Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 - Kill Darrel

♥♥ o(╥﹏╥)o ♥♥

Dareel mengambil tangan kanan Alona membuat wanita itu menatapnya sinis, kemudian Dareel menyerahkan kunci apartementnya kepada wanita itu dengan sebuah senyuman.

"Ku beri waktu sepeluh menit kau bertemu dengan peliharaan tersayangmu itu, setelah selesai bertemu dengannya temui aku di kamarku," ucap Dareel mencubit pipi Alona gemas.

Alona hanya menatap Dareel dengan pandangan sebal, ingin rasanya dia membunuh Dareel dan membuang mayat pria itu ke dasar laut.

Lalu Dareel pergi menuju kamarnya dengan sebuah siulan. Sedetik kemudian Dareel kembali menoleh kearah Alona, "Ohya, jangan coba melarikan diri. Jika kau berani melarikan diri aku akan memperlihatkan rekaman ciuman panas kita tadi pada Delon!" ancamnya dan kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Alona menggeleng pelan, dia sudah pasrah dengan hidupnya saat ini. Kedepannya dipastikan Dareel akan membuat hidupnya semakin menderita. Memikirkan itu membuat hati Alona semakin miris. Seandainya saja dia tahu pemilik perusahaan di tempatnya bekerja sakit jiwa, dia tidak akan pernah melamar kerja di perusahaan Dareel.

Perusahaan Dareel adalah perusahaan terbesar di Jakarta dan perusahaannya bertumbuh pesat sepanjang tahun, pendapatan keuntungan bersih perusahaan milik Dareel hingga triliuan rupiah setiap tahunnya. Dareel bisa membeli apapun dengan kekayaan itu, termasuk diri Alona!

Awalnya Alona sangat ingin bekerja di perusahaan Dareel, bekerja disana adalah impiannya. Siapa yang tidak ingin bekerja di perusahaan terbesar di Jakarta seperti perusahaan yang di kelola Dareel. Gedungnya sangat mewah dan berkelas, gaji para karyawan disana sangat besar. Setelah dia lulus kuliah, dia langsung melamar di perusahaan milik Dareel. Biasanya jika melamar pekerjaan bagian HRD (Human Resources Departement) yang melakukan sesi wawancara, sampai proses penyeleksian. Tetapi ketika Alona melamar di perusahaan itu, bukan HRD yang mewawancarainya melainkan Dareel sang bos besar di perusahaan itu. Alona sangat terkejut ketika mengetahui yang akan mewawancarainya adalah pemilik perusahaan itu langsung.

Ketika Dareel menerima lamaran pekerjaannya, Alona sangat bahagia, bahkan dia sampai menangis di hadapan Dareel. Tidak tanggung-tanggung Dareel menjadikan Alona sekretaris pribadinya dengan gaji yang sangat besar. Saat itu adalah hari yang terindah untuk Alona. Sepanjang waktu Alona selalu berdoa kepada Tuhan sebagai ucapan terima kasihnya karena telah membukakan pintu rezeki untuknya.

Tetapi kini Alona ingin melepaskan diri dari Dareel, dia terus berdoa kepada Tuhan agar melepaskannya dari jeratan Dareel dan dia sangat menyesal bekerja di perusahaan Dareel. Sudah empat tahun dia menjadi sekeretaris Dareel dan dia sudah tidak tahan dengan semua perlakuan Dareel kepadanya. Alona hanya sekretarisnya, tetapi Dareel kerap memperlakukannya sesuka hatinya. Dareel memperlakukan Alona seakan wanita itu adalah miliknya.

Kemudian Alona bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu, lalu membuka pintu apartement itu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Dia tidak ingin membuat Delon cemas.

"Ya Tuhan Alona!" seru Delon dan memeluk kekasihnya itu sebentar, kemudian dia memutar tubuh Alona untuk memastikan kondisi kekasihnya itu. Dia tidak ingin terjadi sesuatu kepada kekasihnya itu, jika dia menemukan sebuah luka pada diri Alona, dia akan memberi pelajaran kepada Dareel.

"Aku baik-baik saja..." ucap Alona tersenyum.

Delon merengkuh wajah Alona, "Kau yakin?" tanyanya tidak percaya, Alona mengangguk dengan senyuman tipis.

"Delon, lebih baik kau pulang. Aku harus tinggal di sini, Dareel memberikan pekerjaan yang sangat banyak untukku..." ucap Alona berbohong.

Delon menggeleng, "aku tidak mau pulang, aku ingin menemanimu. Lagipula sekarang sudah jam tujuh malam, aku tidak akan membiarkanmu berduaan saja dengan atasanmu yang gila itu." Tolaknya.

"Tenang saja sayang, aku akan baik-baik saja. Please, Delon pulanglah, aku tidak ingin semakin memperkeruh suasana. Kau tahu kan Dareel seperti apa?" ucap Alona frustasi dan memohon agar Delon segera meninggalkan apartement terkutuk ini.

