3. Kenyataan Terungkap
Dengan seluruh kekuatan dan tenaga yang dimiliki, Keyla melemparkan ponselnya sejauh-jauhnya, hingga ponsel itu terpelanting dan berceceran kemana-mana, sama seperti hatinya yang kini hancur berkeping-keping seperti pecahan kaca.
Keyla memang bersedih, tapi ia memutuskan untuk memulai kehidupan barunya tanpa dibayangi bayang-bayang masa lalu.
Terserah!
Mau lelaki itu menceraikannya atau melakukan apa saja kepadanya, hati Keyla sudah terlanjur sakit.
Hatinya mati!
Namun ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, benang yang telah putus tidak mungkin disambung lagi.
Keyla menaiki taxi dan meminta pak supir mengantarkan ke stasiun.
Namun, di sela-sela perjalanannya menuju stasiun, ia kembali dihadapkan pada realita yang membuat matanya membelalak, ia melihat mobil mewah Andrean melaju santai tepat di depan matanya. Mobil yang dibiarkan terbuka kacanya, dengan senyum semeringah bersama seorang wanita.
"Mas Andrean, kamu ...,"
Tanpa fikir panjang Keyla langsung meminta taxi putar balik untuk mengikuti mobil suaminya itu.
Dengan debaran jantung yang tidak biasa, rasa penasaran dan kecurigaan yang berkecamuk di dada, Keyla berharap bisa segera menemukan jawaban dari sejuta pertanyaan yang bersarang di dada.
Hingga akhirnya sampailah ia di sebuah cafe mewah, cafe yang dulu menjadi tempat favoritnya bersama Andrean untuk melepaskan penat di sela-sela lelahnya bekerja.
Dengan langkah kaki cepat, Keyla segera keluar dari taxi dan mengejar Andrean yang saat ini tengah merangkul seorang wanita dengan pakaian seksi hingga terlihatlah lekuk tubuhnya.
"Mas, Mas Andrean, tunggu!"
Teriak yang penuh dengan emosi, dengan air mata yang ditahan, membuat Andrean membalikkan badannya.
"Keyla, wanita gembel, apa yang kamu lakukan disini?"
Kata-kata kasar yang sangat menyakitkan itu kembali dilontarkan oleh Andrean kepada Keyla. Namun, kini Keyla sudah tidak peduli lagi dengan hinaan itu, urat malunya sudah habis, kini ia berdiri dengan rasa percaya diri tinggi, mengangkat kepala dan menyampaikan apa yang terasa di hatinya dengan penuh keberanian.
"Kamu berselingkuh, Mas?"
Prok ..., Prok ..., Prok ....
Dengan tepuk tangan, Keyla mengelilingi Andrean dan selingkuhannya yang tidak lain adalah Renata, sahabat sekaligus sekretaris pribadi Andrean yang bekerja menggantikan Keyla atas rekomendasi Keyla sendiri.
Senyum tipis yang terlihat miris, Keyla tuangkan semua kekecewaan dan sakit hatinya untuk dua orang yang sangat dipercayainya namun telah mengkhianatinya.
Ya, harga diri Keyla telah diinjak, hatinya telah dihancurkan, lantas haruskah ia menangis dan memohon agar tidak ditinggalkan?
Ha ..., Ha ..., Ha ....
Tidak!
Keyla tiba-tiba menjadi kuat, ia tidak akan lagi berlutut atau mengemis perhatian. Meski hatinya hancur berantakan, wajahnya harus piawai memainkan peran wanita kuat yang tidak butuh kasih sayang dari lelaki buaya dengan mata keranjang, serta pelakor yang berkedok sahabat.
Keyla tidak peduli seberapa sakit dan lemahnya tubuhnya, yang ia tahu sekarang ia harus kuat di depan Andrean dan selingkuhannya.
Sungguh, sikap Keyla membuat Andrean terlihat emosi, wajahnya terlihat menyeramkan. Namun, Keyla memilih menantangnya, karena tidak ada lagi yang ia takutkan, bahkan jika didepannya harimau yang akan menerkam tetap akan Keyla hadapi.
Sikap Keyla membuat Andrean geram, ia menarik tangan Keyla dengan kasar hingga ia kesakitan.
"Tolong lepaskan aku!"
Kata-kata tegas penuh dengan keberanian keluar dari lisan Keyla, pertahanan untuk membela dirinya sendiri. Ya, ia harus menjadi singa agar bisa melawan harimau yang akan menerkamnya.
"Apa yang kamu lakukan disini?"
Ucapan kasar itu tidak lagi menyakiti Keyla, tapi malah membuat ia semakin tertawa terbahak-bahak.
Ha ..., Ha ..., Ha ....
"Kenapa? Apakah kamu malu karena aku melihatmu bersama pelakor itu?"
