Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Mati Rasa

Keyla tahu yang dilakukan Alex saat ini adalah salah satu bentuk kepeduliannya kepada dirinya. Ia tidak ingin kakinya melepuh berjalan di aspal tanpa alas kaki.

Ya, Keyla sangat bersyukur, setidaknya perlakuan Alex membuat Keyla bisa menghindari Andrean, suaminya yang telah berkhianat itu.

Walaupun berusaha terlihat kuat dan tegar, tetap saja hati ini telah hancur. Namun, Keyla memilih untuk tidak lagi menangis atau meratapi kesedihan Keyla karena hati ini telah mati, mati rasa.

"Key, kamu istirahatlah! Jangan berbicara dan jangan mempertanyakan apapun!"

Sebuah ultimatum yang terdengar seperti sebuah perhatian bercampur kekhawatiran.

Kali ini Keyla tidak memberontak atau mengeluarkan kata-kata apapun memilih diam dan menutup mata untuk menenangkan hati dan perasaannya. Dua hari ini energi Keyla benar-benar terkuras habis, hingga air mata jatuh membasahi pipinya.

Keyla adalah wanita lemah yang tidak berdaya, berlagak sok kuat dan sok berani padahal sebenarnya manja. Mentalnya masih mental kerupuk, cuit dan rapuh.

Tapi kesedihan Keyla terobati ketika mengingat momen ketika ia USG.

Perlahan Keyla menghapus air mata yang jatuh membasahi pipinya, ia pegang perut Keyla dengan lembut.

Ada nyawa lain yang hidup di dalam rahimnya saat ini.

Nikmat terindah dari Tuhan yang menjadikan ia wanita seutuhnya. Seorang anak yang delapan bulan lagi akan terlahir ke dunia menemaninya.

"Sayang, Mami janji akan menjagamu dan memberikan kehidupan terbaik untukmu."

Dalam diam, Keyla berinteraksi dengan bayinya, bayi yang merupakan harta berharga yang tidak akan pernah Keyla sia-siakan.

"Key, kita obati dulu kakimu."

Kata-kata yang keluar dari mulut Alex membuat Keyla membuka matanya. Perlahan ia lihat kakinya yang terlihat kotor dan bergelumuran darah.

Ya, Keyla bahkan tidak menyadari kalau kaki ini terluka.

"Ini dimana, Mas?"

"Ini adalah klinik milik sahabatku, kita bisa membersihkan lukamu disini," ujar Alex sembari tersenyum.

Lelaki tampan itu lagi dan lagi menggendong Keyla memasuki klinik untuk membersihkan lukanya.

Setelah luka Keyla dibersihkan, Alex memberikan sepasang sendal untuknya.

"Pakailah sendal ini dan jangan pernah lagi membuat kaki ini terluka!"

Alex memasangkan sendal berwarna kulit itu di kakinya, dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain memakainya.

Terbesit dalam otak Keyla, andai suaminya memperlakukan Keyla seperti Alex memperlakukannya, mungkin saja saat ini ia menjadi wanita yang palung beruntung sedunia.

"Terima kasih, Mas."

Hanya kata-kata lembut dan senyum manis yang bisa Keyla berikan kepada Alex sebagai ungkapan terima kasih dan rasa syukurnya karena kebaikan hatinya.

Keyla tidak tahu bagaimana jadinya hari ini, jika Alex tidak menyelamatkannya hingga membawanya ke rumah sakit.

Tuhan memang menitipkan hikmah dan pelajaran dari setiap masalah dan cobaan hidup yang diberikan, karena dari setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dari setiap ujian ada hadiah yang Tuhan berikan sehingga hamba-Nya lupa kalau ia pernah merasakan sakit.

"Key, kemana aku akan mengantarkanmu sekarang? Apakah kamu mau tinggal di apartemen milikku?"

Sebuah penawaran yang terdengar sangat menjanjikan, tapi itu adalah hal yang tidak mungkin, karena bagaimanapun juga status Keyla masih istri orang.

"Mas, aku ingin keluar kota, aku tidak ingin melahirkan disini dan aku juga tidak ingin mas Andrean melihatku mengandung. Aku hanya ingin pergi jauh tanpa meninggalkan jejak apa-apa."

Keyakinan penuh dan tekat yang telah bulat untuk bisa pergi dari kota Jakarta dan hidup menyendiri dari keramaian dimana tidak ada lagi orang yang mengenal Keyla.

"Kamu mau kemana? Aku akan menemanimu!"

"Tidak, Mas, aku ingin pergi sendiri saja, lagian kamu tidak boleh meninggalkan istri dan anakmu hanya karena aku."

Dengan tatapan sedih dan kecewa, Keyla akhirnya mengungkapkan perasaan dan isi hatinya. Sejujurnya, ada ketidaksukaan di hati ini ketika mengetahui kalau Alex telah menikah.

"Sudahlah, Keyla! Apa yang kamu pikirkan?"

Hati Keyla memilih untuk sadar diri dan mati rasa saja, karena ia tidak ingin melabuhkan lagi cintanya kepada siapapun. Keyla tidak ingin terlalu bergantung dan berharap kepada manusia karena Allah akan mengujinya dengan pedihnya sebuah pengharapan karena berharap selain kepada-Nya.

"Key, kamu cemburu?"

Ha ..., Ha ..., Ha ....

Alex tersenyum terbahak-bahak, ia sangat tahu sekali bagaimana ekspresi wajah Keyla saat ini.

Dengan senyum tipis lelaki itu menarik tangan Keyla dan membawa wanita itu kembali memasuki mobil.

"Mas, kita mau kemana?"protes Keyla.

"Ikut saja, jangan banyak bicara!"

Alex lagi-lagi membawa Keyla pergi, kali ini kami singgah disebuah rumah mewah di kawasan elit di pusat Kota Jakarta.

Ketika memasuki rumah itu, pelayan telah menunggu mereka dengan pakaian seragamnya. Ya, persis seperti di rumah Andrean yang dulu Keyla tinggali sebelumnya.

"Tuan sudah pulang?" Sapa salah seorang wanita paruh baya yang datang menghampiri mereka.

"Bi, ini adalah Keyla, dia adalah calon istri saya, tolong perlakukan ia dengan baik."

Kata-kata mengejutkan yang terdengar seenaknnya saja selalu keluar dari lisan Alex.

"Nona, mari saya antar ke kamar," ucap sang pelayan ramah dan sopan.

Namun, Keyla masih tetap diam dan duduk di mobil, karena semua yang dilakukan oleh Alex tanpa persetujuannya.

"Sayang, kamu mau ku gendong sampai ke kamar?"

Ocehan dan lelucon Alex membuat semua pelayan yang menghampiri mereka tersenyum geli. Senyum yang tentu saja membuat Keyla menjadi malu, hingga tidak ada pilihan lain yang ia lakukan selain menurut.

"Bi, calon istri saya sedang hamil, jadi tolong jaga dia dengan baik, lengkapi kebutuhannya dan jika terjadi sesuatu hal yang buruk kepadanya maka Bibi akan saya hukum!"

"Siap, Tuan Muda."

Sungguh menakjubkan, lelaki yang dulu hidup sederhana, kuliah dengan modal beasiswa sama seperti Keyla itu, saat ini berubah menjadi konglomerat yang sangat kaya raya, tinggal di rumah megah yang terlihat seperti istana dengan banyaknya pelayan yang melayani dan membantunya.

'Apa yang terjadi dengan Mas Alex sejak kami berpisah?' Banyak pertanyaan yang muncul di benak Keyla yang ingin sekali kutanyakan langsung kepadanya.

'Ah sudahlah, untuk apa, aku juga bukan siapa-siapanya Mas Alex.'

Batin Keyla sendiri mematahkan semua rasa penasaran itu.

"Non Keyla, ini kamarnya, silahkan masuk!"

Bibi mengantarkan Keyla ke sebuah kamar yang terdapat di lantai satu rumah ini. Kamar mewah yang hampir sama dengan kamar yang ia tempati di rumah suaminya.

"Terima kasih, Bi," ucap Keyla lembut.

"Non, kalau ada apa-apa silahkan panggil Bibi saja."

Bibi tersenyum ramah kepada Keyla. Ya, wanita separuh baya yang terlihat profesional dalam pekerjaannya itu lebih terlihat seperti asisten pribadi bukan asisten rumah tangga seperti kebanyakan, beliau terlihat berpendidikan dan sangat bertata krama.

"Bi, apa boleh salah bertanya sesuatu?" Tiba-tiba rasa penasaran kembali muncul di benak Keyla. Ia ingin sekali menanyakan hal pribadi tentang Alex yang sudah tidak lagi ia ketahui.

"Tentu, Nona mau menanyakan apa?" Dengan senyum ramah, sang pelayan memperlakukan Keyla dengan sangat baik.

"Apakah Mas Alex telah menikah? Apakah di rumah ini ada istri dan anak-anaknya?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel