamu bisa menjaga diri."
Setelah mengatakan perkataan tersebut, Leonard keluar dari kamar Lea. Menandakan perbincangan mereka telah selesai saat itu. Ia memberi tanda kepada Lea agar segera menghampiri Orion yang telah menunggunya di ruang tamu.
Kecurigaan Lea jika Leonard seorang pengangguran semakin kuat karena dalam seminggu ini sudah kesekian kalinya sepupunya itu datang mengunjungi dirinya di Surabaya.
Sejak David yang tiba-tiba muncul dan memberikan tantangan itu, intensitas kedatangan Leonard ke Surabaya jadi semakin sering. Akan tetapi, Lea tidak sempat menyuarakan pemikirannya karena otaknya lebih terpusat pada kehadiran Orion yang tidak disangka-sangka.
Lea memang tidak pernah memberitahukan alamat rumah kepada teman-temannya. Lagi pula ia juga tidak punya alasan untuk itu. Kalaupun Lea terpaksa harus meminta Orion menjemputnya, biasanya Lea akan meminta dijemput di tempat umum yang mudah dicari.
***
Lea mengambil tas dan hadiah yang telah ia siapkan sebelumnya untuk Bella. Lea kembali menatap di cermin memastikan tidak ada yang kurang dari dirinya.
"Kamu dapat alamat rumah aku dari mana?" tanya Lea begitu ia menghampiri Orion di ruang tamu.
"Eh, itu ...."
Kata-kata Orion terhenti. Lea yakin bukan karena pemuda itu grogi atau takut, tapi karena Orion kehilangan kata-kata setelah melihat penampilannya yang tidak seperti biasanya. Lea melihat Orion dengan tatapan takjub tanpa berusaha disembunyikan.
Lea berdeham. "Dari mana?"
"Aku tidak sengaja melihat alamat rumah kamu di surat yang kamu ajukan ke akademik beberapa hari yang lalu buat sempro dan berhubung malam ini tujuan kita berdua sama, aku rasa tidak ada salahnya aku menjemputmu. Kamu jadi bisa menghemat bensin, kan?"
"Dan kamu pikir aku mau berangkat ke sana bersamamu?" tukas Lea.
Orion mengedikkan bahunya. "Tidak ada alasan untuk kamu menolaknya."
Lea kehabisan kata-kata. Ia menatap Orion dengan kesal, tetapi tetap mengikuti pemuda itu yang dengan seenaknya berjalan keluar dari rumah Lea.
"Oh iya, tadi aku bertemu dengan seorang pria di depan. Aku harus pamit dulu," ucap Orion seraya siap memutar langkahnya kembali ke dalam rumah, tetapi ditahan oleh Lea.
"Dia sepupu aku. Kamu tidak perlu pamit kepadanya. Kalau dia Om aku baru kamu harus izin sebelum kamu keluar sama aku," balas Lea.
Orion menatap ragu-ragu. Ia melongokkan kepala ke balik bahu Lea, berusaha mengintip ke ruang tengah.
"Terserah deh," jawab Orion pada akhirnya karena tidak melihat tanda-tanda kehadiran Leonard di sana.
Orion membukakan pintu mobil untuk Lea, lalu gadis itu masuk ke dalam. Setelah Lea masuk ke dalam mobil, Orion juga langsung masuk ke dalam mobil. Orion menghidupkan mesin mobil, menginjak gas, kemudian dia mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumah Lea.
***
Di dalam mobil, tanpa sadar Orion terus memandang Lea. Gadis di sampingnya ini terlihat sangat cantik.
Dan untuk kesekian kalinya Orion mengalihkan pandangan dari jalan raya ke gadis yang duduk di sebelahnya itu. Gadis itu sibuk dengan ponselnya sehingga tidak menyadari dari tadi Orion bolak-balik meliriknya.
Kesan pertama Orion ketika bertemu dengan Lea tidaklah istimewa. Lagi pula Orion bukanlah tipe pemuda yang suka tebar pesona. Ia bisa dikategorikan sebagai pemuda yang dingin, sampai-sampai saat SMA dulu ia dikira gay oleh teman-temannya.
Seiring berjalannya waktu, terutama karena Orion dan Lea sering menghabiskan waktu bersama untuk mengerjakan proposal skripsi, harus Orion akui bahwa ia mulai merasakan keanehan di hatinya. Perasaan yang belum pernah ia rasakan muncul. Meskipun begitu, tidak banyak yang Orion ketahui tentang kehidupan pribadi Lea.