Keyla menunjuk Renata dengan tangan kirinya.
Prak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Keyla.
Sakit!
Namun, sakit itu tidak lagi Keyla hiraukan, kali ini semua ocehan Andrean seperti tong kosong nyaring bunyinya.
Keyla mengangkat wajahnya dan ia membelalakkan matanya, ia tantang wajah Andrean dengan keberanian penuh, hingga emosi lelaki itu semakin meluap terhadap Keyla.
"Jangan pernah lagi kamu menghina Renata, dia calon istriku dan dia jauh lebih baik dari pada kamu!"
Sebuah pembelaan dari seorang suami untuk selingkuhannya dihadapan istri sahnya.
"Sayang, sudah, aku lapar!"
Renata dengan manjanya melingkarkan tangannya di tangan Andrean, bersikap tanpa rasa malu, menggoda suami orang lain dihadapan istrinya.
Cuiss ...!
Keyla meludah tepat di depan Andrean dan Renata.
Menjijikkan!
Sungguh, Keyla benar-benar ingin muntah melihatnya.
"Keyla ..., Key ...!"
Terdengar teriakan seseorang memanggil-manggil nama Keyla. Ya, ialah Alex, lelaki yang datang seperti malaikat di hidup Keyla.
"Key, apa yang kamu lakukan disini? Kenapa kabur dari rumah sakit?"
Begitu banyak ocehan yang keluar dari mulut Alex sehingga semua mata mengarah ke arah Alex.
"Siapa lelaki itu?"
Andrean melepaskan tangan Renata dan mendekati Keyla dengan sejuta kemarahan yang tergambar jelas di wajahnya.
"Key, kita harus kembali ke rumah sakit!"
Tanpa meminta persetujuan Keyla, Alex menggotong tubuh Keyla dan membawa gadis itu masuk ke mobilnya tanpa mempedulikan Andrean dan Renata.
"Keyla, dasar wanita MURAHAN!"
Teriakan Andrean benar-benar telah membuat Keyla hancur sehancur-hancurnya. Namun, Keyla tidak akan membiarkan air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tidak ingin lelaki itu menang dan menari-nari di atas penderitaannya.
Tanpa membahas apa-apa, Alex terus berjalan maju sedangkan Keyla melingkarkan kedua tangannya di leher Alex sembari menutup matanya, karena ia tidak ingin ada pertanyaan apapun dari Alex yang membuat air matanya jatuh membasahi pipinya.
Ya, kini Alex membaringkan Keyla di mobilnya. Ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan tidak mendengar apapun.
"Istirahatlah! Aku akan membangunkan mu ketika kita sudah sampai di rumah sakit!"
Alex kemudian menyetir mobilnya dengan kecepatan standar, ia memutarkan salawat nabi untuk menenangkan hati dan perasaan Keyla.
Sejujurnya, hati Keyla merasa sangat terhibur. Ya, kehadiran Alex disini benar-benar telah menyelamatkan Keyla dari sarang harimau yang akan menerkam dan membunuhnya. Mungkin kalau Alex tidak datang Keyla akan jatuh pingsan atau mungkin mati dalam ketakutan.
Terbayang kembali oleh Keyla kejadian beberapa detik yang lalu, saat dimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, suaminya berselingkuh dengan wanita lain.
Perlahan air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya tidak lagi bisa ia bendung, Keyla meraung-raung dalam isak tangisan.
"Menangislah! Luapkanlah semua kesedihan dan amarahmu. Namun ingat, setelah ini jangan pernah lagi menangis dan meratapi lelaki itu!"
Kata-kata penguat yang keluar dari mulut Alex semakin membuat Keyla bebas meluapkan semua emosinya.
"Apakah salah jika seorang wanita tidak bisa memiliki keturunan?"
Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Keyla. Sebuah pertanyaan yang membuat Alex meminggirkan mobilnya dan langsung memeluk wanita cantik itu.
Tidak ada kata-kata apapun yang keluar dari lisannya, kecuali tepukan lembut yang terasa sangat menghibur Keyla.
Keyla menangis di dada bidang Alex, lelaki yang dulu pernah mengisi hatinya.
Untuk sesaat, Keyla bersikap egois dan tidak mempedulikan kalau lelaki yang saat ini ia peluk adalah suami orang.
Ya, pelukan ini masih sama, nyaman dan mendamaikan, persis sama seperti 9 tahun yang lalu, saat mereka berdua memutuskan untuk berpisah.
Keyla menengadahkan wajahnya menatap Alex, dengan penuh penuh pengharapan, ia ungkapkan keinginan hatinya untuk pergi melepaskan sesak di dadanya, sorot matanya mengisyaratkan kalau ia tidak ingin ke rumah sakit.
"Apakah kamu ingin ke pulau?" ujar Alex yang seolah paham dengan keinginan Keyla.