5. Istri Kedua?
Kata-kata yang keluar dari lisan dokter membuat Keyla memberanikan diri menatap layar.
Terharu!
Alangkah terkejutnya Keyla ketika ada sesuatu yang bernyawa hidup di dalam rahimnya, sesuatu yang selama ini ia impikan, surga yang ia rindukan dan kebahagiaan yang ia nantikan kehadirannya,
Sungguh, Tuhan Mahakuasa, ia memberikan kejutan yang tidak pernah disangka-sangka saat hati ini tengah patah, hancur dan terluka.
Tuhan menunjukkan kuasa-Nya hanya dengan mengatakan, "Kun fayakun," jadilah maka jadilah ia. Bahkan, di saat Keyla telah pasrah dengan ketetapan-Nya, tidak lagi mengharapkan apa-apa, Tuhan menunjukkan keajaiban yang membuat Keyla takjub.
Tanpa berkata-kata, hanya air mata bahagia yang bisa menggambarkan betapa saat ini Keyla sangat memuji Tuhannya. Sungguh, maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?
"Keyla, lihatlah, janin kita sehat, jadi kamu harus kuat demi dia, kamu harus bertahan untuknya dan kamu tidak boleh lagi menangis demi anak kita."
Alex membelai rambut Keyla sembari menonton monitor yang memperlihatkan betapa agungnya Tuhan Sang Pencipta. Ya, surga yang Keyla rindukan akhirnya sebentar lagi akan menjadi kenyataan, janin yang terlihat di monitor itu seolah tersenyum kepada Keyla.
"Apakah ini nyata?"
Dengan nada terisak, Keyla meminta Alex meyakinkannya bahwa yang ia lihat saat ini bukan mimpi.
"Sayang, ini nyata, jadi kamu jangan menangis lagi! Nanti anak kita malah cengeng kayak Maminya," ujar Alex.
Ya, lelucon lelaki itu memang receh, namun membuat Keyla terhibur, setidaknya kepura-puraan itu tidak membuat Keyla sendirian.
"Ibu Keyla, jangan lupa jaga makanannya dan minum vitamin agar janinnya berkembang dengan baik. Sebulan lagi kita bisa melihat perkembangannya lagi."
Setelah memberikan resep obat dan vitamin, dokter berpesan kepada Keyla dan Alex untuk menjaga bayi yang ada di rahim Keyla karena usia kandungannya saat ini adalah usia yang sangat rentan dan beresiko sehingga Keyla dianjurkan untuk tidak bekerja terlalu keras dan tidak memikirkan banyak hal yang membuatnya stres sehingga berpengaruh kepada kesehatan janinnya.
"Baiklah, Dokter, kalau begitu kami permisi ya!"
Dengan senyum semeringah, Keyla dan Alex keluar dari rumah sakit dengan hati yang sangat bahagia, seperti sepasang suami istri yang serasi.
Ya, sejujurnya Keyla masih tidak percaya kalau ternyata saat ini ia sedang hamil dan mengandung anak dari Andrean, lelaki yang baru saja menceraikannya dengan alasan kemandulan Keyla. Namun, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya, Keyla bisa hamil dan mematahkan vonis dokter sebelumnya. Akan tetapi, apa yang harus ia lakukan sekarang? Semuanya sudah tidak lagi sama seperti dulu. Meski secara agama, wanita yang sedang hamil tidak boleh bercerai, tetapi penghianatan dan penghinaan Andrean sudah tidak bisa lagi ia maafkan dan ia terima.
Keyakinan Keyla telah bulat, ia akan pergi jauh dari Jakarta, namun sanggupkah ia menjadi single parent yang menjadi orang tua tunggal untuk anaknya?
Kesedihan kembali menghantui Keyla, dilema hati dan persoalan hidup yang sangat berat ini membuatnya kembali murung.
'Apa yang akan kukatakan kepada anakku kelak perihal Ayahnya?' Itu adalah pertanyaan pertama yang Keyla sendiri tidak mampu menjelaskannya.
"Key, Keyla, Jelek!"
Lamunan Keyla dibuyarkan oleh Alex yang ternyata sedari tadi memanggil-manggil namanya, bahkan mengoyang-goyangkan kedua telapak tangannya di depan wajah Keyla.
"I-iya, Mas, ada apa?" Keyla jawab pertanyaan Alex dengan datar tanpa menatap mata lelaki tampan itu.
Rasanya saat ini Keyla tidak tahu akan berkata apa kepadanya dan memulai pembicaraan apa dengannya.
"Keyla, apa yang kamu pikirkan? Apakah kamu takut kalau kamu harus melahirkan bayi tanpa seorang suami? Ataukah kamu takut menjadi Ibu tunggal untuk anakmu kelak?"
Seperti bisa menebak isi hati Keyla, pertanyaan Alex membuat Keyla semakin sulit untuk menjawabnya. Memang benar kalau semua hal yang Alex tanyakan menjadi kekhawatiran Keyla, namun ada satu hal yang paling Keyla takutkan saat ini, ia tidak ingin Andrean atau keluarganya mengetahui kehamilannya karena Keyla tidak ingin lagi kembali kepada suaminya itu.
"Keyla, apakah kamu mau menikah denganku?"
Lagi dan lagi, Alex melontarkan pernyataan yang membuat Keyla terpelongo dan terpana. Ya, lelaki itu sama sekali tidak berubah, ia selalu melakukan sesuatu semaunya.
"Key, kenapa diam? Aku akan menikahimu dan aku akan bertanggung jawab penuh atas anak yang kamu kandung saat ini," ujar Alex.
Mata Alex menggambarkan keseriusan, wajahnya juga tidak menggambarkan kebohongan sama sekali. Ya, Keyla sangat tahu sekali kalau Alex tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jika ia menginginkan sesuatu maka ia akan mewujudkannya.
"Mas, apa yang kamu katakan? Bukankah kamu telah menikah?"
Dengan tatapan datar, Keyla mencoba mempertanyakan tentang status pernikahan Alex. Bagaimanapun juga, dihianati oleh seseorang yang sangat dicintai rasanya sangat menyakitkan hingga membuat diri ini ingin mati. Jadi, karena Keyla telah merasakan kesakitan yang teramat sangat seperti itu, bagaimana mungkin ia akan menyakiti hati wanita lain hanya untuk keegoisan dirinya yang menginginkan ayah untuk anaknya ketika ia lahir kelak.
"Tidak, Mas, aku tidak bisa menjadi istrimu. Lagian statusku saat ini adalah istri seseorang dan aku juga tengah hamil."
Dengan penuh percaya diri, Keyla menjelaskan kepada Alex ketidaksiapannya untuk menikah dengan lelaki itu.
"Keyla, apakah kamu mau menjadi istri keduaku?"
Dengan gaya cool dan tampan, Alex menawarkan sesuatu yang membuat Kayla ingin membunuhnya. Ia baru saja dikhianati pelakor, bagaimana mungkin ia akan menjadi pelakor dalam rumah tangga orang lain.
"DASAR BUAYA! Istri pertama saja aku tidak mau apa lagi istri kedua!"
Dengan segenap tenaga dan kekuatan yang dimiliki, Keyla memukul-mukul dada bidang Alex.
Ya, Keyla tahu rasanya pasti sangat sakit, namun lelaki itu memilih untuk tetap diam dan menerima saja perlakuan kasar Keyla. Lelaki itu sepertinya paham kalau saat ini Keyla tengah melampiaskan semua perasaan kesal dan amarahnya kepada Alex.
"Keyla, aku belum menikah!"
Kata-kata yang keluar dari lisan Alex membuat Keyla berhenti memukulnya untuk sesaat, namun kemarahan memuncak masih ia rasakan, hingga ia memilih untuk memukul Alex kembali, lagi pula Alex membohonginya, mana mungkin diusia yang menjelang kepala tiga Alex belum menikah.
"Sudahlah, Mas, jangan membohongiku. Aku tidak ingin merusak rumah tanggamu."
"Keyla, sudah!"
Alex menggenggam tangan Keyla dengan lembut. Tatapan matanya terlihat sangat meneduhkan, tatapan yang sama seperti 9 tahun yang lalu. Tatapan yang membuat jantung Keyla kembali berdetak luar biasa kencangnya.
Dak ..., Dik ..., Duk ....
"Mas, lepaskan aku!"
Dengan sigap dan lincah, Keyla mengelak.
Keyla balikkan badannya dari Alex, karena ia merasa malu dan salah tingkah. Keyla juga tidak ingin memperlihatkan kekurangannya kepada Alex, terlebih lagi ia tidak ingin dikasihani oleh Alex, karena ia sangat tahu kalau emosi dan rasa yang keduanya rasakan sekarang hanyalah nostalgia masa muda yang kembali terulang saja.
"Keyla, aku sama sekali belum menikah!"