Ringkasan
Apakah cinta sejati itu ada? Lantas, kenapa harus ada perceraian di antara kita?
1. Kenyataan Pahit
"Dasar wanita tidak berguna, mandul! Aku ingin bercerai!"
Kata demi kata yang keluar dari mulut Andrean seperti sengatan petir yang menyambar di siang bolong.
Lelaki tampan yang berusia 30 tahun itu seketika menghancurkan hati dan perasaan Keyla, istrinya. Hati Keyla seperti dicabik-cabik dengan sangat kasar, lalu dibuang dan dihanyutkan di sungai, seperti abu yang tidak bernilai sama sekali.
Lelaki yang sangat Keyla cintai, lelaki yang ia banggakan dan lelaki yang menjadi belahan jiwanya itu seketika berubah menjadi penjahat yang tidak berperikemanusiaan yang menghancurkan hati dan perasaannya.
Sakit!
Rasanya seperti pisau tajam yang menusuk tepat di jantung Keyla, bahkan membuat wanita cantik berusia 29 tahun itu tidak sanggup lagi bernafas menghirup udara segar di dunia ini.
Lemah!
Jiwa Keyla terasa lemah tak berdaya, raga ini serasa telah terpisah dari rohnya.
"Mas, aku tahu seminggu belakangan aku tidak maksimal mengerjakan tugasku sebagai seorang istri, aku sedang tidak enak badan, Mas," ucap Keyla lembut sembari bangkit mendekati suaminya yang baru saja pulang bekerja.
"Ah, aku muak denganmu. Aku hanya ingin bercerai!" teriak Andrean terdengar sangat kasar di telinga Keyla.
"Mas, apa salahku?"
Dengan suara lembut dengan isak tangisan air mata, hingga air mata itu terus menerus mengalir membasahi pipi Keyla, gadis cantik itu terus melontarkan pertanyaan yang ingin sekali ia ketahui jawabannya.
Nihil!
Lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu diam dalam kebisuannya, tidak ada penjelasan yang ia berikan kecuali emosi dan amarah yang menyesakkan dada.
Hingga, tidak ada yang bisa Keyla lakukan selain meminta maaf, walaupun ia sendiri tidak tahu dimana letak salahnya.
Keyla mendekati suaminya yang sedang duduk di sofa sembari menyilang kedua kakinya di atas meja. Dengan lemah lembut Keyla menggenggam tangan suaminya, bersujud di kakinya sembari menengadahkan wajahnya menatap imamnya itu.
Namun, tatapan Andrean tetap datar dan lurus ke depan, bahkan isak tangis Keyla tidak membuat Andrean menatap istrinya itu.
"Ma-Mas!"
Seolah jijik, Andrean melepaskan tangan Keyla, sikapnya seperti tidak ikhlas ketika Keyla mencium tangannya.
"Sudahlah, Keyla, aku tidak mencintaimu lagi!"teriak Andean sembari menapis tangan Keyla dengan kasar.
Kata-kata yang keluar dari mulut Andrean lagi-lagi menyakiti Keyla, seperti bom atom yang menghancurkan wanita itu hingga berkeping-keping.
"Besok aku akan mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan agama."
Dengan nada sinis, Andrean berjalan menjauhi Keyla. Ia menghadap ke arah jendela dan tentu saja membelakangi Keyla.
"Keyla, dalam beberapa jam ke depan kamu harus meninggalkan rumah ini karena aku sudah tidak ingin lagi menatap wajahmu!"
Andrean membentak sembari menunjuk kiri ke arah pintu keluar, matanya memerah, seperti menaruh kebencian kepada Keyla.
Huft ...
Setelah menarik nafas panjang, Keyla berdiri dari sujudnya. Keyla tahu rasanya tidak adil, namun ia tidak ingin terus-terusan memohon kepada lelaki yang sama sekali tidak menghargainya itu. Bahkan selama ini ia sudah cukup bersabar dengan semua perlakuan buruk Andrean kepadanya.
Tiga tahun pernikahan, usia yang masih seumur jagung, harus berakhir pilu.
Sia-sia semua pengorbanan Keyla selama ini, pengorbanan yang dibalas dengan rasa sakit.
Keyla kemudian berjalan menuju kamarnya, ia mengambil ponsel dan buku tabungannya. Ya, Keyla memiliki sedikit tabungan yang ia sisihkan selama ia bekerja di perusahaan Andrean sebagai sekretaris pribadinya. Namun, ketika mereka menikah Andrean meminta Keyla untuk menjadi ibu rumah tangga dan fokus mengurus keluarga.
Sebagai seorang CEO di perusahaan besar milik keluarganya, tentu saja Andrean akan mencukupi kebutuhan Keyla dengan harta yang bergelimang. Namun, semua hanya sementara seperti Cinderella yang akhirnya kembali ke kehidupan aslinya.
Hahaha ....
Keyla tertawa, ketika mengetahui kalau harga dirinya telah dibeli dengan uang oleh lelaki yang ternyata tidak bersabar atas kekurangannya.
"Aku pergi, Mas."
Keyla melangkahkan kakinya meninggalkan rumah mewah yang terlihat seperti istana ini tanpa membawa apapun milik Andrean.
"Dasar wanita mandul, aku harap kamu tidak pernah lagi menampakkan wajahmu di depanku!"
Kata-kata terakhir yang merupakan puncak kesakitan yang Andrean ucapkan kepada Keyla benar-benar seperti cambuk yang membunuhnya.
Tanpa berkata-kata lagi, Keyla berlari meninggalkan rumah Andrean tanpa menggunakan alas kaki sama sekali.
Air mata tak henti-hentinya membanjiri pipi Keyla.
Ia berlari tertatih-tatih, menangis dan merintih di tengah hujan lebat yang tiba-tiba mengguyur bumi.
Pip ..., Pip ..., Pip ....
Lalu lalang kendaraan membunyikan klaksonnya ketika Keyla akan menyebrangi jalan raya.
"Aww, sakit!"
Tubuh Keyla tersungkur ke bumi, Keyla terjatuh karena tubuhnya tidak sanggup lagi menopang beban berat yang ada di pundaknya. Namun, Keyla mencoba bangkit, tapi lututnya berdarah. Darah yang telah menyatu bersama air hujan, terasa semakin sakit.
"Ayah, Bunda, Keyla rindu!"
Dalam isak tangis, Keyla mengingat kedua orang tuanya yang telah tiada.
Saat ini ia benar-benar hidup sebatang kara, tanpa harta dan tanpa siapa-siapa.
Teringat olehnya, kala ayah dan bunda tidak merestui hubungannya dengan Andrean, "Lelaki itu tidak pantas untukmu, Nak. Dia seorang raja sementara kita adalah pelayan, kelak ia akan membeli harga dirimu, Nak!"
"Tapi Mas Andrean adalah lelaki baik, Bunda, ia tidak akan bersikap buruk kepada Keyla."
Begitulah cara Keyla meyakinkan kedua orang tuanya tiga tahun yang lalu. Namun, apa yang menjadi ketakutan kedua orang tuanya akhirnya terjadi, Andrean memang tidak sebaik yang ia kira. Andrean meninggalkan Keyla saat dokter memvonis dirinya tidak bisa hamil.
"Aku harus kemana sekarang?"
Dalam sedih, Keyla mencoba bangkit dan berdiri. Namun, dinginnya hujan membuat tubuhnya menggigil, hingga ia tidak sanggup lagi berdiri.
Bruk ...
Keyla pingsan dan tidak lagi sadarkan diri.
***
Perlahan Keyla membuka matanya, ia tatap ruangan ini bukanlah kamarnya, bukan juga rumahnya.
"Ah, apa yang kamu fikirkan Key, kamu sudah tidak punya rumah."
Dengan senyum tipis sembari mengeluarkan air mata, Keyla menertawakan diriku sendiri.
Ia tatap kembali ruangan di sekitarnya sembari mengucek-ngucek matanya. Kesadaran Keyla kembali dan ia akhirnya menyadari kalau saat ini ia sedang berada di kamar rumah sakit.
"Key, kamu sudah sadar?"
Suara seseorang yang sangat Keyla kenal namun sudah lama tidak Ia dengar membuat Keyla penasaran.
'Apakah aku bermimpi?' ucap Keyla di dalam hati.
Bola mata Keyla berputar mencari sumber suara itu dan mendapati seorang lelaki tampan dengan penampilan rapi berada tepat di depan matanya.
"Mas Alex, apakah itu kamu?" ucap Keyla sembari memandang sekelilingnya.
Batin Keyla masih tidak terima dan tidak percaya jika lelaki yang sudah 9 tahun tidak bertemu dengannya itu, saat ini berada tepat di depannya.
Nyata!
Senyum tipis yang terlihat manis tergambar jelas di wajah tampan Alex Wiraguna, lelaki 29 tahun yang tidak lain adalah mantan kekasih Keyla semasa kuliah.
Melihat lelaki itu ada di depannya, Keyla langsung bangkit untuk duduk dan merapikan rambutnya yang memang berantakan. Tentu saja Keyla tidak ingin terlihat hancur dan berantakan dihadapan Alex karena Keyla adalah tipe wanita yang tidak ingin dikasihani oleh orang lain.
"Key, Keyla, sudah! Kamu tetap jelek kok."
Ocehan receh yang selalu keluar dari mulut Alex selalu terdengar seperti hiburan yang membuat Keyla terhibur.
"Jelek? Sampai sekarang kamu masih ngatain aku jelek, Mas?"