4. Hamil?
Keyla mengangguk, pertanda setuju. Walaupun terlihat egois dan tidak tahu diri, untuk sesaat ia ingin menikmati hidup. Namun, kali ini tubuhnya terasa sangat lemah, tiba-tiba bau parfum yang dikenakan Alex membuatnya mual dan serasa ingin muntah.
"Mas, aku ingin keluar!"
Keyla menepuk-nepuk pintu mobil hingga Alex terpaksa membukakan pintu untuknya.
Dengan bergegas Keyla keluar dari mobil. Ia batuk dan kurasakan seluruh isi perutnya serasa ingin keluar.
"Key, kamu kenapa?"
Alex menyusul Keyla, ia menepuk-nepuk lembut punggung Keyla.
"Mas, aku tidak tahu kenapa tapi tidak bisakah kamu menjauhiku?"
Semakin mas Alex mendekati Keyla, Keyla semakin ingin lelaki itu menjauh darinya, bau parfumnya benar-benar menyengat.
"Key, inilah alasannya aku melarang mu untuk tidak kemana-mana," jelas Alex.
Alex kemudian memanggil taxi dan meminta sang supir mengantarkan Keyla kembali ke rumah sakit.
"Pak tolong bawa ke rumah sakit Bunda."
Kata-kata Alex semakin membuat Keyla penasaran, bagaimana mungkin ia meminta supir taxi membawanya ke rumah sakit ibu dan anak sementara ia hanya masuk angin karena kemarin hujan-hujanan, dan harusnya ia dibawa kembali ke rumah sakit Bakti Husada, tempat ia dirawat sebelumnya.
"Pak turunkan saya disini, saya hanya demam!"
Ucapan Keyla tetap tidak dihiraukan oleh supir taxi, ia seolah mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Alex.
Huft ...
Ya sudahlah!
Setelah menarik nafas panjang, Keyla akhirnya pasrah saja, ketika melihat mobil mewah Alex mengikutinya di belakang.
Selang 15 menit kemudian sampailah ia di depan rumah sakit Bunda, rumah sakit mewah untuk kalangan masyarakat menengah ke atas yang memeriksakan kandungannya disini.
"Ayo kita masuk!"
Alex menggendong Keyla menuju ruang VVIP.
"Mas, kamu menghinaku? Tolong turunkan aku sekarang!"
Sikap Alex benar-benar berlebihan, ia melakukan sesuatu sesuka hatinya. Keyla bahkan telah mengatakan kepadanya kalau ia mandul dan divonis oleh dokter tidak bisa memiliki keturunan, tetapi lelaki itu malah membawanya ke dokter kandungan.
Marah!
Alex benar-benar telah menghina dan melukai perasaan Keyla.
"Key, kamu harus diperiksa," ujar Alex ramah dan sopan.
"Tapi aku mandul, Mas!"
Kata-kata itu kembali Keyla ungkapkan disertai air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Pasien VVIP nomor antrian satu atas nama Ibu Keyla Salsabila diharapkan memasuki ruang pemeriksaan."
Kagetnya Keyla ketika petugas memanggil namanya.
"Mas, aku ingin pergi dari sini!"
Dengan langkah kaki cepat, Keyla mengambil jalan untuk meninggalkan rumah sakit mewah ini.
Sejujurnya hati Keyla teramat sangat kecewa kepada Alex, ia menghina Keyla di saat wanita cantik itu telah divonis oleh dokter tidak memiliki keturunan.
"Sekali lagi kepada pasien VVIP atas nama Ibu Keyla Salsabila diharapkan segera masuk ke ruang pemeriksaan."
Panggilan itu bahkan terasa lebih menyakitkan bagi Keyla dari pada kata-kata kasar yang dilontarkan oleh Andrean kepadanya.
"Ayo, Key, kamu dipanggil!"
Lagi dan lagi tanpa meminta persetujuan Keyla, Alex menggendong Keyla memasuki ruang pemeriksaan.
"Lepaskan aku, Mas!"
Dengan menggoyang-goyangkan kedua kakinya, serta memukul-mukul punggung Alex, Keyla berusaha melepaskan diri darinya.
"Keyla, kamu pingsang dan aku menemukanmu tergeletak di jalan saat keadaanmu tengah hamil muda, apakah kamu tidak tahu jika kamu hamil?" suara lantang Alex membuat jantung Keyla berdetak hebat, ia seperti bermimpi mendengarkan apa yang disampaikan oleh Alex.
Seminggu belakangan Keyla memang merasakan tubuhnya lemah, mual-mual dan badannya terasa tidak enak, bahkan Keyla sudah telat datang bulan. Namun, ia merasa kalau kondisi tubuh ini karena ia hanya meriang dan terlalu kelelahan karena sering bergadang menunggu suaminya pulang bekerja.
