Bab 15 MinMaks vs KuPu MaS
Seorang pemuda dengan tatto memenuhi tubuhnya sedang duduk di sebuah rumah yang penuh oleh pemuda yang memakai kaos hitam dan bergambar tengkorak dengan botol minuman di kedua sisinya. Sebuah tulisan dalam bendera terlihat mengelilingi gambar tengkorak tersebut.
MinMaks
Gambar dengan ide serupa terlihat menyebar di berbagai dinding rumah. Rata-rata sama, botol minuman keras, tulisan MinMaks dan Minuman Maksiat, tengkorak atau gambar gadis telanjang sedang memamerkan bagian tubuhnya.
Banyak pemuda yang sedang terkapar di lantai masing-masing ruangan. Di sana-sini juga banyak terdapat botol kosong berserakan. Botol kosong bekas minuman dengan berbagai merk.
Di depan pemuda bertattoo tadi, seorang wanita sedang duduk bersimpuh di lantai dan menghisap kemaluannya. Sesekali si pemuda akan menutup matanya ketika dia merasakan sensasi nikmat dari perbuatan yang dilakukan oleh wanita yang duduk bersimpuh di depannya itu.
“Nggak mungkin kan kita biarin kaya gini aja Bram?” tanya salah seorang pemuda yang duduk di kursi sebelah kanannya, pemuda itu adalah siswa berbadan kekar yang tadi pagi sempat mencoba menggertak Munding.
Siswa itu bernama Nova Ardi, panggilannya Ardi, dia adalah pemimpin kedua MinMaks, dia sahabat Bram dari SMP dan mereka berdua berhasil masuk sama-sama ke SMA ini bahkan sekelas. Orang tua Ardi juga memiliki pengaruh yang tak kalah dari orang tua Bram.
Bram membuka matanya dan kemudian menggunakan jari telunjuknya untuk menutup mulutnya, isyarat agar Ardi diam. Kemudian Bram memejamkan matanya kembali dan memegang kepala wanita yang sedang bekerja di bawah sana.
Ketika Bram merasakan desakan yang mulai datang dengan kasar, dia mengayunkan kepala wanita itu untuk menelan kemaluannya lebih dalam. Si wanita yang tentu saja kaget dengan paksaan Bram tersedak karenanya.
Tak lama kemudian Bram melenguh dan tersenyum puas. Dia melepaskan kepala wanita itu dan membiarkan dia membersihkan cairan sperma Bram yang mengalir dari sudut-sudut mulutnya.
Si wanita tersebut berdiri dan mau berlari ke toilet yang ada di kamar ini tapi Bram memegang tangannya dan menariknya, “mau kemana?”
“Ke kamar mandi bentar, mau membersihkan muka,” kata wanita itu sambil menunjuk ke arah mukanya yang memang bersimbah keringat dan sperma.
Bram melepaskan tangan wanita itu dan membiarkannya ke kamar mandi. Ardi yang melihat lekuk tubuh wanita yang barusan memuaskan Bram cuma bisa menelan ludah. Wanita itu adalah fantasi semua orang di sekolahan mereka. Ibu guru yang terkenal cantik dan seksi dan menjadi wali kelas 2J.
Santi Lofiani.
Bram terlihat tersenyum bangga melihat pandangan mata penuh iri dari Ardi, sahabatnya, “napa Bro, pengen ya?”
Si Ardi cuma mencibir sebagai balasan, dia tahu kalau Bram tidak akan pernah memberinya ijin untuk menikmati tubuh Bu Santi. Cuma Bu Santi satu-satunya wanita yang dinikmati Bram tapi tidak dibaginya dengan Ardi.
Tak lama kemudian Bu Santi kembali ke ruangan itu dan duduk di sebelah Bram. Bram memeluknya dan mengedipkan matanya ke arah Ardi.
“Kamu yakin kalau data itu benar?” tanya Bram ke arah Santi yang ada dalam pelukannya.
Santi menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan secarik kertas dari tasnya yang ada di atas meja. Santi memberikan kertas itu kepada Bram dan dia langsung membacanya.
“Cihhh. Kok bisa anak petani sekaya ini?” kata Bram, “sebelum kita jadikan dia target kita, pastikan dulu seperti apa hubungan dia dengan keluarga Amel, aku tidak ingin mengusik militer. Tidak ada yang mau mengusik mereka.”
Ardi terdiam.
“Ardi!!!” teriak Bram, “aku melarangmu melakukan tindakan apa pun sebelum kita mempunyai informasi yang jelas tentang status hubungan Munding dengan keluarga Amel. Tahan dan biarkan dia besar kepala selama beberapa saat. Ngerti?”
Sebuah musik EDM bergenre Moombahton terdengar berdentak di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan cowok dan cewek yang sedang asyik menari. Ruangan ini dibuat kedap suara dan meskipun telinga serasa pecah di dalam sana, tidak ada suara apapun keluar dari dalam ruangan itu.
Ruangan itu terdapat dalam basement sebuah mall yang ramai pengunjung. Basement yang luas itu terbagi menjadi 4 bagian terpisah, ruang tamu depan, ruang dance dan music yang pertama tadi, ruang tamu dalam dan kamar sekaligus gudang di bagian belakang.
Ini adalah markas Geng Motor KuPu MaS.
Seorang pemuda berbadan tegap dan bertelanjang dada dengan tatto naga melingkar di punggung dan dadanya terlihat sedang melakukan workout di dalam ruang tamu bagian belakang yang memang luas dan mempunyai beberapa sarana untuk melakukan workout.
Dua orang pemuda yang terlihat mempunyai karakter fisik yang sama juga melakukan workout dengannya. Mereka bertiga adalah pentolan Kupu Mas. Selain mereka bertiga, ruang tamu ini dipenuhi oleh gadis-gadis yang sedang melakukan workout juga atau sedang teler dan bergelimpangan di sofa atau di lantai.
A Long terlihat sedang melakukan telepon ke seseorang sembari mengangkat sebuah barbel dengan tangan kirinya, “hallo??”
“Ini A Long kan?” terdengar suara dari seberang sana.
“Iya ini A Long,” jawab A Long.
“Saya dengar kamu bisa bayar mahal soal informasi tentang Munding dan keluarga Amel?” kata lawan bicara A Long di seberang sana.
“Oooooo. Bisa, bisa. Gue bisa bayar mahal asalkan informasi akurat. Kalau tak akurat? Lu orang tahu sendiri akibatnya,” ancam A Long.
“Tidak. Ini informasi akurat. Langsung dari sumbernya,” jawab lawan bicara A Long.
“Oke. Sebutkan nominalnya, gue transfer sekarang,” kata A Long sambil memberikan kode ke kawan-kawannya untuk bersiap-siap mentransfer sejumlah uang.
“Ini info bagus dan akurat. Si Bram tolol itu mau bayar berapa untuk informasi ini? Gue tahu kalau dia tidak akan melewatkan sasaran seempuk anak baru itu,” gumam A Long setelah mendengarkan informannya barusan.
“Si Bocah Gila itu sudah dikonfirmasi punya harta milliaran. Ditambah dengan informasi yang gue dapat barusan. Gue yakin, bukan cuma MinMaks yang tertarik untuk memakan si Bocah Gila. Pasti banyak geng di luaran yang tertarik juga,” senyum A Long makin melebar.
“Gue nggak perlu ikutan ngutak-ngatik si Bocah Gila, dengan menjual informasi ini saja, gue bakalan punya duit lebih buat jajan selama beberapa bulan,” gumam A Long yang kemudian di lanjut oleh tawanya yang memenuhi ruangan itu.
Menurut informan A Long, Munding sama sekali tidak ada hubungan keluarga dengan Amel. Dia hanya seorang pekerja yang direkomendasikan oleh anak buah Papanya Amel. Kini, Munding tinggal di pavilion belakang di bagian belakang rumah Amel yang khusus untuk pekerja laki-laki disana. Dan informasi ini didapat dari salah satu pekerja rumah tangga di rumah Amel sendiri.
Bahkan, A Long yang sama sekali tidak pernah melakukan tindakan pemerasan dan pemalakan menjadi tertarik untuk melakukannya sekali ini saja. Milyarder, tanpa sanak tanpa saudara, sungguh sasaran empuk bagi para kriminal di luar sana.
Kemudian, Along berjalan menuju kamar belakang, ada sebuah ranjang disana dan seorang gadis telanjang tanpa baju sedang berbaring dan asyik bermain hpnya disana.
“Beb?” kata gadis itu ketika melihat A Long memasukki kamar tersebut.
“Bentar, gue cari duit dulu,” jawab A Long.
Tanpa berpikir panjang A Long menelpon Bram dan mulai bernegosiasi soal harga dengannya. A Long tahu, untuk bisnis informasi seperti saat ini, sedikit saja terlambat bergerak, client-nya akan disambar oleh orang lain.
Beberapa menit kemudian, A Long menutup telponnya dengan puas. Ongkos awalnya untuk membeli informasi tadi sudah tertutupi oleh transaksinya barusan dengan Bram. Kini saatnya bagi A Long untuk mencari untung. Dengan cepat dia kemudian menghubungi ketua-ketua geng yang dia tahu. Mengabarkan bahwa ada ‘sasaran empuk’ untuk disantap baru saja datang ke kota ini.
A Long adalah pebisnis handal, dalam waktu setengah jam dia sudah mendapatkan 3 kali lipat keuntungan dari harga yang dia bayar untuk informasi tadi. Setiap kali dia menelpon untuk menjual informasinya, dia selalu akan mengatakan, “lu orang pertama yang tahu, habis ini gue baru jual info ini ke orang lain.”
Malam ini, A Long tertawa-tawa setelah mengecheck jumlah saldo terakhirnya, setelah itu dengan penuh semangat, dia menggarap gadis cantik yang dari tadi telanjang di sebelahnya.