Bab 6. BELLA'S BIRTHDAY PARTY
"Kamu tinggal berdua sama sepupu kamu yang tadi?" Orion memecah keheningan di antara mereka.
Lea mengangkat wajahnya dari ponsel. "Tidak. Leonard bekerja di Bali. Aku di sini sendirian, cuma sama dua orang pembantu dan satu orang satpam yang kamu temui tadi."
"Orangtua kamu?"
Seketika suasana hening kembali menyelimuti keduanya.
Orion kembali melirik Lea karena gadis itu belum juga memberikan jawaban setelah satu menit berlalu. Sayangnya, wajah Lea tidak dapat dilihatnya dengan jelas karena kurangnya pencahayaan di dalam mobil.
"Orangtua aku sudah meninggal. Sedari kecil aku tinggal bersama Leonard dan kedua orangtuanya," jawab Lea lirih.
Orion langsung tertegun mendengar jawaban Lea. Jawaban itu kembali menimbulkan tanda tanya baginya. Orion sudah merasa bahwa Lea adalah gadis yang misterius semenjak ia dekat dengannya. Lea tidak seperti gadis pada umumnya yang ia kenal. Lea gadis yang istimewa.
***
Halaman rumah Bella yang sangat luas telah dihias sedemikian rupa hingga tampak indah. Di meja-meja sisi kiri taman tersedia berbagai macam makanan dan minuman yang dapat diambil kapan saja oleh para tamu. Event Organizer yang disewa oleh Bella ternyata sangat baik dan cekatan dalam mendesain tempat itu.
Lea dan Orion sampai ketika tempat pesta telah penuh sesak. Orion sampai harus memarkirkan mobilnya lumayan jauh dari rumah Bella saking terlalu banyaknya tamu yang hadir.
Pemandangan pertama yang Lea lihat ketika memasuki gerbang rupanya membuatnya tercengang. Tepat di depannya hanya berjarak beberapa meter berdiri papanya.
Lea mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan penglihatannya tidak salah, tapi nyatanya dia tidak menemukan kesalahan. Papanya sedang berdiri dengan mengenakan jas hitam. Beliau tidak sendirian. Ada seorang wanita yang mendampinginya.
"Papaa ...."
Sebuah panggilan manja mengalihkan perhatian Lea dan dilihatnyaBelka menghampiri pria itu. Malam itu Bella terlihat cantik dengan gaunnya yang berwarna soft pink bermodel kemben sepanjang lutut yang sedikit mengembang di bagian bawah. Rambutnya yang lurus dibiarkan tergerai menutupi bahunya yang terbuka.
"Lea! Orion!"
Lea berusaha mengembangkan senyuman selebar mungkin ketika Bella menyambutnya. Seketika ia sadar yang baru saja ia lihat bukanlah papanya, melainkan papa Bella, Javier Meijer.
Mendadak Lea merasa pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Untungnya Orion yang berdiri di belakangnya dengan sigap menahan tubuh Lea yang tiba-tiba limbung.
"Kamu kenapa?" tanya Orion.
Lea menggeleng, tak sanggup berkata-kata. Sebuah gagasan menyerang otaknya. Sepertinya ia mulai menemukan benang merah yang menghubungkan tantangan David dengan keluarganya dan keluarga Bella.
Javier, Jhonson, Jansen, Jasper, dan Justin Meijer.
"Kenapa kalian datang terlambat?" tanya Bella kepada Lea sembari menggandeng papanya.
"Jalanan macet. Biasalah, Bel. Jam pulang kerja," jawab Orion beralasan. "By the way, happy birthday, Bella!" ucap Orion seraya mengulurkan tangannya untuk menyalami Bella.
Bella berterima kasih sambil tersenyum manis kemudian beralih pada Lea, menunggu sahabatnya itu mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Namun, yang di tunggu hanya terdiam.
Pandangan Lea memang tertuju ke arah Bella, tapi Bella tahu pikiran gadis itu sedang berkelana jauh. Orion sampai harus menyikut bahu Lea juga memberikan kode melalui kedipan mata agar Lea menyalami Bella.
Lea tersentak dan kembali memijak bumi setelah pikirannya melayang entah kemana. "Eh, sorry. Happy birthday, Bel." Setelah memberi selamat, Lea menyodorkan paper bag yang berisi kado untuk Bella yang sudah dibawanya dari rumah. Kado itu memang sudah ia persiapkan dengan Orion sejak beberapa hari yang lalu.
"Thank you, Lea." Bella sangat senang menerima kado pemberian dari Lea. Senyum lebar yang memperlihatkan deretan gigi putihnya pun terbit dari wajah Bella. "Kado ini dari kamu sendiri atau join berdua dengan Orion?"
Pertanyaan Bella itu mengandung makna tersembunyi dan Lea jelas menyadarinya dari nada bicara Bella yang sedikit menggoda. Namun, pikiran Lea sedang tidak ingin fokus pada itu. Instingnya mengatakan ada yang sedang mengamatinya sedari tadi dan Lea tahu yang melakukannya adalah Javier—papa Bella.
"Tidak masalah kadonya dari siapa, kan?" Malah Orion yang menjawab pertanyaan Bella dengan setengah menggerutu. Bella tersenyum senang dan mengacuhkan gerutuan Orion. Entah apa yang ada di kepala sang tokoh utama pesta malam itu.
"Ma, Pa, perkenalkan ini Lea. Mama dan Papa belum pernah bertemu dengan Lea, kan? Dia sahabat aku sejak maba. Kalau Orion, Mama dan Papa jelas sudah kenal dong," ucap Bella begitu mama dan papanya datang menghampiri.
Lea memperkenalkan diri sambil menyalami Gayatri yang tersenyum lembut kepadanya. Sama seperti Javier, mata wanita itu tidak bisa menyembunyikan keresahan yang terus menggantung di hatinya sejak Lea muncul.
Lea berusaha tidak mengacuhkan pandangan Gayatri dan beralih ke Javier. Lea menyalami sembari menyalami pria itu. Berbeda dengan Gayatri yang berusaha menyembunyikan sesuatu, Javier malah terang-terangan memperhatikan Lea. Mata Lea dan Javier bertemu cukup lama, keduanya saling menatap tajam.
"Bella, kamu ajaklah Lea dan Orion masuk. Masa mereka disuruh berdiri di sini." Suara Gayatri yang lembut berhasil mencairkan suasana yang membeku di sekitar Lea. Sedikit.
Bella mengajak Lea dan Orion ke tengah-tengah taman yang menjadi ruang utama pesta. Lea berjalan mengikuti Bella dengan pandangan setengah menerawang. Ia yakin tidak akan bisa menikmati pesta malam ini.
***
Sudah hampir 3,5 tahun Lea mengenal Bella. Awal perkenalan mereka dimulai ketika Lea dan Bella terlibat tugas satu kelompok salah satu mata kuliah wajib. Lea terkejut karena Bella memiliki nama belakang yang sama dengannya.
Sepengetahuan Lea, Meijer bukan nama keluarga yang umum digunakan untuk orang Indonesia asli. Jhonson—papa Lea—yang memberikan nama belakang Meijer padanya, berdarah Indonesia-Belanda.
Sedangkan ibu Lea, Jennie memiliki darah campuran Indonesia-China. Bella sendiri mengaku bahwa ayahnya—Javier—memiliki darah Belanda dan ibunya—Gayatri—asli orang Jawa.
Secara fisik, Lea jelas tampak blasteran. Bola mata gadis itu berwarna turqoise yang merupakan keturunan dari mata orangtuanya. Hidung mancung, kulit putih bersih dan tingginya sekitar 170 cm. Rambutnya yang panjang berwarna kecoklatan dan sedikit bergelombang di bagian bawah. Hampir semua orang yang pertama kaki bertemu dengan Lea akan mengira gadis itu seorang model.
Berbeda dengan Lea, Bella lebih banyak mewarisi darah ibunya yang asli Jawa. Hanya mata birunya yang menandakan bahwa gadis itu tidak sepenuhnya berdarah Indonesia.
Selain itu, perpaduan darah Indonesia-Belanda dan Jawa membuat wajah Bella menjadi unik dan itulah yang menjadi daya pikat gadis itu.
Kesamaan nama dan asal-usul mereka sempat membuat Lea curiga. Namun, tidak ada kejanggalan lain yang akhirnya membuat Lea menyimpulkan bahwa mungkin orangtua mereka kebetulan memiliki latar belakang yang sama atau mungkin mereka merupakan keluarga jauh.
Yang jelas karena kesamaan nama lah, Lea dan Bella akhirnya menjadi sahabat hingga sekarang. Meskipun sudah bersahabat selama 3,5 tahun, Lea belum pernah bertemu dengan Javier Meijer—ayah Bella.
Selain karena mereka lebih sering menjadikan rumah Kaila yang besar sebagai markas untuk berkumpul juga karena Javier yang sering meninggalkan Surabaya untuk urusan pekerjaan.
Dan ketika akhirnya Lea bertemu dengan Javier Meijer, otak cerdasnya mulai menyusun potongan demi potongan puzzle yang mulai berhasil ia susun sedikit demi sedikit. Satu keyakinan muncul di pikirannya, ia dan Bella bersaudara!