"Key, kalau kamu tidak percaya kita buktikan saja sendiri sekarang!" ujar Alex.
"Aku tidak mungkin hamil, Mas, kata Dokter aku mandul!"
"Ikut saja, Key!"
Alex memaksa Keyla masuk, tangan Keyla bukan dilepaskan tapi semakin digenggam erat, malah semua mata tertuju kepada mereka.
"Keyla, diamlah!"
Akhirnya dengan terpaksa Keyla harus mengunci rapat-rapat mulutnya, agar pergejolakan yang kulakukan tidak membuatnya malu.
"Hai, Tuan Alex, selamat datang!"
Sapa dokter ramah dan sangat sopan ketika menyambut mereka.
"Hai, Dokter, lama tidak berjumpa."
Alex membalas jabatan tangan sang dokter dengan pelukan hangat, pelukan persahabatan.
"Istri anda, Tuan?"
Pertanyaan klasik yang mungkin saja akan ditanyakan oleh semua orang ketika seorang wanita dan seorang pria mengunjungi dokter kandungan secara bersamaan.
"Bu-buk-,"
"Iya, Dokter, dia istri saya dan kami baru saja menikah beberapa bulan yang lalu."
Tanpa malu dan tanpa rasa bersalah sedikitpun, Alex memotong pembicaraan dan yang lebih parahnya lagi, ia mengatakan kalau Keyla adalah istrinya.
"Sayang, kenalin ini Dokter Setiawan, sahabatku."
"Setiawan," sapa sang dokter ramah.
"Dokter, ini Keyla istriku yang sangat cantik dan sangat aku cintai."
Seperti seorang aktor, Alex berlagak seperti tengah memainkan perannya dalam sebuah drama.
Alex merangkul Keyla dan memperlakukan Keyla layaknya istri yang sangat dicintai dan disayanginya. Sikap yang sangat jauh berbeda sekali dengan Andrean, lelaki yang beberapa bulan terakhir berubah menjadi dingin dan kasar kepada Keyla. Bahkan, ia tidak memperlakukan Keyla layaknya manusia, hanya sampah yang tidak bernilai apa-apa.
"Keyla, aku harap kamu menurut!"
Bisik Alex terdengar angker di telinga Keyla. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menurut karena aku memang telah terjebak pada lingkaran yang tak bertepi ini.
"Masyaallah, cantik sekali istrinya, silahkan duduk Ibu Keyla," ucap sang dokter yang terdengar manis dan sangat ramah di telinga Keyla.
"Sayang, duduklah!"
Alex memperlakukan Keyla seperti seorang ratu yang sangat ia muliakan. Ya, walaupun saat ini mereka sedang memainkan peran, setidaknya ia merasa menjadi wanita beruntung saat ini.
"Dokter, istri saya sedang hamil 4 minggu, saya ingin melakukan USG untuk melihat perkembangan janin yang ada di rahim istri saya."
Ucapan yang keluar dari mulut Alex malah membuat jantung Keyla berdesir. Entah skenario apa yang saat ini ia perankan sehingga ia sangat berani sekali mengatakan kalau Keyla sedang hamil.
'KURANG AJAR! Lelaki ternyata sama saja, bisanya cuma merendahkan dan menghina wanita!'
Dengan sejuta kekesalan yang ia simpan di dalam hatinya, Keyla memutar lehernya menatap Alex yang ada di sampingnya. Senyum sinis namun terlihat manis, senyum yang penuh dengan sejuta tanya dengan wajah yang terlihat bahagia. Ya, saat ini Keyla menjadi ahli berbohong, seperti seorang munafik, perasaan yang ia rasakan sesungguhnya tidak lagi tergambar di wajahnya.
"Baiklah, Ibu Keyla, kita periksa kandungannya ya!"
Dokter memaksa Keyla memasuki ruang USG dengan ditemani Alex, suami palsunya.
Perlahan Keyla tutup matanya, karena ia sendiri yang membuka aib dan menunjukkan kekurangannya. Ya, Keyla merasa seperti mempermalukan dirinya sendiri. Namun, ketika alat USG menyentuh kulitnya, ia rasakan denyutan yang membuat air matanya tiba-tiba jatuh membasahi pipi bulatnya. Seperti ada makhluk lain yang ada di rahimnya, yang membuat Keyla tidak sanggup berkata apa-apa, namun Keyla tetap tidak berani menatap layar USG karena ia sangat yakin kalau saat ini ia sedang berkhayal dan bermimpi.
"Masyaallah, lihatlah Ibu Keyla, janin anda sehat dan pertumbuhannya normal seperti janin-janin pada umumnya."
"Apa? Janin?"