Delon menghela napasnya berat, dia tidak rela meninggalkan kekasihnya hanya berdua dengan Dareel. "Baiklah, kau hati-hati ya sayang. Kabari aku, jika dia melakukan yang tidak senonoh kepadamu hubungi aku dan juga polisi." Ucap Delon akhirnya. Alona hanya mengangguk pelan dengan senyuman tipis. "Kalau begitu aku pulang, aku akan menjemputmu besok dirumahmu..."

"Aku tidak pulang kerumah sepertinya, mungkin aku akan menginap di apartement yang pernah Dareel berikan untukku, tepat di sebelah apartemennya." Ucap Alona berbohong, dia sengaja mengatakan hal itu agar Delon tidak mencemaskannya.

"Ya sudah, besok aku akan menjemputmu disini... Hati-hati dengan Dareel, dia adalah pria jahat." ujar Delon, jemarinya mengusap pipi Alona, lalu dia mengecup kening Alona dengan sangat lama, "aku pulang," pamitnya.

"Hati-hati!" seru Alona memperingatkan, kemudian dia menutup pintu apartement milik Dareel setelah Delon tidak terlihat lagi.

Alona menghela napasnya sambil memandangi apartement terkutuk ini, kemudian dia melangkahkan kakinya ke kamar Dareel dengan ragu. Apartement milik Dareel memiliki desain yang keren, perpaduan antara gaya Maroko serta memiliki unsur Eropa. Sebenarnya Alona sangat menyukai desain Apartement ini dan betah berlama-lama di tempat ini, tapi sayang sang pemilik apartement ini sangat menyebalkan.

Setelah berada di dalam kamar Dareel langkah Alona terhenti seketika saat melihat Dareel membuka celana jeansnya.

"Pak Dareel!" teriak Alona menutup wajahnya membuat Dareel terkejut, "Pak! Tolong pakai celana bapak kembali!" perintahnya gusar.

Dareel tidak peduli dengan perkataan Alona, dia tetap membuka celana jeansnya dan kini dia hanya memakai celana boxer berwarna hitam. Kemudian dia merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya dan menyelimuti bagian bawah tubuhnya. Senyumnya melebar ketika melihat Alona masih berdiri di sana sambil menutupi wajahnya itu.

Lalu Dareel memberikan sebuah siulan ringan kepada Alona, "hey sexy kemarilah..." serunya.

Alona menyingkirkan tangannya dengan mata menyipit, dia tidak ingin melihat tubuh naked Dareel, bisa-bisa matanya terkena bintitan.

"Peliharaanmu sudah pulang?" tanya Dareel kemudian.

Alona mengangguk malas, bossnya itu selalu memanggil Delon dengan kata 'peliharaan'. Delon bukanlah peliharaannya tapi kekasihnya, "Pak Dareel, aku hanya sekretarismu pak, kenapa bapak selalu memintaku untuk menemani bapak tidur?" tanyanya heran.

Dareel berpikir, lalu mengangkat bahunya, "Tidak tahu deh, aku hanya ingin saja." Jawabnya santai.

Alona menggeleng, itu bukanlah sebuah jawaban, "Bapak kenapa tidak meminta kepada wanita lain untuk menemani bapak tidur? Kekasih bapak kan banyak dimana-mana."

Yah Dareel memiliki banyak teman wanita, tetapi dia tidak serius menjalin hubungan dengan para wanita itu. Dia hanya ingin main-main saja untuk menyegarkan pikirannya.

"Aku sedang malas dengan mereka. Lagipula mereka kan wanita, yang ada aku tidak bisa tidur sepanjang malam karena mengerjai mereka." Ujar Dareel tanpa rasa malu.

Alona terngaga mendengar perkataannya, "aku juga wanita lho pak!" serunya penuh penekanan, sungguh hatinya sangat takut saat ini. Dia sangat takut Dareel akan berbuat yang tidak-tidak kepadanya.

"Ohya, kau wanita yah? Astaga aku lupa!" balas Dareel menepuk keningnya, Alona hanya tersenyum kecut mendengar gurauannya itu, "tapi kau benar wanita kan, Alona?" tanya Dareel seakan meragukan jenis kelamin Alona.

Alona tersenyum lebar, "Bukan aku banci, dulu aku adalah pria dan aku operasi kelamin menjadi wanita!" jawabnya kesal.

"Wow!" seru Dareel histeris, "Kalau begitu boleh aku cicipi dirimu? aku ingin tahu bagaimana rasanya seorang transgender." Canda Dareel membuat Alona terperangah, wanita itu tidak percaya Dareel menanggapi serius perkataannya.

"Bapak sudah gila yah?!" pekik Alona marah.

♥♥ o(╥﹏╥)o ♥♥

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel