Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 16 Hari Kedua

“Lebih baik kamu berlatih 1 gerakan tapi diulang 1000 kali dibandingkan 1000 gerakan tapi hanya dilakukan 1 kali.”

Itulah kata-kata Pak Yai yang terdengar di kepala Munding saat ini. Tanpa rasa bosan dan jenuh, Munding terus mengayunkan pukulannya ke arah batang pohon mangga yang dibalut dengan tali tambang itu.

Di hari pertama Munding tinggal di rumah Pak Broto, Munding sudah meminta ijin untuk menggunakan kebun buah di bagian belakang pavilionnya untuk berlatih silat dan Pak Broto mengijinkannya. Keesokan harinya, Munding langsung mencari barang-barang yang dia perlukan dan menyiapkannya untuk latihan silatnya.

Latihan silat yang dulu terasa menyakitkan dan membosankan, bagi Munding yang sekarang adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Dan bahkan saat dia mengayunkan pukulannya berulang-ulang, Munding memasuki kondisi dimana pikirannya menjadi lebih jernih dan kosong.

Hanya ada angka seperti mengambang di dalam kepalanya dan menjadi penghitung berapa kali dia sudah mengayunkan pukulan. Semua hal yang sebelumnya terasa membebani pikirannya dan membuatnya merasa berat terasa hilang.

Hanya ada angka, pukulan dan batang pohon mangga di depannya.

Ketika angka di kepalanya mencapai hitungan 100, Munding akan mengganti gerakan yang dilatihnya. Dari pukulan tangan kanan, menjadi pukulan tangan kiri, dari sebuah pukulan berganti dengan sikuan, dari sikuan kemudian menjadi tendangan, dari tendangan yang satu ke tendangan yang lain.

Ketika Munding merasa kelelahan, dia akan berdiri sebentar kemudian memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam.

Setelah itu, Munding akan melanjutkan kembali latihannya, hingga semua gerakan silat yang diajarkan Pak Yai dia latih dengan pengulangan 100 kali. Jumlah yang kurang menurut pemikiran Munding sendiri.

Tapi itu semua karena keterbatasan waktu yang dia punya. Sekarang ini, Munding menggunakan jeda waktu antara sholat subuh dan waktu sarapan pagi untuk berlatih. Dia hanya mempunyai cukup waktu untuk melakukan repetisi 100 kali untuk tiap gerakan.

Dibandingkan apa yang Munding lakukan saat ada dalam penjara, sangat jauh dari cukup. Dengan semua waktu yang dia punya saat di dalam sel penjara, Munding sanggup melakukan repetisi ribuan kali untuk setiap gerakan silatnya.

Munding membutuhkan waktu kurang lebih dua jam untuk latihan repetisinya di pagi hari. Dia memilih untuk melatih teknik di pagi hari dan melakukan latihan kekuatan di sore hari. Melakukan push ups, sit ups, pull ups, squats, planks dan semua strength building exercises yang dia tahu.

Munding melirik ke arah jam tangannya. Jam tangan yang dibelikan oleh Ambar beberapa waktu lalu dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06.20, dua jam kurang sedikit dari waktu subuh tadi.

Dia berjalan menuju ke pavilion yang menjadi kamar dan tempat tinggalnya untuk mandi dan berganti pakaian seragam sekolah. Setelah itu Munding akan ke rumah utama untuk sarapan bersama keluarga Amel.

Ketika Munding sudah memasuki pavilionnya, terdengar suara ketawa pelan dari beberapa orang gadis yang sedari pagi tadi memang memperhatikan Munding yang sedang asyik latihan. Mereka adalah asisten rumah tangga Pak Broto yang mungkin tidak ada pekerjaan di pagi hari ini.

Munding menyadari keberadaan mereka di hari ketiganya melakukan latihan di kebun belakang ini. Awalnya cuma seorang gadis saja yang tanpa sengaja melihatnya latihan, lama kelamaan banyak gadis-gadis lain yang ikut melihat.

Sekarang, sudah jadi rutinitas para gadis itu untuk memperhatikan Munding latihan silat di pagi harinya. Munding membiarkan mereka, selama mereka tidak menganggu latihannya.

Ketika Munding menghilang ke dalam ruangannya. Suara tawa kecil dan helaan napas panjang terdengar dari beberapa gadis itu, mereka pun beranjak dari tempatnya dan kembali ke kesibukannya masing-masing.

Tanpa sepengetahuan Munding, banyak pergerakan terjadi di dunia bawah tanah kota ini. Banyak geng kriminal yang mulai mengetahui tentang keberadaan seorang siswa SMA sebatang kara dengan harta melimpah di tangannya.

Geng kriminal itu dapat berupa dalam berbagai bentuk. Yang paling lazim tentu saja geng motor seperti MinMaks bentukan Bram ataupun Kupu Mas bentukan A Long. Tapi ada beberapa geng kriminal lain yang terbentuk karena faktor yang berbeda.

Ada geng kriminal yang bersifat teritorial, mereka nongkrong dan berkumpul karena tinggal di daerah yang sama kemudian membentuk geng sendiri sesuai dengan tempat mereka tinggal. Setelah itu mereka membuat batas wilayah kekuasaan geng mereka dan melakukan tindak kriminal disana.

Ada geng Pesisir Utara yang menguasai wilayah sepanjang utara kota Semarang dan sepanjang jalan arteri di sana atau geng SeTan yang menguasai wilayah Semarang Selatan. Dan masih banyak lagi geng teritorial lainnya, mulai dari geng kecil kelas komplek perumahan sampai yang mempunyai nama besar menguasai beberapa kecamatan.

Yang tak kalah seramnya tentu saja geng yang terbentuk karena hobi beladiri. Mereka bukan ‘geng’ dalam istilah sebenarnya. Tapi karena didikan rasa percaya diri dan supremasi aliran, bahwa beladiri mereka lah yang terhebat, membuat mereka berkumpul dan bersatu menjadi satu gerombolan yang kuat.

Apalagi mereka memang segerombolan orang-orang yang berkumpul dalam satu dojo dengan satu tujuan, menjadi lebih kuat dan pandai berkelahi, tentu saja mereka akan memiliki keterikatan yang tidak kalah dengan geng kriminal yang sesungguhnya.

Dan karena ulah A Long, sebagian besar pentolan geng dan gerombolan tersebut akhirnya mengetahui kebenaran tentang status Munding di dalam rumah keluarga Jenderal Broto Suseno. Seorang pekerja tanpa hubungan keluarga.

Tanpa berpikir panjang, Bram langsung mengambil tindakan di hari kedua Munding masuk ke SMU ini. Tapi yang tidak Bram ketahui, selain dia, ternyata banyak geng lain yang memonitor pergerakan Munding sejak sekolah dimulai pagi tadi.

Fariz duduk di barisan belakang. Nama lengkapnya adalah Salman Al Farizi. Nama yang bagus dan islami. Dia adalah seorang karateka. Seseorang yang berlatih beladiri aliran karate. Lebih tepatnya Kyokushin Karate.

Fariz mendapatkan informasi tentang jatidiri Munding dari seseorang yang membelinya dari A Long. Orang tersebut memberitahu Fariz, karena dia tahu Fariz sekelas dengan Munding.

Sejak kejadian perkenalan kemarin pagi, Fariz sudah tertarik dengan Munding, bukan karena hartanya. Tapi sebagai seorang pebeladiri, dia tahu kalau Munding juga mempunyai cukup bekal untuk mempertahankan diri.

Saat itulah dia memancarkan intent ke arah Munding. Intent untuk menjajal Munding. Niatan untuk menantang Munding satu lawan satu untuk membuktikan apakah benar si anak baru tersebut bisa memberikan perlawanan yang berarti baginya. Seorang karateka yang sudah tidak mempunyai lawan tanding lagi di dojo-nya sendiri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel