Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14 Bram

“Aku butuh identitasnya,” kata Munding pendek.

Nur mencondongkan badannya kedepan dan berbisik, “namanya Bram. Lengkapnya Bondan Bramantyo.”

Munding berhenti makan dan mendengarkan dengan seksama. Dari kelima orang yang berniat tidak baik kepadanya di kelas tadi pagi, dia merasakan ancaman bahaya terbesar datang dari siswa yang bernama Bram ini. Kalau Rey sih, anggap saja angin lalu.

“Ayahnya orang berpengaruh di partai politik dan sekarang menjadi anggota DPRD. Tapi bukan itu yang membuatnya ditakuti. Ada satu identitas lain yang membuatnya ditakuti oleh hampir semua orang. Dia ketua geng motor yang bernama MinMaks,” lanjut Nur.

“Geng motornya punya anggota inti puluhan orang. Siswa-siswa disini banyak yang menjadi anggotanya, dengan beberapa orang yang menjadi anggota inti.”

“Bram selalu memakai seragam berlengan panjang karena kedua tangannya penuh dengan tattoo. Dada dan seluruh tubuhnya juga. Dia tidak perlu mengikuti kegiatan olahraga apapun yang memerlukan dia membuka bajunya sehingga tattoonya terlihat. Karena peraturan sekolah melarang siswa bertattoo dan yang terbukti memiliki tattoo akan dikeluarkan.”

“Karena mereka tidak bisa mengeluarkan Bram dari sekolah ini, yang terjadi kemudian adalah Bram diijinkan mengenakan seragam lengan panjang satu-satunya di sekolah dan dia dibebaskan dari mata pelajaran olah raga.”

Munding sedikit heran dengan kata-kata Nur, “tidak mungkin kan seorang bocah bisa mengancam seluruh sekolahan?” batin Abi dalam hati.

“Selain Bram, ada beberapa orang yang perlu kamu waspadai dari kelasmu. Ada siswa dengan nama panggilan A Long, nama aslinya Winata, dia ketua geng motor Kupu Mas, geng terbesar kedua setelah MinMaks di sekolah ini. Gampang sekali menemukan dia. Kurasa dia satu-satunya cowok keturunan chinese di kelas J. Kalau siswi di kelas J kan banyak yang chinese.”

“Selain Bram dan A Long, ada dua orang lagi Fariz dan Rin, kedua cowok ini memang bukan anak motor. Tapi mereka anak beladiri. Dan kamu tentu tahu kalau anggota perguruan bela diri terkadang sama loyalnya dengan anggota geng motor.”

Munding menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Nur sebelum dia tertawa tiba-tiba ketika mengingat nama geng motor yang tadi di beritahu oleh Nur.

“MinMaks, Kupu Mas?” tanya Abi setelah berhasil meredakan tawanya.

Muka Nur sedikit memerah karena malu, memang kalau dipikir-pikir nama geng motor mereka itu sedikit lucu dan terlihat kekanak-kanakan. Tapi selama ini tidak ada yang berani mentertawakan nama mereka seperti yang Munding lakukan barusan.

Nur menarik napas panjang, “itu nama singkatan, dan tolong jongon tertawa seperti tadi, kalau anggota mereka tahu, kita bisa dalam masalah,” bisik Nur.

“Oke, oke,” jawab Munding sambil melambaikan tangannya seolah-olah sedang menepis lalat yang lewat depan mukanya.

“Nama MinMaks punya geng motor Bram sebenarnya singkatan dari minuman maksiat, sesuai dengan namanya mereka hobi mabuk dan berbuat onar. Sedangkan Kupu Mas punya A Long, singkatan dari kulit putih mata sipit, geng khusus untuk siswa-siswi berdarah chinese,” lanjut Nur masih dengan suara berbisik.

Munding pun tertawa setelah mendengar penjelasan Nur barusan, bener-bener penamaan geng motor yang dilakukan oleh segerombolan anak-anak SMA, kekanak-kanakan sekali.

“Aku pikir tadi, MinMaks singkatan dari minimum maksimum, makanya ketawa,” kata Munding setengah bercanda, sama sekali tidak ada rasa takut terdengar dari suaranya.

Nur merasa, seolah-olah Munding hanya membahas segerombolan anak SD yang berbuat nakal, sama sekali tanpa beban dan tanpa rasa takut.

Mereka berempat terdiam. Munding melanjutkan kembali makan siangnya karena sempat tertahan sebentar oleh Nur tadi. Nur dan kedua kawannya menunggui Munding selesai makan siang dalam diam.

“Munding, kamu mau bergabung dengan geng kami?” kata Nur tiba-tiba.

Munding yang masih menundukkan kepalanya dan sedang menikmati makan siangnya tersenyum, dia tahu dari awal kalau mereka bertiga pastilah juga memiliki sedikit kekuasaan di sekolah ini. Kalau tidak, mereka tidak akan mempunyai keberanian mendekati Munding yang menjadi pusat perhatian semua orang di kantin ini.

Munding mengangkat kepalanya dan tersenyum, “Nur, aku tahu dari awal kalau kamu dan kedua temanmu pasti punya geng sendiri, aku juga bisa menebak alasannya, kalian mencoba melindungi siswa yang kalian anggap senasib dengan kalian dari tangan Bram dan A Long kan?”

“Tapi, melihat kamu yang ketakutan saat membahas Bram dan A Long tadi, aku langsung tahu kalau kamu belum siap mental untuk menghadapi mereka. Mungkin karena keminderanmu atau rasa percaya dirimu kurang.”

“Sebanyak apapun anggota kawananmu kalau pemimpinnya adalah seorang pengecut, kawanan tetap akan sangat mudah dihancurkan. Dan aku tidak akan bergabung dengan kawanan seperti itu.”

Muka Nur memerah mendengar sindiran tajam Munding. Tapi dia tidak punya kata-kata untuk menolaknya, dia memang memiliki rasa takut terhadap Bram ataupun A Long. Kalau sampai terjadi one on one fight antar ketua geng. Nur tidak yakin kalau dia berani menghadapi salah satu diantara mereka.

“Apa nama gengmu? Aku tidak akan bergabung dengan kawananmu, tapi setidaknya aku akan mencoba untuk menghindari melukai salah satu anggotamu kelak,” kata Munding sambil tersenyum.

Nur terdiam dan melihat wajah bocah di depannya dengan serius, Nur merasa ada sesuatu yang lain dengan Munding, semua perkataannya terasa sangat meyakinkan, seolah-olah apa yang dia katakan adalah suatu kewajaran dan keniscayaan.

“Nama geng kami HD,” kata Nur pelan.

“High Definition?” tanya Munding, seringai mulai terlihat di ujung bibirnya.

“Bukan,” Nur tersenyum kecut melihat senyuman Munding yang mencoba menahan tawa, “Humble and Destroy,” lanjutnya pelan.

Dan dugaan Nur benar, Munding tertawa ngakak ketika mendengar nama geng mereka. Tawanya bahkan lebih parah daripada saat mendengar nama MinMaks dan Kupu Mas tadi.

Setelah puas tertawa, Munding berdiri dan membawa nampan kotornya, “kita mungkin tidak akan menjadi kawan, tapi kita bukan musuh. Aku jamin itu.”

Munding memutar tubuhnya dan berniat mengembalikan nampannya ke tempat pengumpulan nampan kotor di dekat pintu kantin, tetapi setelah beberapa langkah, Munding berhenti dan menolehkan kepalanya ke arah Nur yang masih duduk bersama kedua rekannya, “how can you be ‘humble’ when you plan to ‘destroy’ something?”

Suara tawa si bocah gila terdengar memenuhi kantin setelah itu. Nur dan kedua kawannya juga merasa malu sekali. Nama itu adalah hasil kolektif para pendiri geng mereka.

Awalnya sih bermaksud untuk menjadi siswa yang ‘humble’ tapi ketika ada musuh mereka akan tetap berani untuk melawan dan ‘destroy’ musuh-musuhnya. Keren sih. Tapi kenapa seolah-olah nama geng mereka menjadi sangat lucu di mata Munding?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel